19. Plan

4.6K 668 27
                                    

Seokjin menangis bahagia sambil dipeluk oleh kedua orang tuanya. Ibunya menitikkan air mata melihat keberhasilan anaknya yang lolos ke akademi memasak di Australia itu. Jisoo berjingkrak-jingkrak senang. Seokjin terduduk lemas di sofa sambil mengatur napasnya. Jisoo duduk di sebelahnya dan memeluk kakak semata wayangnya itu.

"Jadi, Kak Seokjin akan pergi ke Australia?"

Seokjin mengangguk dan membelai rambut Jisoo. Jisoo mengerucutkan bibirnya.

"Kalau begitu, aku di rumah sendirian, dong!"

Tawa renyah terdengar di ruang keluarga Kim. Ayah Seokjin menepuk punggung anaknya bangga.

"Aku akan mengabari Tuan Kim di sebelah.."

"Appa, jangan!"

Seketika ruangan itu menjadi sunyi senyap. Ibunya mengernyitkan dahinya.

"Ada apa, Seokjin?"

Jisoo menahan napas, pura-pura tak mengetahui hal ini. Seokjin menghela napas dan memulai ceritanya. Apa yang terjadi sebenarnya pada dirinya dan Namjoon kepada kedua orang tuanya.

-

Namjoon meregangkan tubuhnya dan menutup bukunya. Ia berjalan ke bawah untuk mengambil segelas air mineral. Dia melihat ayahnya sedang menonton TV. Perlahan ia menghampiri ayahnya dan duduk di sampingnya.

"Namjoon? Kau belum tidur?"

"Belum, Appa."

Namjoon menghela napas dan menyandarkan tubuhnya. Ayahnya melihat anak pertamanya itu dan mengusap pundaknya sayang.

"Apa kabar anak pertamaku?"

"Aku baik, Appa. Namun ada satu hal yang selalu mengganggu pikiranku."

"Apa itu?"

"Tentang jurusan yang akan kuambil nanti."

Ayahnya menoleh pada Namjoon. Ia segera mengecilkan volume TV dan menatap anaknya dengan serius. Namjoon menghela napas berat.

"Ujian masuk universitas tinggal sebentar lagi dan kau belum menentukan pilihanmu, Kim Namjoon?"

"Aku bingung di antara kedua pilihan, Appa."

"Apa kedua pilihanmu itu?"

"Arsitektur dan desain interior."

Ayahnya menghela napas dan tersenyum melihat anaknya. Namjoon mengerucutkan bibirnya.

"Kok Appa malah tersenyum?"

"Kau ingin mengikuti jejakku, ya?"

Namjoon menyengir kecil. Ayahnya tertawa.

"Senang melihat aku punya kloningan. Kau memang kloninganku, Namjoon. Sedangkan adikmu itu kloningan eomma-mu."

"Mengapa Jungkook adalah kloningan eomma?"

"Karena mereka berdua sama-sama berisik dan cerewet."

Keduanya terkekeh. Ayahnya merangkul Namjoon erat.

"Apapun pilihanmu, Appa akan terus mendukungmu. Keduanya baik untukmu. Look deep inside your heart, lihatlah apa yang kau benar-benar suka dan minat."

Namjoon menghela napas dan tersenyum pada ayahnya.

"Terima kasih, Appa."

Sedetik kemudian ia telah menentukan bahwa ia benar-benar ingin menjadi kloningan ayahnya. Ayahnya yang pintar dan bijaksana. Ayahnya yang memiliki perusahaannya sendiri. Benar, ia ingin menjadi ayahnya. Ia akan mengambil jurusan arsitektur.

If You Only KnewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang