;vote
Bel masuk berbunyi, semua siswa kembali ketempat duduknya semula, tak terkecuali Jung Riyeon. Siswi SMA kelas akhir, hidupnya selama ini emang biasa biasa saja, tapi..
"Woy ngelamun aja lo," tegur seorang temannya
Jeon Somi membuyarkan lamunan Jung Riyeon, dia sedang melihat kearah lapangan, apalagi kalau bukan ngeliat temen seangkatannya, yang selama 3 tahun ini dia cintai dalam diam.
"Khusyuk banget liatin lapangnya,"
Jung Riyeon cuman memutarkan matanya, dan tidak menghiraukan Jeon somi, "Ganggu aja hidup lo."
"Yaelah, ada siapa sih emangnya di lapang?"
Selama ini emang gak ada yang tau kalau Jung Riyeon itu suka sama..
"Jeno ya?"
Jung Riyeon terkejut, seketika mukanya langsung memerah, dan mendadak ia menjadi gagap.
"H-hah?"
"Oh beneran suka sama Jeno ya? dari kapan? dia nya tau nggak? suka chat gak?"
Boro boro chat, tegur sapa ataupun jalan didepan Jeno aja Jung Riyeon udah salting setengah mati, jangan harap deh kalau dia berani buat chat Jeno duluan.
"Kok diem aja sih? dia gatau kalo lo suka ya? atau jangan jangan," Jeon Somi menggantungkan kalimatnya
Jung Riyeon cuman bisa pasrah nungguin lanjutan kalimat Jeon Somi
"Lo stalkernya dia?"
'Tak'
Jari telunjuk Jung Riyeon mendarat sempurna dijidat Jeon Somi.
"Aduh sakit gila ya l-"
"Yakali gue jadi stalkernya, gue masih waras kali!"
"Ya terus apa dong?"
"Gue juga nggak tau!"
"Eh gausah nge gas dong ngomongnya!"
Jeon Somi dan Jung Riyeon beradu mulut, mereka berantem gara gara Jung Riyeon ngegas.
"Kalian berdua yang dibelakang! berisik terus! keluar sana!" teriak guru matematika paling killer di sekolah itu, siapa lagi kalau bukan Bu Sowon.
Jung Riyeon dan Jeon Somi saling bertatap mata, mereka belum ngeh sama apa yang disuruh sama Bu Sowon.
"Jangan diem aja! kalau disuruh keluar ya keluar!"
"Tuhkan lo sih," tuduh Riyeon
"Lo duluan yang ngegas ngomongnya, jadi aja," balas Somi
"Heh! malah ngobrol! keluar!!" teriak Bu Sowon
Semua anak anak dikelas itu udah tau kalau Bu Sowon paling gasuka kalo ada yang ngobrol disaat dia lagi ngajar, dan pasti kalau udah murka bakal teriak teriak, jadi semua udah otomatis nutup telinga, biar gak budeg.
"Iya bu, maaf,"
"Sana keluar! puter lapangan 5x dikali 10."
"Hah? jadi 50kali puteran dong?" tanya Riyeon
"Iyalah! pake nanya!"
"Kan lapangannya dipake sama kelas lain bu." jawab Somi
"Gak ada alasan! gak mau tahu! cepetan keluar!"
"Hih, nyebelin banget deh jadi guru," sewot Somi
"Saya masih bisa dengar ya!"
"Ehehe, maaf bu,"
Mau nggak mau mereka berdua terpaksa keluar kelas, bayangin aja harus lari keliling lapang 50x dan pake rok, mana abis istirahat, bisa bisa keram perut.
"Ah mager banget gue kalo keliling lapangan," tutur Somi
Riyeon ngangguk ngangguk, dia juga males, ke kantin aja dia males, apalagi ini harus keliling lapangan, dan parahnya lagi harus 50 kali, huft, bayanginnya aja udah capek.
"Tapi kebayang deh murka nya Bu Sowon kalo kita gak ngelakuin hal yang dia suruh."
Riyeon mengingat ingat memori dimana Bu Sowon murka waktu dia nggak ngerjain PR, abis itu langsung disuruh nyuci wc, tapi Riyeon malah ketiduran di wc dan kegep, abis itu Bu Sowon langsung nyeramahin dia abis abisan, terus dikasih tugas segunung, dan harus piket tiap hari. Duh ngebayangin nya aja udah serem banget, terpaksa dia harus keliling lapangan biar gak dikasih hukuman yang lebih berat.
"Eh itu Jeno tuh," kata Somi sambil nunjuk nunjuk Jeno,
Riyeon ngeliat kanan kiri, dia nyari dimana Jeno, terlalu serius nyarinya sampe gasadar kalo dia udah ada ditengah lapangan.
"Eh—Riyeonn! Awas bola!!" teriak Somi
'Duk'
Bola basket berhasil mengenai wajah mulus Riyeon, dari wajah yang putih jadi wajah yang merah dan sedikit lecet.
Riyeon masih syok, gimana nggak, bola nya itu tepat dimuka, dan kenceng banget.
"Lo gapapa? mau gue anter ke uks?"
Riyeon semakin syok, didatengin sama pangeran yang di idamidamkan selama ini, Lee Jeno.
Riyeon senyum macem orang bodoh, "Ehe, Gapapa kok."
"Gapapa gimana? itu lo mimisan,"
"H-hah?" Riyeon langsung mengecek hidungnya, benar aja, ada darah segar yang turun dari hidungnya, ini mimisan karna bola atau karna kegantengan Jeno sih?
"B-beneran kok gapap-"
Belom Riyeon selesai ngomong, badannya tumbang, dan dia tidak sadarkan diri.
-
-
-Riyeon membuka matanya, dia bingung, kok bisa sih ada disini? terakhir dia ingetnya ada Jeno, kenapa malah jadi di uks coba
"Aduh, kalo gue disini tar dimarahin Bu Sowon lagi, Somi dimana sih?" tanya Riyeon kedirinya sendiri
"Tenang aja, gue udah bilang ke Bu Sowon kok,"
Bentar bentar, ini kenapa suara cowok? jangan bilang ini?
"Lee Jeno." cowok itu menyodorkan tangan ke Riyeon, mengajak berkenalan.
Gausah ditanya, muka Riyeon udah merah banget kaya kepiting rebus.
"Eh kok jadi merah mukanya? demam? panas ya disini?"
Riyeon geleng geleng kepala, dia udah gabisa nafas kayaknya.
"Nama lo siapa btw?"
"R-riyeon."
"Ooh, bagus namanya,"
Bhush~
Siapapun tolong Riyeon, dia udah tergeletak dilantai.
Nggak deng, dia sekuat tenaga nahan supaya gak salting.
"Maaf ya, tadi gak sengaja,"
"G-gapapa, lo balik aja,"
"Beneran?"
"I-iya, udah sana,"
"Yaudah, kalo lo mau minum, tadi gue udah buatin teh buat lo."
Jeno pun keluar dari uks, meninggalkan Riyeon yang mematung.
Gimana bisa nggak suka sama Jeno coba? udah ganteng, tinggi, manis, putih, punya dimple, punya eyesmile, ketua basket, wakil ketua osis, baik hati dan tidak sombong, gapunya kekurangan deh, tapi satu kurangnya, dia terlalu sempurna, maka dari itu Riyeon gak berani buat deketin dia, Riyeon nyadar diri, dia cuma upik abu kalo disandingin sama Jeno.
Itulah alasan Riyeon menjadi Secret Admirer nya Jeno.
He is too good for me.
He is far away.
I can't reach him.
Secret Admirer is the best choice for now.
-tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET ADMIRER || Lee Jeno
Fanfiction"Apasih untungnya mencintai seseorang dalam diam? selain ngabisin tenaga, juga makan hati. Berhenti mencintai seseorang yang gabisa lu gapai." (1/16/19)