"Lelaki itu mengandalkan logika. Sampai kadang lupa, bahwa hati kadang bisa jadi maha benar di atas segalanya"
🍋
"Gimana kondisi David, Lus?" Tanya Dewa saat Lusi kembali dari ruangan dokter.
"Udah stabil. Gue lega banget" Lusi menghembuskan napas panjang.
"Makasih ya, Wa. Lo udah dateng pas gue telpon tadi" ucap Lusi pelan.
"Santai aja" jawab Dewa santai.
Tadi, saat Dewa sedang menjaga Lala, Lusi menelponnya. Saat itu, David tiba-tiba pingsan setelah Lusi kembali.
Lusi yang panik sempat keluar meminta tolong sana-sini. Tapi, sayangnya kawasan rumah David berisi orang-orang yang menjunjung tinggi individualisme dan memiliki sedikit rasa simpati.
Lusi yang panik tidak dapat memikirkan apapun lagi selain menelpon Dewa. Meminta tolong untuk membantunya membawa David ke rumah sakit segera.
"Oh, iya, lo udah tau kalo Lala masuk rumah sakit, belum?" Tanya Lusi saat sadar tentang Lala yang juga sedang sakit seperti kekasihnya.
Dewa rasanya seperti tersambar petir saat mendengar ucapan Lusi. Bagaimana mungkin dia lupa akan Lala?
"Belum tau ya? Mukanya shock gitu" ucap Lusi menyimpulkan.
Padahal nyatanya Dewa bukan shock karena tidak tahu. Dewa sendiri langsung melirik jam tangannya, sudah lewat tengah malam.
Apakah Lala melewati malam sendiri di sana? Tanya Dewa dalam hati.
"Lo lebih baik pulang, Wa. Istirahat, besok pagi jengukin Lala. Dia butuh lo sama kaya David butuh gue" ucap Lusi.
Dewa menatap tidak suka saat mendengar ucapan Lusi. Bagaimana mungkin dia meninggalkan Lusi saat keadaannya seperti ini. Lusi sedang jatuh dan Dewa harus mendampingi.
"Nggak. Gue mau nemenin lo" tegas Dewa.
"Wa"
"Gue mau nemenin lo, Lus" tegas Dewa lagi.
"Tapi, Lala-"
"Besok pagi kan? Gue mau nemenin lo dulu. Besok gue bakal kesana kok" ucap Dewa final.
Lusi sudah mau mengelak namun akhirnya hanya diam. Toh, Lusi sudah cukup paham kalau Dewa tak bisa di bantah. Karena pemikirannya selalu dia anggap benar walaupun salah.
"Terserah lo, Wa" ucap Lusi menyerah. Lalu setelahnya dia masuk ke ruangan David, kekasihnya.
🍋
Dewa sampai di rumah sakit tempat Lala di rawat tepat pukul sebelas. Sudah menjelang siang, padahal dia berniat akan datang pada pagi buta.
Ini karena tadi Dewa harus mengantar Lusi untuk mengambil baju ganti untuk dirinya sendiri pagi tadi. Baru setelah itu dia pulang dan membersihkan diri.
Sialnya, mobilnya tiba-tiba bermasalah di tengah perjalanan. Membuat Dewa harus di tahan beberapa jam di bengkel yang ramai. Belum lagi ramainya jalan yang membuat kedatangannya semakin tertunda.
Rasanya, banyak sekali halangan untuk bertemu Lala. Padahal, kata Lusi Dewa harus segera menemui Lala karena Lala sedang membutuhkannya.
Tapi, kalau mobil yang tiba-tiba bermasalah dan jalanan kota yang ramai tak terkendali menghambat, Dewa mau bilang apa? Mungkin dia memang tak harus terburu-buru untuk menemui Lala. Toh, masih banyak waktu yang tersisa untuk gadis itu. Dewa belum berpikiran memutuskan hubungan dalam jangka waktu dekat.
Dengan langkah pasti dia melangkah menuju ruangan Lala yang masih ia ingat. Dewa awalnya sudah ingin membeli bunga sebagai permintaan maaf, tapi setelah dipikir-pikir Dewa rasa itu tidak perlu. Dewa tak harus bersikap begitu. Dan tidak ada alasan pasti untuk itu.
Lagi pula, David tidak akan pingsan bila Lusi tetap di rumah dan menjaganya. Bukan malah mengantar Lala pulang. Jadi, bisa di bilang Lala cukup andil dalam masalah ini.
Anggap saja, Dewa kemarin memperbaiki kesalahan kekasihnya sebagai bentuk tanggung jawab yang tak bisa Lala lakukan karena ia sedang sakit saat ini.
Kalau sudah begitu, bukannya Lala yang harusnya meminta maaf karena membuat Dewa repot karena kesalahannya? Lalu setelah itu Lala juga harus berterima kasih karena ia sudah menyelamatkan David. Karena Lala lah yang membuat David pingsan karena membuat Lusi pergu daru sisinya.
Bukankah sudah jelas sekarang bahwa Lala tak punya alasan untuk marah. Dan Dewa tak punya alasan untuk meminta maaf apalagi membelikannya bunga. Buang-buang uang saja.
Dewa dengan perlahan membuka pintu ruangan rawat Lala saat sudah sampai di depannya. Namun, bukannya Lala yang menyambutnya, malah seorang suster yang sedang membereskan ranjang adalah pemandangan pertama yang ia tangkap.
"Maaf, sus, pasien yang bernama Lala, yang ada di ruangan ini semalam kemana?" Tanya Dewa.
"Pasien Lala sudah pulang sekitar satu jam yang lalu, mas" jawab sang suster.
"Pulang? Lala pulang sama siapa? Ah, maksud saya pasien Lala tadi pulang sama siapa sus? Apakah dia pulang sendiri? Atau ada kerabat yang menjemputnya?" Tanya Dewa lagi.
"Ah, tadi pasien Lala pulang bersama seorang lelaki dan seorang perempuan, mas. Sepertinya lelaki yang tadi menjemput pasien Lala juga sempat datang tadi malam jika saya tidak salah ingat" jelas suster itu sebelum akhirnya meminta izin pergi karena sudah selesai membersihkan ruangan itu. Masih banyak pekerjaan yang menantinya.
Dewa sedang berpikir-pikir siapa yang membawa Lala pulang, apakah Sisi dengan Lukas atau Dimas? Ah, entahlah. Dewa tak terlalu peduli. Yang terpenting sekarang Lala tak lagi membebaninya.
Kalau Lala sudah pulang, bukankah berarti kondisinya sudah mulai membaik? Dan jika memang begitu, berarti Dewa bisa kembali menemani Lusi yang sedang menjaga kekasihnya. Karena Lala sudah tak perlu perhatian darinya lagi.
Lala tak perlu lagi dia jaga. Lala tak perlu lagi ia temani. Karena Lala sudah sehat kembali.
🍋
Pendek? Iya emang😂 soalnya aku lebih suka Lala dari pada Dewa😂 makannya pas part full of Lala panjang dan part full of Dewa pendek wkwk
Kalau kalian suka siapa? Team Lala atau Team Dewa?
See you next part😊
Salamsayang, Pacar Niall Horan❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope
RomanceAndai kamu mencintaiku, aku tak perlu berandai-andai jika aku adalah dia. Wanita yang kau cintai sampai kau melupakanku, kekasihmu yang tersakiti. High rank: 25 in #kekasih . 12 jul 2019 718 in #indonesiamembaca . 12 jul 2019 314 in #fiksiumum. 12 j...