Part 14

56 5 0
                                    

       Sinar matahari menerobos celah - celah tirai di kamar abu - abu itu. Meldi menggeliat merasakan cahaya menerpa wajahnya. Ia mulai membuka matanya perlahan, beberapa saat ia mengingat bahwa Yoesan semalam tidur di sebelahnya.  Namun,  saat ia membuka mata kini ranjang di sampingnya kosong.
" Apa dia sudah bangun,  tapi kemana dia sekarang? " Meldi bergumam.
Kemudia ia beranjak menuju kamar mandi dan membasuh wajah nya. Di tatapnya wajah cantiknya di cermin. Sejenak ia mengingat pernikahannya yang sangat buruk,  semua tak sesuai yang ia harapkan,  apalagi melihat Yoesan yang semakin menjadi - jadi. Seakan tak mau berlarut - larut,  ia segera membasuh wajahnya lagi.
        
          Meldi merasakan perutnya sangat lapar hingga ia memutuskan untuk turun dan sarapan. Ketika sampai di dapur terlihat Yoesan yang sudah duduk dengan pakaian yang formal sudah duduk dan menyantap makanan yang disajikan pelayan. Melihat Meldi datang, Yoesan menghentikan sebentar dan melihat gadis di hadapannya yang masih menggunakan baju tidur kimono berwarna merah.
" Hei... Kenapa cuma diam,  sini makan! " Ajak Yoesan pada Meldi, Meldi pun segera duduk di kursi sebelah Yoesan,
" Kenapa kau masih belum berangkat? " Tanya Meldi seraya mengambil sebuah roti sandwich,
" Tidak ada,  aku hanya ingin menikmati sarapan di rumah, " Mendengar itu Meldi hanya mengangguk dan kemudian mulai menikmati makananya. Pikiran Meldi bergejolak,  rupaya mood Yoesan pagi ini kembali normal. Memang aneh tidak bisa ditebak pikiran suaminya ini. Tapi Meldi bisa bernafas lega karena ia tidak  mendengar Yoesan marah - marah. Setelah beberapa saat,  makanan mereka habis Yoesan kembali membuka perbincangan,
" Hari ini kita akan meeting dengan Sanders Company dari paris yang akan bekerja sama dengan perusahaan kita, jadi setelah ini kamu bersiap,  aku tunggu 15 menit lagi, "
" Apa kenapa mendadak? " Meldi terkejut setengah mati,
" Udahlah gak usah bawel! "
" Ya.... Ta.. Ta... Tapi 15 menit itu gak cukup buat aku siap - siap, " Meldi berusaha menyanggah,  namun Yoesan menatapnya mengintimidasi sehingga mau tak mau Meldi pun setuju.
" Oh.... Ya ampun baiklah tuan muda, " Meldi memutar bola matanya dan segera menuju kamarnya untuk bersiap - siap.
Melihat tingkahnya Yoesan hanya tersenyum memandang istrinya dengan gemas,
" Dasar Wanita, " gumam Yoesan.

         Kini Meldi dan Yoesan tengah membahas proyek bersama owner Sanders Company.  Meldi menjadi perwakilan dari Zellino Corporation untuk mempresentasikan proyek yang kini sedang mereka kerjakan. Beberapa pegawai Yoesan yang ada di ruangan itu sangat asing dengan wanita yang tengah melakukan presentasi itu. Banyak  yang cukup terkejut mengetahui gadis cantik semampai itu adalah istri dari pemilik perusahaan ini. Beberapa dari mereka menatap Meldi takjub atas kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki, karena meskipun tak pernah terlihat di kantor tapi ia sangat mengerti detail dari proyek mereka. Mereka menganggap bahwa Yoesan sangat beruntung memiliki istri seperti Meldi dan mereka pasangan yang serasi.  Meldi pun selesai dengan presentasinya dan dihadiahi tepuk tangan oleh semua yang ada di ruangan itu.
" Oke,  that is for me,  thanks for your attention, " Ujar Meldi menutup presentasinya.
Setelah itu,  terjadilah kesepakatan diantara kedua perusahaan. Meldi tersenyum menatap Yoesan yang juga tersenyum kepada Meldi. Akhirnya pertemuan itupun selesai,  saat owner Sanders Company berjabat tangan dengan Meldi,  ia berbicang sedikit dengan Meldi dan memberikan kartu namanya,
" Miss,  you are so beautiful and smart, I like your Presentation,  it is very interesting, " Mr.  Gustav,  owner Sanders Company memuji.
" Thank you so much,  I hope we became  the best partner, "
Mr.  Gustav sangat senang melihat Meldi,  ia berkata bahwa Meldi mengingatkan pada putrinya. Meldi pun juga sangat bahagia dapat bertemu dan kenal dengan sosok ramah lelaki setengah baya itu.

        Selesai dari pertemuan itu,  Yoesan mengantar Meldi pulang. Namun sebelum pulang,  Yoesan mengajak meldi untuk makan siang terlebih dahulu di sebuah restroran tradisional. Meldi merasa tak asing dengan restoran ini. Lalu ia ingat bahwa restoran inilah tempat ia bertemu pertama kali dengan costumer pertamanya. Meldi sangat bahagia mengingat kenangan di tempat ini.
" Kenapa kamu senyum - senyum? " Yoesan bertanya penasaran dengan wanita yang duduk di depannya itu,
" Aku ingat,  di tempat ini aku melakukan transaksi pertamaku, " Meldi menjelaskan,
" Oh.... Pantes,  tapi aku harap sih setelah ini restoran ini menjadi kenangan buat kamu bukan karena tempat transaksi pertama kamu,  tapi tempat makan sama aku atas keberhasilan kita, " Mendengar itu Meldi merasa ambigu dengan Yoesan. Ia merasa senang mendengar itu,  tapi disisi lain ia tahu Yoesan tak mencintainya.
" Aku seneng banget presentasiku berhasil, aku nervous  banget,  soalnya ini presentasi pertamaku, " Meldi berusaha merubah arah pembicaraan,
" Aku udah yakin dari awal kamu bisa,  kamu itu punya potensi besar,  makanya aku ngajak kamu buat bantu aku ngurus perusahaan, " Mendengar itu Meldi hanya tersenyum. Setelahnya makanan mereka datang dan mereka segera melahap hidangannya tanpa ada perbincangan lagi.

