Jungkook berjalan ke bangkunya dan kaget ketika melihat sebuket bunga mawar berwarna merah. Ia mengangkat buket itu dan melihat siapa pengirimnya. Ia melihat secarik kertas menempel di belakang buket itu. Ia memiringkan kepalanya, membaca tulisan yang tertera disitu.
Bunga ini sungguh indah, bukan? Namun, tak ada yang lebih indah dari dirimu, Jungkook.
- T
Jungkook memekik dan menutup mulutnya. Sudah satu minggu ini ia terus-terusan menerima sebuket bunga mawar merah. Pengirimnya hanya meninggalkan inisialnya saja. Ia penasaran siapa di balik semua ini. Ia menghela napas dan mengulum bibirnya.
Sebenarnya, ia berharap pengirimnya adalah Taehyung, karena Jungkook kini telah benar-benar jatuh cinta padanya. Ia teringat pada Taehyung yang selalu menunjukkan afeksinya secara diam-diam. Benar-benar tsundere. Jungkook terkikik geli dan mencium harum bunga itu.
Sepulang sekolah, Jungkook hendak membereskan lockernya. Begitu ia membuka lockernya, secarik kertas meluncur turun ke lantai. Jungkook segera memungut kertas itu dan membaca isinya.
Jungkook, temui aku sepulang sekolah di rooftop. Aku menunggumu di sana.
- T
Jungkook terkesiap. Ia segera mengunci lockernya dan berlari ke rooftop. Ia membawa buket bunga mawar itu di tangannya. Ia benar-benar excited untuk mengetahui siapa yang telah mengiriminya bunga-bunga itu. Begitu ia sampai di rooftop, ia melihat Taehyung yang sedang duduk di bangku. Wajahnya terkena sinar matahari dan rambutnya diterpa angin lembut. Ia benar-benar tampan. Jungkook pun sampai tak bisa menutup mulutnya. Taehyung menoleh ke arah Jungkook dan tersenyum kecil. Ia memberi sinyal pada Jungkook agar menghampirinya. Jungkook menutup mulutnya dan menghampiri Taehyung perlahan.
"Taehyung, kau kah.."
"Jungkook."
Taehyung menyela Jungkook dan meraih kedua tangannya. Wajah Jungkook langsung merah merona. Ia menunduk, tak berani melihat mata Taehyung.
"Hei. Lihat aku."
Suara berat nan dalam Taehyung membuat Jungkook bergidik dan langsung menuruti perintahnya dengan patuh. Jungkook melihat mata Taehyung yang menatapnya lembut. Taehyung tersenyum kecil dan mengelus tangan Jungkook dengan ibu jarinya.
"Ya, aku lah yang mengirimimu bunga-bunga itu. Aku lah T yang berarti Taehyung."
Jungkook menutup matanya dan menggigit bibir bawahnya. Harapannya benar! Dada Jungkook berdegup kencang dan ia berusaha mengatur napasnya. Taehyung terkekeh pelan melihat tingkah menggemaskan Jungkook.
"Jungkook, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku tahu bahwa kau ditakdirkan untukku. Dan sekarang.."
Taehyung mendekatkan tubuhnya pada tubuh Jungkook. Jungkook menunduk, namun sedetik kemudian dagunya diangkat hingga matanya bertemu dengan mata Taehyung yang menatapnya dalam. Jungkook ingin meleleh saja. Jungkook berharap ia tidak mimisan karena ditatap Taehyung sedalam ini.
"Maukah kau menjadi kekasihku?"
Seketika darah dari hidung Jungkook meluncur turun. Mata Taehyung membelalak dan ia menangkup wajah Jungkook.
"Jungkook?! Kau kenapa?"
Jungkook masih terus menatap Taehyung dengan mulut yang terbuka. Ia mengangguk perlahan.
"A-Aku mau menjadi kekasihmu.. Hehe.."
Taehyung mau tak mau tertawa melihat tingkah Jungkook ini. Ia mimisan karena Taehyung. Taehyung langsung mengeluarkan tisu dari sakunya dan melakukan pertolongan pertama pada Jungkook yang mimisan. Jungkook tidak bergeming, membiarkan Taehyung melakukan sesukanya. Taehyung membersihkan darah yang ada di bawah hidung Jungkook perlahan. Taehyung menatap Jungkook lagi dengan dalam. Jungkook langsung menolehkan kepalanya.
"J-Jangan tatap aku seperti itu.."
"Mengapa?"
"N-Nanti aku mimisan lagi.."
Taehyung tertawa dan segera memeluk Jungkook erat. Ia mengecup pucuk kepala Jungkook.
"Aku mencintaimu, Jungkook."
"A-Aku juga mencintaimu, Taehyung.."
-
Hoseok menurunkan ponsel dari telinganya. Ia menghela napas. Sudah lebih dari dua puluh kali ia menghubungi orang itu, namun hasilnya nihil. Orang itu tetap tak menjawab telepon darinya. Orang itu berjanji akan menjemputnya, namun sudah tiga jam Hoseok menunggu dan orang itu tidak datang juga. Ia menghela napas lagi dan memutuskan untuk naik bus. Ia memutuskan untuk ke apartemen orang itu, untuk mengecek keadaannya.
Di dalam bus, air mata Hoseok turun perlahan namun ia segera menghapusnya. Sebenarnya, sudah hampir dua bulan ini ia sulit komunikasi dengannya. Hal ini membuat ia begitu sedih dan kehilangan. Ia tahu orang itu sedang sibuk-sibuknya, namun tetap saja Hoseok membutuhkan orang itu. Membutuhkan perhatiannya, kehadirannya, cintanya...
Hoseok sudah tiba di apartemennya. Ia segera memasukkan password dan masuk. Begitu ia masuk, ia mendengar suara dari kamar. Hoseok menggigit bibir bawahnya dan menempelkan telinganya pada pintu. Ia berusaha mendengar dari balik pintu.
Ia mendengar suara wanita.
Tubuh Hoseok bergetar. Perlahan ia mengangkat tangannya dan membuka pintu itu. Ia melihat orang itu, orang yang ia cintai, sedang bercumbu mesra dengan seorang wanita yang ia kenal karena wanita itu baru saja merilis lagu. Kedua orang yang tertangkap basah itu terkaget. Hoseok berusaha mengatur napasnya.
"Y-Yoongi.. Apa yang kau lakukan dengan wanita itu?"
-
Jimin membawa tumpukan buku di tangannya. Tumpukan buku itu begitu tinggi hingga ia sulit melihat ke depan. Tiba-tiba ia menabrak dinding dan tumpukan buku itu jatuh semua ke lantai. Jimin memekik dan segera memungut buku-buku itu. Tiba-tiba di hadapannya ada orang yang membantunya. Ketika mereka selesai memungut semua buku, Jimin menengadah untuk melihat siapa yang telah membantunya itu. Orang itu masih memunggungi dirinya.
"Aduh, terima kasih banyak telah membantuku!"
Orang itu berbalik dan menatap Jimin. Jimin menganga sedikit. Orang itu adalah Park Jihoon, teman sekelasnya. Jimin berdeham.
"Ah terima kasih banyak, Jihoon!"
"Ayo, aku bantu mengantarkan buku-buku ini."
Jimin dan Jihoon berjalan beriringan. Jimin berseri-seri karena ada yang bersedia membantunya.
"Ah, aku sangat berterima kasih, Jihoon! Bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu?"
"Kau bisa membalas kebaikanku dengan makan siang berdua denganku."
"Apa?"
-
Namjoon menurunkan ponselnya dari telinganya. Ia baru saja selesai kuliah dan kini ia mendaratkan tubuhnya di ranjang asramanya. Ia mengernyitkan dahi. Tumben sekali Jimin tidak mengangkat teleponnya, bahkan setelah lima kali percobaan pun Jimin tetap tak mengangkat. Namjoon berdecak dan menyimpan ponselnya di meja. Ia berujar santai.
"Ah, mungkin Jimin sedang ada kegiatan lain di sekolah."
Ia tak tahu bahwa Jimin sedang terlibat obrolan asyik dengan Jihoon hingga ia tak mendengar dering ponselnya.
-
Seokjin sedang belajar di perpustakaan kampusnya. Ia belajar dua kali lipat, karena kuliahnya menggunakan Bahasa Inggris hingga ia harus belajar lebih ekstra. Ia sedang asyik membaca bukunya hingga ia tak sadar bahwa seseorang berdiri di depannya.
"Hai. Apa kursi di sebelahmu kosong?"
---
Hai! Ini sedikit sneak peek buat Faded, lanjutan dari If You Only Knew👀
Di Faded nanti ada beberapa karakter tambahan, hehehe.
Semoga Faded dapat sesuai dengan ekspektasi kalian, ya! Ditunggu di Faded><
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Only Knew
Fanfiction"Kim Namjoon? Oh, kami sangat dekat! Kami selalu bersama dan tidak ada yang bisa memisahkan kami. Dia adalah galaksiku, segalanya bagiku." - Kim Seokjin "Kim Seokjin? Oh, dia hanyalah temanku, tidak lebih." - Kim Namjoon Ketika cinta yang mereka ras...