part 1

238 16 0
                                    


       Hari ini adalah hari pertama seorang gadis muda cantik berusia 21 tahun bekerja, pagi - pagi buta Meldi telah bersiap - siap mulai dari memilih pakai apa yang hendak ia gunakan, menyiapkan peralatan untuk bekerja dan yang lainnya, perasaannya sangat campur aduk karena ini pengalaman pertamanya bekerja. Setelah Meldi siap, ia segera keluar kamar dan menuju meja makan. Di meja makan tampak papa dan kak Rein, kakak Meldi sudah menunggu. Sementara itu bibi nah tengah sibuk menyiapkan makanan.
" Cie....hari pertama kerja keliatan seneng banget nih, " ujar kak Rein sambil menyendok makanan
" Iya dong, akhirnya aku bisa masuk di perusahaan yang aku inginkan." Kata Meldi sambil menyeret kursi dan duduk
" Mel, hari ini kamu bareng kak Rein aja ya, soalnya mobilnya mau papa pake kumpul - kumpul sama temen papa. "
" Emang papa mau kemana? " Tanya kak Rein
" Papa mau main bareng sama temen - temen lama papa, paling nge-band kalo gak ke rumahnya om Rudi, " jawab papa sambil mengunyah makanannya
" Tumben papa mau ngeband perasaan udah lama banget gak papa nge-band seinget Rein , terakhir papa nge band waktu Rein umur 5 tahun ?"
" Hahaha....ya sekarang kan papa udah santai, anak papa juga sudah dewasa semua, " jawab papa Rein sambil tersenyum.
" Oh iya, semoga Meldi sama Rein kerjanya lancar ya hari ini. " Ujar papa kepada Meldi dan kak Rein yang disambut senyuman oleh Meldi dan kak Rein.
" Aamiin iya pa, makasih ya pa," ujar Meldi sambil beranjak dari tempat duduknya dan mencium pipi papanya.
Setelah sarapan mereka selesai, Meldi dan kak Rein segera berangkat ke tempat kerja mereka.

       Meldi kini tiba di sebuah gedung 6 lantai dengan arsitektur modern, bangunan itu di dominasi kaca di setiap sudutnya, bentuk bangunan itu seperti sebuah persegi dengan sudutnya berada di depan. Meldi melangkah kan kakinya memasuki lobi gedung itu dan bertanya pada receptionis, beberapa saat Meldi menunggu. Ia memperhatikan lobi gedung itu, yang mana lobi ini bernuansa klasik , hal ini terlihat dari jajaran lukisan dan benda aksesoris yang memperindah ruangan ini. Tiba - tiba seorang lelaki dengan sebuah kumis tipis mengenakan kemeja abu - abu dengan dasi kuning menghampiri Meldi.
" Apa benar ini suadara Giavani Meldina Safa ?" Tanya lelaki paruh baya itu
" Iya benar saya Meldi,"jawab Meldi
" Kenalkan saya Aldino, menejer perusahaan ini. Baik saya akan tunjukkan tempat saudara! " Ajak lelaki itu pada Meldi. Meldi diajaknya menaiki lift ke lantai 3, lalu menyusuri lorong - lorong dengan banyak lukisan disetiap sudutnya, tak lupa ada bunga - bunga aglonema caladium yang begitu mempesona di setiap sudut lorong. Akhirnya mereka sampai di sebuah ruangan dengan dinding kaca yang sangat luas serta beberapa meja yang berjajar di tempat itu. Pak Aldino menunjukkan meja Meldi dan memperkenalkan Meldi kepada Pak Hafid, salah satu supervisor perusahaan yang membawahi Meldi.
Hari pertama di kantor ini, Meldi sudah mulai disibukkan dengan pekerjaan, mulai dari mengurus berkas - berkas, menerima dan menelfon Customer, dan masih banyak lagi. Bukan hal yang sulit bagi Meldi untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya. Meldi juga mulai akrab dengan beberapa teman. Dan diantara mereka dengan senang hati membantu Meldi ketika ia dalam kesulitan.
    
      Bel makan siang pun berbunyi, semua karyawan berbondong - bondong menuju kantin kantor, namun diantara mereka juga ada yang lebih memilih makan di luar atau memesan makanan untuk dibawa di meja kerjanya. Meldi dan teman barunya Ivanka menuju kantin sambil berbincang - bincang, mereka tengah membicarakan fashion bulan ini. Saat dipersimpangan lorong, tiba - tiba Meldi menabrak seseorang " bruk..." Meldi terjatuh dan berkas - berkas orang itu juga ikut terjatuh dan berantakan. Meldi mendongak melihat sosok yang ia tabrak adalah seorang laki - laki muda yang jangkung dengan tinggi sekitar 179cm, rahangnya sangat tegas dengan hidung yang mancung, perawakannya sangat gagah dengan dada di bidang di balik jas biru Dongker yang ia kenakan. Beberapa saat Meldi terpukau melihat sosok itu, namun Meldi segera tersadar dan membantu memunguti berkas yang tercecer di lantai dan memberikan pada lelaki itu,
" Maaf kan saya, saya benar - benar tidak menduga jika anda akan lewat." Meldi berdiri sambil memberikan berkas itu dan tersenyum.
" Iya tidak apa, saya juga minta maaf sampai membuat kamu terjatuh." Ujar lelaki itu dengan senyum hangat yang mengembang di bibirnya.
" Tapi sebelumnya seperti nya saya tidak pernah melihat kamu di sini, apa kamu karyawan baru?" Tanya lelaki itu yang di sambut anggukan oleh Meldi,
" Kalo begitu selamat datang di perusahaan ini dan selamat bekerja." Tambahnya. Setelah itu, lelaki itu kembali melanjutkan perjalananannya. Tak beberapa lama terdengar suara Ivanka yang sedikit histeris di dekat Meldi,
" Ya...ampun ya ampun, Mel aku gak percaya sama barusan yang terjadi," ucap Ivanka dengan mengipaskan tangannya yang tidak kepanasan,
" Ada apa sih, memangnya kenapa sama lelaki itu?" Tanya Meldi dengan bingung
" Ya ampun Meldi, dia itu wakil direktur perusahaan , dia itu juga anak pemilik saham terbesar perusahaan ini, dan yang buat aku kaget, seorang Yoesan Zellino yang pendiam dan sedikit angkuh, bicara langsung sama karyawan baru. Itu benar - benar aneh. Aku aja sering ketemu dia tapi gak sekalipun pernah ngomong sama dia. " Ivanka menjelaskan
" Oh....jadi gitu, yaudah yuk buruan ke kantin aku udah lapar! " Ujar Meldi sambil menarik tangan Ivanka yang masih terus bergumam.

Tanpa Matahari ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang