Seokjin mengambil mantelnya. Ia memakainya dan segera merapatkannya ke tubuh. Ia menghela napas. Hari semakin dingin saja. Ia menyambar syal berwarna hitamnya dan memakainya di leher. Ia bercermin sebentar. Ia mengambil satu amplop besar berisi berkas yang harus dikirimkannya ke Australia hari ini. Sekali lagi ia memeriksa semua berkasnya. Setelah semuanya lengkap, ia kembali menutup rapat amplop itu dan memasukannya ke dalam tas. Ia turun ke bawah dan menemui orangtua dan adiknya sedang menonton TV.
"Eomma, Appa, Jisoo.. Seokjin pergi ke kantor pos, ya."
"Kau ingin mengirimkan berkas-berkasmu ke Australia, Seokjin?"
"Ya, Appa."
"Appa antar, ya?"
"Tidak usah, Appa. Kantor pos itu dekat sekali, kok. Aku akan berjalan kaki."
"Baiklah, hati-hati di jalan ya sayang."
"Iya, Eomma."
Seokjin segera memakai sepatunya dan bergegas ke luar rumah. Ketika ia mencapai pagar rumahnya, ia hampir tertabrak mobil yang melaju kencang dan berhenti tiba-tiba di hadapannya. Seokjin mengelus dadanya dan mengatur napasnya. Orang gila mana yang mengemudi seperti itu?
"Seokjin!!"
Dilihatnya Hoseok dan Yoongi keluar dari mobil yang hendak menabraknya itu. Seokjin melongo melihat kedua temannya berjalan cepat padanya dengan wajah marah. Seokjin memeluk tasnya erat.
"Seokjin.. Jangan coba-coba kamu!"
Yoongi langsung menyembur marah. Ia mendorong Seokjin ke pagar rumah Seokjin hingga terdengar benturan cukup keras. Seokjin mengerang. Hoseok yang sudah berlinang air mata berdiri di belakang kekasihnya.
"Seokjin, kau mau ke mana?!"
"A-Aku ingin ke kantor pos.. Ada apa dengan kalian?"
"Jangan pura-pura bodoh! Beraninya kau tak memberitahu kami, Seokjin!"
"M-Memberitahu kalian apa.."
Hoseok menjerit marah. Ia berdiri di depan kekasihnya dan menuding Seokjin dengan jarinya. Napasnya tersengal.
"Kau akan melanjutkan kuliah ke Australia, kan?! Benar kan?! Jawab aku, Seokjin!"
Seokjin terkesiap. Ia menutup mulutnya. Hoseok menjerit marah dan air matanya tak berhenti mengalir. Seokjin yang dibentak seperti itu juga ikut menangis.
"A-Aku.. Iya, aku mendaftarkan diri ke akademi memasak di Austalia.."
Tangis Hoseok pecah lagi. Yoongi menenangkan kekasihnya dan memeluknya. Yoongi menahan air matanya agar tidak menetes juga.
"H-How dare you.. We are your best friends! Why don't you tell us about this.."
Yoongi mengecup kepala Hoseok dan mengusap lengannya. Seokjin ambruk ke tanah dan menangis tersedu-sedu. Yoongi meremas pundak Seokjin dan menenangkannya juga. Setelah mereka menangis dan menenangkan diri selama beberapa menit, mereka saling diam. Sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hoseok perlahan menyejajarkan tubuhnya dengan tubuh Seokjin yang masih ambruk di tanah. Yoongi juga melakukan hal yang sama. Hoseok mengelus kepala Seokjin.
"Seokjin.. Mengapa kau tak memberitahu hal ini pada kami? Mengapa kau kini semakin jauh dari kami? Mengapa kau terlihat sedang menghindari kami? Apakah kami telah berbuat salah padamu, hm?"
Seokjin menatap mata Hoseok yang basah karena air mata. Seokjin sesenggukan dan meraih tangan Hoseok dan Yoongi bersamaan.
"Tidak, tentu saja tidak! A-Aku.. Aku hanya tidak mau menjadi beban bagi orang lain lagi.. Aku trauma akan hal itu, Hoseok.. Yoongi.. Hiks.."
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Only Knew
Fanfiction"Kim Namjoon? Oh, kami sangat dekat! Kami selalu bersama dan tidak ada yang bisa memisahkan kami. Dia adalah galaksiku, segalanya bagiku." - Kim Seokjin "Kim Seokjin? Oh, dia hanyalah temanku, tidak lebih." - Kim Namjoon Ketika cinta yang mereka ras...