Harapan 27

2K 99 6
                                    

"Maaf kak, gue telat" Lala tersenyum tidak enak pada Lusi sebelum akhirnya duduk di depan gadis itu.

"Gak papa. Lo baru selesai kerja juga kan?" Tanya Lusi yang diangguki oleh Lala.

"Gue gak tahu lo suka apa, jadi tadi gue pesenin steak sama orange juice. Gak papa kan?"

"Gak papa, kak. Gue suka kok" jawab Lala.

"Kebetulan gue juga baru mesen, jadi mungkin agak lama datengnya. Jadi, kita bisa ngobrol dulu"

"So, apa yang buat lo ngajak gue ketemuan, La?" Tanya Lusi.

"Pertama gue mau minta maaf karena sempet mikir buruk soal kakak-"

"Eh? Gak usah minta maaf" Lusi segera memotong ucapan Lala.

"Gue juga pasti mikir yang enggak-enggak kalo ada di posisi lo. Harusnya gue yang minta maaf. Maaf banget buat waktu itu ya, La" Lusi mengakhiri ucapannya dengan senyuman tulus.

"Tapi, gue mikir buruk soal kak Lusi bukan hanya waktu itu. Tapi waktu-waktu sebelumnya juga. Maaf ya, Kak"

"Walaupun gue selalu nyangkal, tapi tetep aja gue nganggap kakak bisa ngerusak hubungan gue sama Dewa. Padahal sebenernya gak gitu. Gue gak tahu apa-apa waktu itu" Lala menunduk karena merasa bersalah.

Lusi tersenyum memaklumi. Dia juga sebenarnya tidak mau terlalu dekat dengan Dewa waktu itu. Karena baik dirinya dan lelaki itu sudah memiliki kekasih.

Tapi, dia juga tidak bisa menolak saat Dewa datang padanya. Bagaimanapun, hanya Lala yang mengerti Dewa. Hanya Lala yang tahu segala masalah yang Dewa hadapi sedari dulu.

"Jadi, Dewa udah cerita?" Tanya Lusi.

"Udah kak"

"Syukur deh. Akhirnya dia mau terbuka sama lo" Lusi tanpa sadar tersenyum haru.

Bagaimanapun, Lusi sudah mengenal Dewa dari mereka masih anak-anak. Lusi mengenal Dewa dari sosok yang masih ceria hingga menjadi sosok yang dingin dan tak tersentuh.

Lusi bahkan masih ingat, hari dimana Tante Diana, Ibu Dewa, dibawa ke Rumah Sakit Jiwa. Dewa menangis sangat keras. Dia bahkan menolak saat Lusi dan Mamahnya mengajak Dewa pulang.

Seminggu setelahnya, Ayah Dewa malah menikah dengan Tante Mona. Yang setahu Lusi adalah teman baik Mamahnya dan Mamah Dewa.

Dewa bahkan harus menetap di rumahnya selama hampir dua bulan lamanya karena kecewa dengan ayahnya. Namun, pada akhirnya Mamah Lusi memang harus mengembalikan Dewa ke Ayahnya. Walaupun sebenarnya Dewa sendiri enggan ke rumah itu.

"Tapi dia belum cerita semua" ucapan Lala membuyarkan segala hal yang tadi muncul di kepala Lusi.

"Semua? Emangnya dia cerita sampai mana?"

"Dia cuma bilang, Papah nya pergi ninggalin Mamahnya, padahal Papahnya cinta sama Mamahnya. Dia takut gue ninggalin dia kalo gue tahu kondisi Mamahnya"

"Itu..mm..gue"

"Lo mau tahu kenapa soal itu? Soal Ayahnya Dewa yang ninggalin Mamahnya?"

"Iya kak"

Lusi menghembuskan napas pelan. Lalu dengan perlahan dia mulai menceritakan semua yang ia tahu kepada Lala.

Tentang Tante Diana yang terganggu kesehatan mentalnya karena usahanya yang gagal. Lalu Ayah Dewa yang tiba-tiba memutuskan untuk menikah dengan sahabat istrinya sesaat setelah istrinya menjalani perawatan mental.

Tentang Dewa yang menjadi korban dari segalanya. Dewa yang jadi membenci Ayahnya. Dewa yang sangat menyayangi Mamahnya.

"Jadi, Dewa akhirnya balik lagi ke rumah Papahnya?" Tanya Lala.

HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang