10. A Good Start

4.7K 753 91
                                    

-flashback-

"Namjoonie!"

Seokjin melompat-lompat menghampiri Namjoon. Namjoon menoleh dan tersenyum lebar. Seokjin melompat dan naik ke punggung Namjoon. Dengan segera Namjoon mencengkram kaki Seokjin agar ia tidak jatuh. Seokjin memeluk Namjoon erat sambil tertawa bahagia.

"Mau diantar ke mana, tuan puteri?"

Seokjin mengerucutkan bibirnya dan memukul pelan pundak Namjoon. Namjoon tertawa renyah.

"Aku bukan tuan puteri!"

"Kau tuan puteri bagiku, Seokjin."

Wajah Seokjin bersemu merah. Ia mengeratkan pelukannya pada Namjoon. Namjoon membenarkan posisi gendongannya dan berbalik menatap Seokjin.

"Mau es krim?"

"Mau!"

"Rasa vanila?"

"Kau tahu kesukaanku, Namjoonie."

"Tentu saja. Ayo kita ke toko es krim."

Seokjin mengangguk dan hendak turun dari punggung Namjoon, namun Namjoon menahannya. Seokjin meronta dan memukul-mukul pelan pundak Namjoon.

"Namjoonie turunkan aku! Kita kan ingin pergi ke toko es krim!"

"Lalu?"

"Turunkan aku! Aku malu digendong seperti ini!"

"Tidak mau."

"Namjoonie!"

"Kau yang tiba-tiba melompat padaku, sekarang kau tak boleh turun. Ini hukuman untukmu, tuan puteri yang nakal."

Pipi Seokjin terasa panas. Namjoon terus berjalan menuju toko es krim, tidak peduli orang-orang disekitarnya menatap mereka dengan pandangan aneh sekaligus geli. Seokjin menenggelamkan wajahnya ke leher Namjoon.

"Namjoonie!!!"

-flashback end-

Seokjin berjalan gontai menuju kelasnya. Kondisi tubuhnya belum pulih sempurna, namun ia memaksakan datang ke sekolah. Ia membenarkan posisi maskernya dan berjalan menuju kelasnya. Begitu ia memasuki kelasnya, ia teringat bahwa bangkunya bersebelahan dengan Namjoon. Seokjin yang datang terlalu pagi itu segera mengambil bangku paling depan, dekat jendela. Ia menghela napas. Ia tidak bisa terus berada di sekitar Namjoon. Itu akan menyakitkan hatinya dan membuat Namjoon jengkel, bukan?

-

"Seokjin, minggu depan ada ujian matematika, loh."

Seokjin yang sedang melamun itu mendongak menatap Hoseok. Hoseok tersenyum, senang melihat Seokjin memberikan respon meskipun masih dengan wajah datar.

"Mau belajar bersama di rumahku?"

Seokjin mengerjap kemudian menggelengkan kepalanya. Hoseok memiringkan kepalanya.

"Kenapa?"

"Aku tidak mau membuat orang lain repot, lagi."

Kemudian Seokjin menunduk melanjutkan makannya, masih dengan wajah datar. Hoseok tersentak. Ia menatap Yoongi dengan cemas. Yoongi hanya bisa mengulum bibirnya dan mengusap punggung tangan kekasihnya.

-

Seokjin memeluk kakinya erat. Pandangannya kosong, menatap dinding di hadapannya. Tentu saja ia memikirkan Namjoon. Ini sudah satu minggu lamanya dan ia masih tidak bisa melupakan perkataan Namjoon tempo hari. Perkataan Namjoon yang menusuk tepat di hatinya itu. Air mata Seokjin jatuh dan ia membiarkannya. Kepalanya seketika pusing dan ia tetap membiarkannya. Ia meneguk air mineralnya dan menghela napas panjang.

If You Only KnewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang