part 2

120 10 0
                                    

Secercah cahaya yang berpendar ke segala arah tak akan pernah melupakan dirinya dari sumbernya, sejauh apapun meninggalkan sumbernya pada akhirnya akan kembali pada asalnya. Dua burung merpati hidup bahagia di atas pohon mangga, sebuah sarang indah , makanan yang tercukupi, membuat mereka merasa menjadi mahluk paling beruntung di dunia. Namun, sebuah gagak menyambar sarangnya sehingga sang merpati betina terjatuh, terbentur dahan hingga patah sayapnya. Seketika semua berubah, tapi sang jantan tak pernah meninggalkannya dan terus berjuang untuk hidup mereka.

Pagi ini sangat cerah, matahari tak malu untuk menunjukkan senyumnya. Kicau an burung Pipit yang saling bersahutan menambah ketentraman jiwa semua orang. Seorang wanita belia duduk di sebuah kursi taman memandangi bunga - bunga ungu yang bermekaran dan mengeluarkan wewangian yang sangat khas, wajah pucatnya menunjukkan betapa lemah dan tak berdaya nya ia. Nafas yang berhembus teratur mencoba menenangkan jiwanya yang letih. Seseorang datang menutup mata sang gadis dengan sengaja.
" Sudahlah aku sudah tahu ini kamu yoesan." Ujar Zahana sambil tertawa renyah,
" Kenapa sih tuan putri cantikku ini selalu tahu?" Balas yoesan dengan melepas kedua tangannya dan duduk di sebelah Zahana, lalu tangannya terangkat memberikan sebuah mahkota dari rangkaian bunga - bunga.
" Nah, sekarang tuan putriku semakin cantik," kata Yoesan yang di balas senyuman oleh Zahana.
" Yo, kenapa sih akhir - akhir ini kamu selalu sibuk, seakan - akan tidak pernah ada waktu untukku?" Tanya Zahana dengan wajah yang cemberut
" Loh kok jadi cemberut gitu sih, ayo senyum, tuan putri jadi gak cantik lagi kalo gak senyum !" Seru Yoesan sambil menggoda Zahana,
" Iya aku minta maaf ya, soalnya sekarang aku kan di posisi yang cukup penting di perusahaan, otomatis pekerjaanku juga semakin banyak. Ayo dong jangan cemberut lagi !" Bujuknya.
" Aku janji deh, setiap aku ada waktu aku akan menemani kemana pun kamu mau dan menuruti semua apa yang kamu inginkan," tambahnya sambil mengangkat jari kelingking nya pada Zahana, lalu Zahana membalas dan tersenyum kembali pada Yoesan.

Di sudut lain taman, Meldi juga tengah menunggu seseorang dengan perasaan yang campur aduk. Sudah lebih dari satu jam Meldi menunggu, namun tak ada seorang pun yang datang. Ingin rasanya ia beranjak dari tempat duduknya. Namun perasaannya menahannya untuk lebih sabar lagi menunggu. 15 menit kemudian, masih tetap tak ada seorang pun yang datang. Dalam hati, Meldi mulai meruntuki orang yang ia tunggu itu. Di saat batas kesabarannya sudah terlampaui, Meldi tak tahan lagi dan memutuskan pergi dari tempat itu. Tapi, terdengar Lamat - Lamat suara orang memanggil namanya. Ia segera berbalik ke sumber suara dan mendapati seorang laki - laki bertubuh tinggi mengenakan jaket bomber dengan celana pendek selutut dan mengenakan sebuah topi. Lelaki itu mendekati Meldi dengan nafas yang masih tersengal - senggal.
" He....he...he...maaf ya aku telat, " ujar Faliq sambil tersenyum memperlihatkan jajaran giginya yang tersusun rapi.
" Hu.....dasar, aku udah nunggu kamu dari tadi jam 7 pagi, sampai sekarang udah hampir jam 9." Seru Meldi dengan memukul - mukul Faliq, Faliq mengaduh dan menenangkan Meldi dengan menuntunnya di sebuah kedai dekat taman.
" Maaf ya, aku telat soalnya ban mobil aku tiba - tiba bocor tadi." Jelas Faliq sambil memesan sebuah minuman pada pelayan.
" Kamu itu kemana aja sih, udah 5 tahun kamu itu ngilang?" Tanya Meldi
" Iya jadi aku itu, selama ini gak pernah ada waktu buat ke kota ini, aku lulus SMA 2 tahun lalu terus langsung nglanjutin sekolah aku ke luar negeri. Seminggu yang lalu baru aja aku lulus, dan aku bisa dapetin kontak kamu aja dengan susah payah, dengan seluruh jiwa dan raga serta pengorbanan yang berdarah - darah." Jelasnya dengan tingkahnya yang lebay,
" Hu....dasar, masih aja lebay, wah jadi kita sama dong, aku juga baru lulus perguruan tinggi bulan lalu, terus dua Minggu yang lalu aku udah mulai kerja di sebuah perusahaan property. Kamu sendiri setelah ini rencananya bakal ngapain?" Tanya Meldi pada Faliq sambil menengguk sebuah jus melon
" Em. ...rencana nya sih aku bakal nerusin perusahaan keluarga ku yang ada di kota ini, karena aku satu - satunya anak sekaligus cucu laki - laki, jadi aku yang diberi amanah buat nglanjutin usaha kakekku." Jelas Faliq .
" Oh...iya....iya, semoga usaha kamu dapat makin berkembang dan sukses ya." Kata Meldi yang di sambut senyuman oleh Faliq, selanjutnya percakapan mereka terus berlanjut hingga tak terasa langit mulai menumpahkan tetesan air yang semakin lama semakin banyak, Meldi dan Faliq berlarian masuk ke sebuah mobil hitam yang terparkir di pinggir taman, lalu, mobil yang mereka naiki segera menjauh dari taman indah yang kini terguyur hujan.

Setelah beberapa lama mobil mereka membelah hujan, mereka berhenti di sebuah butik yang sangat besar. Dari jendela luar butik itu, terlihat beraneka mode pakaian berjajar di dalamnya, di depan butik itu terdapat bunga - bunga gantung dan rangkaian bunga serta sulur yang menjalar di depan pintunya, butik ini terlihat sangat asri dan juga elegant. Meldi bertanya - tanya kenapa Faliq mengajaknya ke tempat ini, namun belum sempat bertanya Faliq sudah menggiring Meldi keluar. Saat masuk, mereka di sambut seorang wanita muda yang cantik dengan rambut cokelat sepanjang bahu, mengenakan pakaiannya sangat fashionable dan langsung menyapa Faliq,
" Hei....kapan kamu datang, sudah lama sekali aku tidak melihatmu ?" Tanyanya dengan senyum yang menawan,
" Baru kemarin aku sampai di kota ini Asley, ternyata kamu masih ingat aku, aku kira kamu akan lupa padaku, " jawab Faliq yang membuat mereka berdua tertawa, lalu pandangan Asley mengarah pada Meldi dan mulai menyelidik,
" Wah...siapa ini yang kamu bawa, Faliq ?" Tanya Asley sambil tersenyum ke arah Meldi
" Asley, Perkenalkan ini sahabat kecilku, namanya Meldi, dan Meldi, perkenalkan ini Asley designer sekaligus pemilik butik ini, sejak kecil aku sudah terbiasa kemari jika aku menginginkan pakaian, karena dari dulu keluargaku sudah mengenal orang tua Asley, pemilik butik ini sebelumnya, " jelas Faliq , lalu Asley menjabat tangan Meldi
" Apa yang bisa aku bantu untuk teman lama yang sudah lama tak jumpa ini?" Lanjut Asley
" Begini, nanti malam ada sebuah pesta di tempat kolegaku, aku butuh sebuah pakaian yang sesuai untukku dan Meldi , sebuah pakaian yang sangat mempesona dan juga elegant, " mendengar itu, Meldi langsung menoleh ke arah Faliq dan seakan bertanya.
" Oke, baiklah akan aku Carikan koleksiku yang paling cocok dan istimewa untuk kalian, kalian bisa tunggu di ruangan itu selagi aku mencarikan yang pas! " Ujar Asley seraya menuntun Faliq dan Meldi di sebuah ruangan klasik bernuansa putih. Setelah Asley pergi, Meldi menuntut jawaban dari Faliq,
" Jadi, nanti malam aku akan mengajak kamu ke pesta kolega Bisnisku, aku gak tahu lagi mau ngajak siapa, masa aku ke pesta tanpa membawa pasangan, itu akan terlihat aneh bukan? " Ujar Faliq meyakinkan Meldi,
" Tapi seharusnya kamu kan tanya dulu ke aku, kamu ini kebiasaan gini dari dulu. " Timpal Meldi,
" Hehehe....ya maaf, kalo aku gak gini kamu pasti gak akan mau, sekali ini aja kok , mau ya?"
" Iya deh...iya, mangkanya kamu itu nyari cewek biar punya pasangan," kata Meldi sambil membenarkan rambutnya
" Buat apa cari pacar, kalo udah punya sahabat cantik multifungsi," kata Faliq sambil meringis lebar , mendengar itu mata Meldi langsung melotot pada Faliq.
Kemudian, Asley datang kembali membawa sebuah tuxedo berwarna hitam dan gaun panjang tanpa lengan berwarna gold. Kemudian Asley menyuruh mereka berdua untuk mencoba pakaian itu, dan setelah mereka mencoba Asley memuji mereka berdua karena mereka terlihat sangat serasi,
" Ya ampun, kalian benar - benar sangat serasi, satu nya sangat cantik dan yang satunya juga tampan, pasti nanti malam kalian akan menjadi pasangan yang paling menawan, " puji Asley pada mereka
" Hem....kalo aku emang dari lahir udah ganteng," jawab Faliq dengan percaya dirinya
" Hu...dasar, mana ada orang ganteng tapi gak ada cewek yang mau," timpal Meldi asal - asalan,
" Eh...jangan salah ya, bukannya gak ada cewek yang mau sama aku, emang aku aja yang selalu nolak mereka," kata Faliq tak terima, mendengar Faliq dan Meldi yang saling berdebat Asley tertawa, mereka terlihat sangat lucu dan terlihat semakin serasi,
"Hahahaha.....kalian ini benar - benar sangat serasi, aku doakan supaya kalian berjodoh, " ucap Asley
" Apaan....siapa yang mau nikah sama singa Afrika yang kelaparan kayak gini?" Mendengar kata - kata Faliq, Meldi langsung memukul - mukul Faliq . Asley semakin tertawa kencang melihat ulah dua orang yang sangat menggemaskan itu, beberapa saat kemudian Faliq memutuskan membeli pakaian itu dan melangkah meninggalkan butik milik Asley.

Langit sudah semakin gelap, namun bukan lagi gelap akibat mendung. Hujan sudah reda sejak sore tadi, kini langit mendung digantikan langit malam dengan bintang - bintang yang berkelap-kelip. Suasana malam ini begitu sunyi, hanya beberapa kendaraan yang berlalu lalang di jalanan. Tapi, di sebuah rumah menunjukkan kemeriahan dengan banyak orang yang datang mengenakan pakaian - pakaian rapi dan menawan. Meldi turun dari mobil Faliq dengan hati - hati. Faliq turun terlebih dahulu dan membukakan pintu untuk Meldi dan membantunya turun bak seorang tuan putri. Malam ini Meldi memang sangat mempesona bak tuan putri, gaun yang tadi siang dibelikan Faliq melekat indah di tubuh Meldi yang semampai. Rambutnya disanggul agak tinggi memperlihatkan tengkuknya yang putih mulus. Ia juga mengenakan sebuah kalung dan anting senada dengan pakaiannya serta membawa sebuah dompet kecil di tangannya, semakin menakjubkan penampilannya. Dengan menggandeng tangan Faliq Meldi memasuki ruangan besar yang sudah penuh dengan tamu. Beberapa orang memperhatikan kedatangan mereka, beberapa wanita menatap dengan pandangan kagum dan ada juga yang tampak berbisik. Meldi sedikit risih dengan suasana ini. Namun, ia memilih tak menghiraukan. Seorang lelaki berusia sekitar 30 tahun an menghampiri Faliq dan Meldi, sepertinya ia adalah tuan rumah pesta ini.
" Selamat datang di pesta saya, bagaimana kabar anda, saya dengar anda baru menyelesaikan pendidikan anda di luar negeri?" Sambut pria itu
" Kabar saya baik, kabar anda sendiri bagaimana?" Balas Faliq sambil menjabat tangan lelaki itu,
" Anda bisa lihat sendiri, saya lebih dari baik. Tapi Lihat siapa gadis cantik yang bersama anda, saya belum pernah melihat?" Tanya lelaki itu sambil melihat ke arah Meldi,
" Perkenalkan ini sahabat saya nona Giavani Meldina Safa, dan Meldi, perkenalkan ini bapak Raihan tuan rumah pesta ini,"
Setelah itu Raihan berjabat tangan dengan Meldi dan tersenyum. Lalu, Faliq dan Raihan mulai berbincang - bincang masalah bisnis mereka, Meldi yang dari tadi hanya mendengar kan mulai bosan dan memutuskan untuk ijin ke kamar mandi sebentar.
Saat mulai menjauh dari Faliq dan Reihan, lagi - lagi Meldi tak sengaja menabrak seseorang yang tak lain adalah yoesan Zellino. Meldi sangat terkejut mendapati atasannya kini berada di hadapannya.
" Wah ....lihat lagi - lagi kita bertabrakan, apa yang sedang kamu lakukan di sini ?" Tanya yoesan
" Maaf kan saya pak, saya tidak sengaja."
" Kamu ini lucu ya, minta maaf terus, entah sudah berapa kali saya mendengar kata itu dari kamu." Jawab yoesan dengan terkekeh
" Apa yang sedang kamu lakukan di sini Meldi?" Tanya nya lagi
" Saya kesini menemani sahabat saya memenuhi undangan pesta koleganya."
" Oh jadi teman kamu itu kolega kakak saya, saya pikir kamu kolega kakak saya."
" Jadi, pak Raihan itu kakak bapak?" Ujar Meldi sedikit tak percaya.
" Iya, memangnya kenapa aku beda ya sama dia, ya memang beda, lebih ganteng aku dari dia," ucap yoesan sambil tertawa, Meldi juga ikut tertawa mendengar perkataan yoesan. Dalam pikiran Meldi, ternyata lelaki ini cukup humoris di balik sikapnya yang terlihat dingin dan angkuh. Lalu, mereka berdua terus melanjutkan obrolan santai mereka hingga tiba - tiba pembawa acara mengumumkan bahwa saat ini memasuki sesi berdansa.
" Meldi, kamu mau berdansa dengan ku?" Tanya yoesan seraya mengulurkan tangannya. Meldi merasa tidak enak jika menolak tawaran atasannya itu, tapi dia juga merasa malu. Akhirnya Meldi menganggukkan kepalanya menerima tawaran dan berdansa bersama Yoesan. Meldi memegang kedua pundak Yoesan dengan sedikit gugup, tapi Yoesan memegang dan menarik pinggang Meldi agar semakin dekat tanpa rasa gugup sama sekali. Beberapa menit musik di putar, mereka berdua saling memandang, yoesan memperhatikan setiap detil wajah Meldi yang mempesona dengan mata coklat tua dan sebuah lesung pipi yang timbul saat ia tersenyum. Meldi sendiri merasa waktu berhenti saat ia berdansa dengan Yoesan, dalam dadanya terasa tak karuan, jantung berdebar dan nafasnya sedikit tak teratur. Namun Meldi berusaha bersikap normal di depan Yoesan. Saat musik berhenti di putar, Meldi segera melepaskan tangannya, namun Yoesan masih tetap memegang pinggang Meldi, beberapa saat kemudian yoesan tersadar dan ia segera melepaskan pelukannya. Saat Meldi berbalik ia terkejut karena Faliq sudah ada di belakangnya.
" Mel, kamu ini, aku cari kamu dari tado gak ada, katanya ke kamar mandi taunya dansa di sini," dari nada bicaranya tampak Faliq sangat kesal. Tapi tiba-tiba Yoesan mendekat ke Faliq,
" maaf , Tadi saya yang mengajak Meldi berdansa, jadi itu bukan salah dia. Baik rupanya saya sedikit mengganggu kalian di sini, saya akan pergi dulu, sampai jumpa Meldi," Yoesan berpamitan dan tersenyum manis ke arah Meldi, melihat itu Faliq segera bertanya menyelidiki,
" Siapa lelaki itu, gebetan baru ya?"
" Ah tidak, dia itu atasan ku di kantor, "
" Aku baru sekarang melihat seorang atasan yang mengajak bawahannya berdansa,pasti ada sesuatu di antara kalian."
" Tidak usah berpikir macam - macam Faliq, tadi itu hanya kebetulan kok, lagian apa salahnya aku berdansa dengan atasanku, apa itu masalah buat kamu?"
" Tidak, kamu mau berdansa dengan siapa pun bukan masalah buat ku, tapi yang jadi masalah saat kami tiba - tiba menghilang dari sisiku,"
" Sudahlah lebih baik kita pulang, aku sudah jenuh dengan pesta ini! " Ajak Meldi, yang disambut anggukan oleh Faliq. Mereka berdua pun meninggal kan pesta itu, saat di dalam mobil pun mereka lebih memilih diam dan sibuk dengan pikirannya masing-masing .

Mohon sabar ya, gak lama lagi bakal mulai masuk persoalannya kok, aku sengaja jelaskan dengan sejelas - jelasnya biar readers gak bingung di endingnya nanti, oke jangan bosen - bosen baca ya karena masih ada yang lebih greget lagi😁😁😁

Tanpa Matahari ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang