(Listen to your favorite sad songs for better experience!><)
Seokjin menimang-nimang kotak kayu yang ada di tangannya. Ia menghela napas dan mulai memasukkan barang-barang kenangan itu ke dalam kotak. Foto-foto masa kecil, pensil Mario Bros, buku catatan berwarna pink.. Semua Seokjin masukkan ke dalam kotak sambil mengingat kenangan-kenangan manisnya bersama Namjoon. Kadang ia terkekeh, mengingat kejadian lucunya bersama Namjoon. Setelah ia selesai nemasukkan semua barangnya ke kotak, ia menutup dan mengunci kotak itu dengan gembok kecil. Seketika ia terdiam dan menggigit bibirnya. Kemudian dengan segera ia mengambil pena dan secarik kertas. Ia duduk di meja belajarnya dan mulai menulis, terus menulis.
-
Namjoon mematut dirinya pada cermin. Ia mengatur rambutnya serapi mungkin. Ia menyisirnya ke belekang, mengekspos dahinya. Ia tersenyum puas kemudian ia mengecek wajahnya, khawatir ada noda atau semacamnya. Ia merapikan tuksedo yang dipakainya. Tuksedo hitam yang sangat elegan. Ia mengelap sepatunya yang mengkilap. Namjoon kembali tersenyum puas. Penampilannya sudah sempurna. Tak lupa ia memakai parfum andalannya, yang membuat orang-orang di sekitarnya langsung meleleh karena mencium wanginya. Namjoon menyambar ponsel dan kunci mobil ayahnya kemudian berjalan turun. Dilihatnya ibunya sedang menonton TV.
"Hai, Eomma."
Ibunya menoleh dan langsung terkesiap. Ia menutup mulutnya dan matanya membelalak. Namjoon mengangkat kedua alisnya.
"Ada apa, Eomma?"
"Astaga, anakku tampan sekali!"
Namjoon terkekeh melihat ibunya yang masih mematung. Ia mencium tangan ibunya dan memeluknya erat.
"Doakan anakmu, Eomma."
"Ada apa, Namjoon?"
"Anakmu ini akan mengutarakan perasaannya pada seseorang."
Ibunya terkesiap lagi. Ia bertepuk tangan senang dan menepuk punggung anaknya berkali-kali.
"Ah, aku doakan yang terbaik! Kau akan mendapatkannya, anakku."
Ibunya mengecup pipi Namjoon sebelum Namjoon pergi. Ia meraih ponselnya dan menghubungi Jackson.
"Namjoon?""Hai. Apakah sudah siap?"
"Semua sudah siap. Kapan kau akan datang?"
"Bagus. Aku sudah di jalan."
"Oke!"
Namjoon segera memutus sambungan teleponnya dan mengencangkan laju mobilnya.
-
Yoongi membuka pintu toilet dan masuk ke salah satu biliknya. Ia sudah sampai di gymnasium sekolahnya, tempat prom night diadakan. Ketika ia sedang berurusan dengan urusannya, ia mendengar ada yang masuk ke kamar mandi. Awalnya ia tak peduli, namun tiba-tiba ia mendengar sesuatu yang menarik.
"Kau gugup, Namjoon?"
"Yah, sedikit."
"Kau bisa melakukannya, Namjoon. Kau sudah memantapkan ini berkali-kali."
"Ah, tetap saja aku gugup sekali. Bagaimana kalau dia menolakku?"
"Jimin? Menolakmu? Tidak akan, Namjoon! Berhenti berpikir yang tidak-tidak."
Mata Yoongi langsung melotot. Apa? Apa dirinya tak salah dengar? Namjoon akan menyatakan perasaannya pada Jimin? Di prom night ini? Lalu, bagaimana dengan rencana Seokjin? Yoongi telah mengetahui rencana Seokjin, tentu saja dari Hoseok. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Yoongi memutar otaknya. Ia tak mungkin keluar dari biliknya dan menyerang Namjoon sekarang. Ini akan membuat keributan. Apakah ia harus berbuat onar di prom night itu dan menggagalkan rencana Namjoon? Tidak, itu tidak boleh. Apakah ia harus melarang Seokjin pergi ke prom night? Oke, itu bisa dilaksanakan. Tapi, bagaimana jika Seokjin curiga? Yoongi menjambak pelan rambutnya. Kemudian ia sadar ternyata sudah tidak ada suara lagi dari luar. Ia buru-buru keluar dan mencari Hoseok.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Only Knew
Fanfiction"Kim Namjoon? Oh, kami sangat dekat! Kami selalu bersama dan tidak ada yang bisa memisahkan kami. Dia adalah galaksiku, segalanya bagiku." - Kim Seokjin "Kim Seokjin? Oh, dia hanyalah temanku, tidak lebih." - Kim Namjoon Ketika cinta yang mereka ras...