       Hari menjelang semakin sore,  matahari sudah mulai condong ke arah barat. Sepulang dari pertemuan itu,  Meldi kembali berkutik dengan laptop dan berkas - berkas di meja kerja Yoesan,  yang kini menjadi meja kerja mereka berdua. Fokusnya pecah ketika seorang pelayan mengetuk pintu ruangan dan memberi tahunya bahwa ada tamu untuk Meldi.
" Permisi nyonya,  ada tamu ingin bertemu nona, "
" Siapa? " Tanya Meldi penasaran,
" Nona Zahana dan suaminya, " Mendengar itu Meldi langsung beranjak dari tempatnya dan segera menemui mereka.  Meldi tersenyum ramah mendapati adik iparnya yang selama pernikahannya tak pernah ia temui.
" Selamat datang Zahana,  Dias, " Meldi menghampiri dan memeluk Zahana erat, 
" Gimana kabar kakak? " Ujar Zahana,
" Alhamdulillah aku baik,  kamu sendiri gimana,  Loh kamu hamil ya? " Tanya Meldi yang melihat perut Zahana yang membesar,
" Hahahah.... kakak bisa lihat sekarang kan aku sudah sangat sehat,  dan kini aku sedanga hamil, " Jawab Zahana tersenyum bahagia, Meldi yang melihat keadaan Zahana saat ini sangat bahagia karena melihat adik iparnya sudah sangat berbeda dengan terakhir kali saat mereka bertemu. Dias sejenak terkejut melihat keakraban dua ipar itu,  mengingat keduanya tak pernah bersama.
" Em..... Apakah Yoesan ada di rumah? " Dias mulai bersuara,
" Wah.... Sayang sekali Yoesan sedang di kantor,  tadi sih pulang ngantar aku setelah ada meeting,  tapi untung kalian datangnya bukan tadi, " Jelas Meldi
" Kak,  aku sangat senang mendengar pernikahan kakak dengan Kak Yoesan, maaf ya aku gak bisa datang, " Ujar Zahana seraya memegang tangan Meldi,
" Iya,  gpp.  Lagian pernikahannya itu juga buru - buru banget, " Jawab Meldi dengan terkekeh,
" Dan kalo boleh tahu,  kenapa ya kok kalian juga nikahnya diam - diam,  sebenarnya ada apa sih? " Tanya Meldi dengan penasaran,
" Jadi sebenarnya itu hubungan kita udah lama,  tapi Kak Yoesan itu gak pernah suka sama Dias,  ya terpaksa deh kita nikah lari, " Jelas Zahana,
" Oh... Susah juga ya,  emang sih sifatnya itu gak bisa ditebak sama keras kepala, " Mereka terkekeh mendengar pernyataan Meldi,
" Terus sekarang tinggal dimana? " Tanya Meldi lagi,
" Kami tinggal di apartemen yang dulu aku beli di kamu, Tapi sebentar lagi aku akan bawa Zahana ke Paris, " Mendengar itu Meldi cukup terkejut,
" Loh... Loh kok mau pergi aja,  baru aja kita ketemu, "
" Em.... Jadi sebenarnya kita kemari untuk pamit ke kakak, " Ujar Zahana,
" Kenapa kalian pindah ke paris? "
" Soalnya Dias harus fokus sama bisnisnya di Paris, Dan keadaan disini gak memungkinkan aku terus berada disini, " Jelas Zahana dengan murung,
" Kak,  aku juga ingin titip kak Yoesan disini,  Aku tahu kakak pasti udah tahu semuanya,  tapi aku ingin jelasin disini bahwa sebenarnya Kak Yoesan itu bukan cinta ke aku,  itu hanya sikap seorang kakak yang protektif ke adiknya,  tapi dia salah mengartikan itu. " Jelas Zahana lagi,
" Dan sebenarnya mereka itu masih ada hubungan darah,  meskipun Yoesan tahunya Zahana adik tirinya, jadi gak mungkin mereka bersatu. " Sahut Dias membuat Meldi sangat terkejut bukan main,
"A... Aa... Pa,  hubungan darah? " Tanya Meldi,
" Iya,  nanti ada saatnya semuanya tahu,  tapi untuk saat ini aku minta kamu diam dulu, jangan sampai Yoesan tahu, " Dias menatap Meldi dalam,
" Dan sebenarnya juga -" Belum Dias menyelesaikan pembicaraan itu,  Zahana Memotong pembicaraannya,
" Sebenarnya itu aku punya sesuatu buat kakak, " Zahana menyerahkan sebuah bingkisan kepada Meldi. Beberapa saat mereka berbincang - bincang ringan. Tiba - tiba tanpa mereka sadari Yoesan sudah berada menatap mereka dengan tidak suka.
" Ada apa kalian kemari? " Tanya Yoesan dingin,
" em... Ini mereka kesini - "
" Diam,  aku gak ngajak kamu ngomong,  aku tanya ke mereka! " Bentak Yoesan pada Meldi,
" Kak,  aku kemari mau pamit, aku akan pindah ke Paris, " Jawab Zahana dengan ragu - ragu,
" Buat apa pamit,  yaudah pindah aja sana,  toh aku juga bukan siapa - siapa,  kamu nikah sama si brengsek ini aja gak pamit kok, " Sindir Yoesan,  mendengar itu Dias naik pitam.
" Kita kemari untuk memperbaiki semuanya,  tapi sepertinya orang seperti kamu gak akan bisa diajak kompromi, " Dias berkata seraya beranjak dari tempat duduknya dan menatap Yoesan,
" Sekarang lebih baik kalian angkat kaki dari sini! " Perintah Yoesan,
" Yoesan! " Meldi berteriak mengingatkan,
" Diam,  kamu sekarang cepet naik,  gausaha ikut campur! " Yoesan menatap Meldi dengan marah,  melihat itu Meldi hanya menurut dan membiarkan saudara itu menyelesaikan masalahnya.
" Gak seharusnya kakak kasar sama kak Meldi,  dia itu sangat cinta sama kakak, " Zahana bersuara,
" Tahu apa sih kamu,  terserah aku mau ngapain aja,  dia itu istriku, "
" Hati - hati dengan ucapanmu Yoesan,  jangan sampai kau menyesal nanti, apa kau tak ingat dengan amanah Faliq? " Dias ikut memperingatkan,  mendengar nama Faliq disebut membuat Yoesan semakin marah.
" Sekarang Keluar! " Zahana dan Dias pun segera pergi dari mansion itu meninggalkan Yoesan yang marah.



          
          

Tanpa Matahari ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang