Part 26

58 5 0
                                    

       " Saya bukan Meldi,  maaf anda salah orang, " Gia berlalu meninggalkan Reihan yang masih diam mematung. Reihan mencoba menyusul Gia dan mencekal tangannya,
" Nggak,  kamu pasti Meldi kan,  aku yakin  kamu pasti Meldi, ayolah jujur saja, " Reihan terus mendesak Gia untuk mengaku,
" Tidak,  kau salah orang,  tolong lepaskan aku,  atau aku akan berteriak, " Gia meronta - ronta dan memukul - mukul Reihan agar melepas genggamannya tapi itu semua tak berpengaruh pada Reihan. Bahkan ia semakin menguatkan genggamannya hingga membuat Gia kesakitan.
" Hei.... Lepaskan dia! "
Bug
Beruntung Andrian datang dan menonjok Reihan hingga jatuh tersungkur,
" Apa nona tidak apa - apa? " Andrian menelusuri jikalau Gia terluka,
" Aku tidak apa - apa,  ayo cepat kita pergi dari sini! " Gia dan Andrian segera pergi dari sana,  meninggalkan Reihan yang kesakitan setelah ditonjok oleh Andrian hingga bibirnya sedikit robek dan mengeluarkan darah.

       Yoesan mondar - mandir di halaman mansionnya karena tak ada kabar apapun dari kakaknya. Tadi,  ia hendak menjemputnya di bandara,  tapi karena masih mengantar Gia pulang ia telat menjemput kakaknya dan kakanya sudah tak ada di bandara.  Dan saat ia pulang dirinya juga tak mendapati di rumah kakaknya maupun mansionnya. Beberapa saat datanglah Reihan dengan sebuah taksi. Keadaannya sungguh sangat menyedihkan,  pakaian nya kotor dan berantakan dengan wajah yang babak belur,
" Ya.... Ampun,  kenapa bisa seperti ini? " Yoesan mendekat dan membantu Reihan berjalan masuk ke mansionnya,
" Kakak dari mana saja sih,  aku cari - cari dari tadi, " Lanjut Yoesan,
" Kamu itu yang kemana aja,  aku nunggu sampai berjam - jam,  yaudah aku naik taksi, " Jawab Reihan yang sedikit kesal dengan adiknya itu,
" Iya,  maaf maaf,  tadi aku masih ada urusan sebentar, kenapa kok kakak jadi kayak gini? " Yoesan penasaran,
" Tadi itu aku mampir dulu ke makam,  nah saat aku mau ke makam Faliq aku lihat ada wanita disana,  dan asal kamu tahu wajahnya sangat mirip dengan Meldi,  menurutku Meldi,  tapi dia gak mau ngaku,  saat aku paksa ngaku ada seorang laki - laki ninju aku sampek kayak gini, "Jelasnya,
" Oh.... Makanya jangan asal nuduh orang, " Jawab Yoesan dengan santai seraya mengobati kakaknya itu,
" Au.... Ati - ati dong,  sakit ini. Aku gak mungkin salah dia itu benar - benar Meldi,  wajahnya aja persis,  lagian dia juga ngunjungi makam Faliq, " Reihan bersikuku dengan pendapatnya.
" Ya... Terus kalo bener Meldi mau ngapain? " Yoesan seakan acuh,
" Kok kamu cuma gitu,  bukannya kamu itu yang paling pingin Meldi kembali ya, "
" Ya emang sih,  tapi aku beri tahu ya,  paling yang kakak kira Meldi itu Gia Sanders, " Mendengar itu Reihan mengernyit tak mengerti,
" Gia Sanders,  kok bisa kamu bicara gitu,  dan siapa itu? " Reihan menyelidik,
" Dia itu putri tunggal Gustav Sanders,  pemilik Sanders Company,  dia itu baru beberapa hari tinggal disini, " Jelas Yoesan,
" Tapi aku tetep yakin itu pasti Meldi, cuma dia nyamar, "
" Yaudah lah kak,  kita liat aja nanti gimana, " Yoesan menyeringai pada kakaknya.

       Gia kini terduduk di taman rumahnya yang luas dan indah. Dirinya masih syok dengan peristiwa yang terjadi saat bertemu dengan Reihan di makam tadi. ia terus melamun hingga tak sadar Andrian duduk di sampingnya,
" Bagaiamanapun usaha anda,  lambat laun semuanya akan terungkap, " Gia menoleh ke arah Andrian tak berekspresi,
" Aku harus bagaimana lagi Andrian aku pulang kemari hanya ingin bisa dekat dengan Faliq dan keluargaku,  bukan untuk dekat dengan mereka, "
" Anda sudah mengambil keputusan untuk kembali kemari,  itu artinya anda juga harus siap dengan konsekuesinya. "
Andrian menatap Gia lekat - lekat,
" Saya tahu,  sebenarnya anda pulang juga karena dia,  masih terlihat jelas bahwa anda masih mencintainya, anda harus segera mengakhiri semua ini nona," Lanjut Andrian,
" Tapi saat ini masih tidak tepat Andrian, kau tahu sendirikan masih ada saja yang mengancam diriku,  aku sungguh lelah dengan semua ini Andrian,  aku sudah berusaha mengubur masa laluku dalam - dalam,  aku hanya ingin hidup tenang, " Gia frustasi seraya meremas roknya,
" Anda tak bisa mengubur masa lalu anda,  karena masa lalu itu adalah bagian dari hidup Yang patutnya menjadi pembelajaran untuk kita, satu - satunya cara adalah dengan mengakhiri semua ini nona, kembali lah padanya, meski ia dulu menyakiti anda,  tapi saya bisa lihat kalian masih saling mencintai,  beri dia kesempatan lagi, " Andrian berusaha meyakinkan Gia,  namun Gia hanya diam tak bergeming dan kemudian ia beranjak meninggalkan Andrian.   

    Andrian masih tetap terduduk di tempatnya,  ia tersenyum merasa miris dengan nasib nonanya. Nonanya selalu dihadapkan dengan persoalan yang rumit terlebih lagi masalah percintaannya yang selalu berkaitan dengan bisnis. Sungguh sangat kasihan nonanya itu. Satu - satunya alasan Andrian selalu setia pada nonanya karena Faliq ingin dirinya selalu menjaga Gia. Faliq tak hanya bos baginya,  berkat Faliq dan keluarganya ia bisa menjadi seseorang seperti sekarang ini. Kemudian memorynya membawa ia mengenang masa - masa saat bersama Faliq, bagaimana Faliq didiagnosis menderita sakit mematikan namun ia meminta Andrian untuk merahasiakan dari semua orang dan selalu bersikap seakan - akan tidak ada yang terjadi. Ia juga tahu,  bahwa sebenarnya penyebab kecelakaan Faliq disebabkan penyakitnya kambuh saat menyetir dan meninggal karena penyakit itu juga. Kemudian ia mengingat bagaimana Faliq sangat mencintai Gia,  namun cintanya bertepuk sebelah tangan. Meski begitu Faliq selalu melakukan semua untuk Gia bahkan saat ia sudah tak ada di dunia ini. Dulu Faliq selalu mengirim buket bunga pada Gia,  tapi entah Gia tahu atau tidak siapa pengirimnya. Dan hal paling besar yang dilakukan Faliq adalah merelekan dan berusaha mempersatukan Gia untuk hidup  bersama dengan lelaki yang Gia cintai. Andrian sungguh merasa takjub dengan pengorbanan yang Faliq lakukan pada Gia.
" Aku akan berusaha mewujudkan impianmu,  melihatnya bahagia, " Gumam Andrian seraya menatap langit.

      Gia keluar dari rumahnya membawa sebuah koper besar,  kini ia sudah mengganti pakaiannya. Andrian yang melihatnya sangat terkejut,  ia segera beranjak dari taman dan mendekati Gia,  serta bertanya - tanya apa yang sedang dilakukan bosnya ini,
" Nona,  anda mau kemana? " Tanyanya penasaran sekaligus terkejut,
" Andrian segera siapkan penerbanganku secepatnya,  aku ingin kembali ke Paris, " Jawabnya dengan dingin dan terus melangkah menuju mobil limosinnya.

     

     

Tanpa Matahari ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang