Harapan 26

2K 119 11
                                    

"Mau pesen apa?" Tanya Dewa saat Lala baru saja mendaratkan bokongnya di atas kursi yang ada di depan Dewa.

"Emang ada menu lain selain bakso?" Tanya Lala heran.

Jelas sekali, mereka berdua baru berhenti di salah satu kedai bakso pinggir jalan. Tentu saja Lala akan pesan bakso, memangnya Lala bisa memesan nasi padang di kedai bakso ini?

"Yaudah aku pesen dulu ya" ucap Dewa. Lalu setelah iti dia mendekat ke arah si abang tukang bakso untuk memesan.

Lala memperhatikan Dewa dari tempat ia duduk. Ia sadar, Dewa jadi sedikit berubah setelah mereka menyelesaikan kunjungannya untuk melihat mamah Dewa.

Dewa jadi terlihat sedikit lebih canggung. Juga gugup. Bahkan, Dewa tidak memperlihatkan wajah datar yang biasa ia tampilkan setiap hari.

Sedari tadi, raut wajahnya selalu terlihat cemas. Entah apa yang ia cemaskan.

"Aku pesenin jus jeruk. Masih suka, kan?" Tanya Dewa setelah ia kembali duduk di kursinya.

"Masih" ucap Lala.

"La"

"Wa"

Entah mengapa Lala dan Dewa bisa saling memanggil dalam waktu bersamaan. Padahal setelah Dewa duduk sempat terjadi keheningan cukup lama yang membuat keduanya menjadi agak canggung.

"Kamu duluan aja" ucap Lala.

"Kamu aja" tolak Dewa.

"Gak usah. Kamu.."

"Laddies first. Kamu duluan" Dewa memotong ucapan Lala.

"Hm, aku mau. Hm, gini, Wa. Aku.." Lala tiba-tiba jadi tak bisa berbicara dengan benar karena sangking gugupnya.

"Santai aja, La" Dewa tak hanya sekedar berucap. Tangan kanannya merambat untuk menggenggam sebelah tangan Lala.

Dan seperti ucapan Dewa, Lala memang menjadi lebih santai sstelahnya.

"Aku mau minta maaf, Wa" ucap Lala pada akhirnya.

"Maaf?"

"Iya. Aku mau minta maaf sama kamu. Aku.. banyak salah sama kamu" jelas Lala lagi.

"Kamu gak salah apa-apa" ucap Dewa.

"Aku salah. Aku selalu mikir yang buruk-buruk soal kamu. Aku selalu mikir kamu egois. Kamu gak pernah ngertiin aku. Padahal aku yang egois. Aku yang gak mau tahu apa-apa sampek gak bisa ngertiin kamu. Aku-"

"Bukan salah kamu" Dewa kembali memotong ucapan Lala.

"Aku yang salah karena gak pernah mau jujur sama kamu" lanjut Dewa.

"Dan kamu mungkin tahu, awalnya kamu cuma aku jadiin pelampiasan. Aku nerima kamu karena itu"

Lala terdiam. Dia tahu. Dia pernah mendengar hal ini berulang kali semasa sekolah dulu dari siswa-siswi lain.

Dulu, rasanya biasa saja. Walaupun perih terasa di dalam hati, pada akhirnya Lala masih bisa bersikap bodo amat dan terus merajut jalinan kasih.

Tapi, kenapa saat Dewa yang mengakui semua ini terasa sangat menyesakan di dalam sini? Lala bahkan tak bisa menahan air matanya yang tanpa aba-aba sudah membendung di pelupuk mata.

"Ternyata bener ya itu. Aku kira  cuma hoax" ucap Lala sambil menunduk. Menutupi air matanya yang sudah turun dari Dewa.

"Tapi sayangnya, aku kemakan mainanku sendiri, La. Aku gak pernah tahu aku cinta sama kamu. Tapi, waktu kamu ninggalin aku semua rasanya hampa" ucapan Dewa membuat Lala menaikan kembali pandangannya. Menatap wajah Dewa yang menatap sedih ke arahnya.

"Aku gak pernah bisa ngomong manis ke kamu. Tapi, hari ini aku mau jelasin semuanya. Cuma hari ini, dan besok aku bakal jadi Dewa yang kamu kenal. Dewa yang dingin dan datar" Dewa mengucapkannya sambil mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata Lala.

"Karena gak pinter ngomong, biasanya aku akan gantiin itu dengan perlakuan yang manis. Tapi, aku gak bisa lakuin itu ke kamu. Aku merasa gak pantes buat itu"

"Kenapa gak pantes? Kamu tahu pasti aku bakal seneng kalo kamu lakuin itu, kan?" Tanya Lala.

"Dari awal hubungan, cuma kamu yang cinta sama aku, La. Cuma kamu yang bersifat sebagai kekasih. Aku gak pernah nganggep kamu kaya gitu"

"Waktu rasa itu muncul, rasanya aneh. Kenapa aku yang biasanya cuek harus tiba-tiba manis ke kamu. Rasanya gak enak, saat dulunya aku gak peduli terus jadi peduli tapi tetep gak bisa lakuin apa-apa karena gak mau ngerubah sikap ke kamu"

"Kenapa kamu gak mau ngerubah sikap kamu?"

"Karena aku belum jujur ke kamu soal mamah. Satu-satunya orang yang tau mamah cuma Lusi. Makannya aku bisa bersikap sebagai diriku sendiri ke dia"

"Tapi kamu, aku bahkan belum berani jujur soal mamah. Lalu kenapa aku harus jujur soal perasaanku? Aku belum bisa terbuka sama kamu"

"Kenapa kamu gak jujur, Wa?" Lagi-lagi Lala bertanya.

Seperti yang Dewa bilang, dia akan menjelaskan semuanya hari ini. Dan kembali menjadi Dewa yang datar besok. Tentu saja Lala tak akan menyia-nyiakan ini. Lala akan bertanya segalanya yang ingin ia ketahui selama ini.

"Karena aku takut kamu ninggalin aku" ucap Dewa.

"Mamahku, gak waras, La. Aku takut kamu pergi karena itu" Lala menggelengkan kepalanya pelan. Air matanya kembali menetes.

Bagaimana bisa Dewa berpikir seperti itu?

"Tapi ternyata, bersikap dingin ke kamu setelah rasa perduli itu munculpun susah. Karena dadaku selalu sakit waktu kamu pura-pura oke saat aku jalan sama Lusi"

"Aku juga sakit waktu kamu natap aku dengan tatapan kecewa. Tapi aku tahan, aku gak masalah asalkan kamu tetep sama aku"

"Kalo aku bersikap manis, lama-kelamaan pasti kamu bakal nanyain soal keluarga ke aku. Untuk lihat keseriusanku. Aku serius sama kamu, La. Tapi, aku gak bisa"

"Aku gak bisa ngenalin keluargaku sebelum aku jujur soal mamah. Dan sederet cerita panjang soal itu. Makannya aku selalu dingin biar kamu gak nanyain itu ke aku"

"Maaf" lagi, air mata Lala keluar.

"Jangan nangis" ucap Dewa sambil kembali menghapus jejak air mata Lala.

"Kamu kenapa mikir aku bakal ninggalin kamu? Aku gak mungkin ngelakuin itu. Aku sayang sama kamu" walaupun Dewa terus-terusan menghapus air mata Lala. Tapi entah mengapa air mata itu seakan terus ingin mengalir tanpa bisa dihentikan.

Bahkan, suara Lala yang keluar barusan terdengar serak. Persis seperti orang yang kebanyakan menangis.

Untunglah, kedai bakso yang mereka pilih memiliki tenda. Lala dan Dewa juga duduk di sudut paling pojok, sehingga tidak terlalu menarik perhatian pengunjung lainnya.

"Papah juga sayang sama mamah, tapi akhirnya dia juga ninggalin mamah. Bukan gak mungkin kalo kamu akhirnya ninggalin aku karena mamah kan, La?"

Berapa tahun ya gak update ini cerita😣 maaf ya mentemen yang nungguin*kaya ada yang nungguin aja Thor wkwk😆

Gimana part kali ini? Apakah kalian sudah mulai mengerti? Adakah yang mau mengumpati Dewa lagi? Atau mau minta maaf juga sama Dewa? Wkwk😂

Salamsayang, Pacar Niall Horan💗

Ps: tapi aku juga sayang Min Yoongi:(



HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang