4. It's Just The Beginning

4.7K 720 71
                                    

-flashback-

12 tahun lalu..

Seokjin duduk di ayunan sambil menggoyangkannya pelan. Ia menunduk ke bawah, memainkan tanah dengan kakinya. Seokjin kecil, anak yang pendiam dan tidak punya teman. Ia selalu datang ke taman dekat rumahnya dan ia ingin sekali bermain dengan anak-anak lain, namun ia terlalu pemalu dan ia takut teman-temannya itu tidak menyukainya. Maka ia memilih untuk memperhatikan mereka dari jauh. Ketika ia sedang berkonsentrasi membentuk gundukan tanah dengan sepatunya, tiba-tiba sebuah bola mengenai kepalanya dengan keras. Seokjin tersentak kaget. Rasa sakit di kepalanya membuat air matanya jatuh. Seokjin menundukkan kepalanya sambil memegang kepalanya.

"Hiks.."

Tiba-tiba ia merasakan ada tangan yang juga ikut mengelus kepalanya. Ia mendongak dan melihat seorang anak bertopi kuning dengan wajah khawatir. Tangan kiri anak itu memegang bola tadi dan tangan kanannya mengelus kepala Seokjin dengan lembut.

"Ah, maafkan aku! Aku telah melempar bola pada arah yang salah"

Anak itu melengkungkan bibirnya sambil terus mengelus kepala Seokjin. Seokjin mengerjap dan entah kenapa air matanya turun semakin deras. Anak itu panik dan menjatuhkan bolanya untuk menghapus air mata Seokjin.

"Sakit sekali, ya? Sakit sekali, hm? Ayo ke rumah sakit!"

Seokjin menggeleng dan ia menghapus air matanya dengan kasar. Ia terus menunduk, berusaha menahan air matanya. Tiba-tiba anak itu membalikkan badannya dan duduk di hadapan Seokjin.

"Kuantar kau pulang. Ayo, naik ke punggungku"

Seokjin mendongak. Anak itu menoleh pada Seokjin.

"Ayo, naik"

"Tidak usah"

"Aku memaksa"

Seokjin mengusap air matanya lagi dan ia naik ke punggung anak itu. Anak itu berusaha bangkit dan berjalan pelan keluar dari taman.

"Kepalamu masih sakit? Pusing?"

Seokjin hanya menggeleng pelan di pundak anak itu. Anak itu membenarkan posisi gendongannya dan berjalan pelan.

"Namamu siapa?"

"Kim Seokjin.."

"Aku Kim Namjoon"

Seokjin menutup matanya sambil tersenyum tipis. Entah mengapa ia nyaman sekali berada di gendongan anak yang bernama Kim Namjoon itu.

-flashback end-

-

Seokjin memakai sepatunya dengan tergesa. Ia melihat jam di dinding dan mengernyitkan dahinya. Sudah jam setengah tujuh pagi, namun Namjoon masih belum juga berada di depan rumahnya. Ia menghela napas dan membuka pintu rumahnya. Tiba-tiba ia melihat Namjoon sedang mengeluarkan sepeda motornya dari garasi rumahnya.

"Namjoonie!!"

Namjoon menoleh dan air mukanya tiba-tiba berubah. Seokjin meremas tasnya dan melompat-lompat menghampiri Namjoon. Tangan Seokjin memegang erat pagar rumah Namjoon dan menempelkan dagunya di atas tangannya. Ia tersenyum lebar pada Namjoon.

"Pagi, Namjoonie!"

"Pagi, Seokjin. Uh.. Seokjin. Maaf sekali aku lupa untuk memberitahumu"

Seokjin masih tersenyum dan ia memiringkan kepalanya.

"Ada apa, Namjoonie?"

"Pagi ini aku tak bisa pergi ke sekolah bersamamu. Uh.. Aku akan pergi ke sekolah bersama Jimin"

Senyuman Seokjin perlahan memudar dan cengkramannya pada pagar rumah Namjoon pun meregang. Seokjin melepas cengkramannya pada pagar rumah Namjoon. Ia menarik-narik ujung sweaternya sambil menunduk.

"Begitu, ya.."

"Kau bisa pergi sendiri dengan bis, kan?"

Seokjin mengangguk lemah. Namjoon tersenyum dan ia melihat arlojinya.

"Ah, aku bisa terlambat. Rumah Jimin agak jauh. Aku duluan ya, Seokjin?"

Namjoon segera melesat menggunakan sepeda motornya. Seokjin menatap kepergian Namjoon dengan hati yang sakit. Seokjin hanya menunduk dan berjalan cepat menuju halte bis.

-

Seokjin meremas botol air mineral dan sehelai handuk di tangannya. Ia berjalan riang menuju lapangan basket, di mana Namjoon melakukan latihan rutin bersama timnya. Baru saja ia hendak masuk ke lapangan, ia melihat rekan-rekan tim basket Namjoon duduk di pinggir lapangan dan di sana ada Jimin, anak kelas satu itu. Rekan-rekan Namjoon sedang menggoda Jimin yang kini dekat dengan Namjoon. Dilihatnya Jimin membawa sebotol air mineral, sehelai handuk, dan kotak bekal makanan. Seokjin menunduk dan melihat bawaannya. Hati Seokjin seketika menciut.

"Namjoon!"

Seokjin mendongak. Dilihatnya Namjoon menghampiri rekan-rekannya itu. Jimin tersenyum lebar dan ia memberikan sebotol air mineral dan sehelai handuk itu pada Namjoon, yang langsung disambut sorak sorai dan siulan. Wajah Jimin merah merona, begitu pula Namjoon. Seokjin mematung, melihat kejadian itu dari kejauhan. Sedetik kemudian ia berbalik dan berjalan cepat ke luar lapangan. Lagi, Yoongi melihat semua kejadian itu dan ia menghela napas panjang.

-

"Senang ya, Namjoon"

Namjoon mengangkat kedua alisnya sambil meminum air mineral pemberian Jimin. Jimin berdiri di dekat Namjoon sambil menatap Jackson. Senyum di bibir Jimin tidak pernah hilang karena bahagia. Jackson menyeringai.

"Senang sekali sekarang kau punya Jimin. Kapan kau akan meresmikan hubungan kalian berdua, hah?"

Wajah Namjoon dan Jimin langsung memerah. Namjoon memukul pelan kepala Jackson.

"Jangan menggodaku"

"Ah, tetapi bagaimana dengan Seokjin?"

Pertanyaan dari Mark itu membuat hening rekan-rekannya. Jimin memiringkan kepalanya. Seokjin? Siapa dia? Apakah itu mantan kekasih Namjoon? Atau siapa? Tiba-tiba Namjoon mendengus dan berdecak.

"Seokjin kan hanya sahabatku sejak kecil, tidak lebih. Apa yang kalian pikirkan?"

Yoongi yang sedari tadi diam saja langsung menoleh pada Namjoon dengan mulut terbuka karena kaget. Apa? Dia mengatakan apa? Namun pikirannya langsung buyar karena sorak sorai di sekitarnya.

"Kalau begitu, tidak ada masalah! Ayo segera resmikan hubungan kalian!"

Jimin hanya menunduk malu. Keresahannya seketika hilang dan ia bersembunyi di balik tubuh Namjoon. Namjoon gemas dan ia mengacak rambut Jimin sayang. Yoongi segera bangkit dan berjalan ke luar lapangan tanpa mempedulikan panggilan rekan-rekannya.

-

Seokjin berdiri di depan gerbang sekolahnya. Ia menyandarkan tubuhnya dan menghela napas berat. Sudah satu jam lebih ia menunggu di situ, menunggu Namjoon selesai latihan basket. Ia melihat arlojinya. Seharusnya latihan basket Namjoon sudah selesai. Ia mengecek ponselnya, dan tidak ada pesan apapun dari Namjoon. Ia berdecak dan menendang batu kerikil di dekat kakinya. Tiba-tiba terdengar suara sepeda motor keluar dari gerbang. Seokjin hafal mati suara sepeda motor itu. Sepeda motor milik Namjoon. Seokjin segera menoleh dan seketika ia mematung. Dilihatnya Namjoon dan dibelakangnya, Jimin, sedang tertawa bersama. Mereka melaju tanpa sadar Seokjin ada di situ. Mereka melaju kencang. Seokjin menatap kepergian mereka. Matanya terasa panas dan dadanya sesak. Ia mengusap matanya dengan kasar dan ia menunduk, berjalan dengan lesu menuju halte bis. Pikirannya berkecamuk.

Tak jauh di belakang Seokjin, Yoongi dan Hoseok menatap punggung Seokjin. Mereka saling berpandangan dengan wajah bingung dan sedih.

"Yoongi.."

"Aku tahu, sayang. Bagaimana ini?"

---

Ah gatau, deh. Ditunggu banget kritik dan sarannya ya, hit me up!><

If You Only KnewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang