(Again, listen to your favorite sad songs for better experience!><)
-flashback-
Namjoon dan Seokjin merebahkan diri di padang rumput yang luas. Mereka mengobrol banyak dan sesekali tertawa keras. Seokjin memiringkan posisinya dan menatap Namjoon. Ia melihat mata Namjoon yang sedang menatap langit. Seokjin menghela napas dan tersenyum, mengagumi manusia yang ada di hadapannya ini. Sosok Namjoon begitu damai dan tenang, membuatnya ingin selalu berada dalam rengkuhannya.
"Lihat! Ada pesawat!"
Seokjin refleks melihat ke langit, melihat pesawat yang ditunjuk oleh Namjoon. Seokjin menganggukkan kepalanya.
"Apakah kau pernah naik pesawat sebelumnya, Seokjinnie?"
Seokjin menggeleng lucu. Namjoon terkekeh pelan dan menjadikan kedua tangannya sebagai bantalnya.
"Aku juga belum pernah. Ayo, kita naik pesawat bersama!"
Seokjin tersenyum lebar dan menganggukkan kepalanya lagi.
"Pengalaman pertamamu naik pesawat itu harus bersamaku ya, Seokjinnie! Kau dengar itu?"
Seokjin menatap kedua mata Namjoon. Perlahan ia menaikkan tangan kanannya, mengeluarkan jari kelingkingnya.
"Kau berjanji?"
Namjoon mengangkat tangan kanannya dan mengaitkan jari kelingking Seokjin dengan jari kelingkingnya. Ia tersenyum lebar pada Seokjin.
"Aku berjanji, Seokjinnie."
-flashback end-
-
Seokjin terbangun dari tidurnya ketika alarmnya menyala. Matanya terasa berat setelah menangis semalaman. Kepalanya pusing sekali. Ia mengerang dan mematikan alarmnya. Perlahan ia bangkit dan duduk di tempat tidurnya. Ia menatap kamarnya yang sudah kosong, bersih dari barang-barangnya. Kini barang-barangnya berpindah ke kardus-kardus besar di lantai. Tiba-tiba ia teringat bahwa hari ini adalah hari dimana ia akan berangkat ke Australia. Ia terkesiap. Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk.
"Seokjin?"
"Y-Ya, Eomma?"
"Bolehkah Eomma masuk?"
"Tentu saja, Eomma."
Ibunya membuka pintu kamar Seokjin. Ia masih memakai gaun tidur dan sandal rumah. Ia tersenyum lembut pada Seokjin. Ia begitu mirip dengan Seokjin. Ia berjalan pelan dan duduk di samping Seokjin. Ia mengecup pucuk kepalanya lembut.
"Bagaimana perasaanmu, anakku?"
Ibunya melihat mata Seokjin yang sembab. Ia menghela napas. Ia tahu persis bahwa anaknya sedang patah hati, apalagi setelah ia mendengar penjelasan Seokjin tentang apa yang terjadi dengannya dan Namjoon. Ia juga telah mengetahui bahwa Namjoon telah menjadi kekasih orang lain, tentu saja Jisoo yang memberi tahu dirinya. Kabar mengenai Namjoon dan Jimin yang telah resmi menjadi sepasang kekasih menyebar dengan sangat cepat. Ibunya tersenyum dan membelai rambut Seokjin.
"Eomma.. Apakah cinta itu sesakit ini?"
"Tentu saja tidak, Seokjin. Kau hanya belum bertemu dengan orang yang tepat."
"Namjoon bukan orang yang tepat bagiku?"
Hati ibunya hancur seketika. Ia tahu bahwa Seokjin masih berharap pada Namjoon. Ibunya menggigit bibirnya, menahan tangis. Seokjin menatap ibunya dengan mata bulatnya. Ibunya mengecup pucuk kepala Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Only Knew
Fanfiction"Kim Namjoon? Oh, kami sangat dekat! Kami selalu bersama dan tidak ada yang bisa memisahkan kami. Dia adalah galaksiku, segalanya bagiku." - Kim Seokjin "Kim Seokjin? Oh, dia hanyalah temanku, tidak lebih." - Kim Namjoon Ketika cinta yang mereka ras...