Sebuah hutan di pinggiran kota yang sangat jauh dari pusat kota. Di tepi hutan itu terdapat sungai besar yang mengalir deras. Tak ada banyak lampu yang menerangi, hanya ada sebuah lampu di pondok kecil yang sudah mulai keropos kayunya. Sebuah mobil hitam mewah dan 2 mobil lain terparkir di tepi jalan menuju hutan. Meldi, Albert dan anak buahnya kini sedang berada di pondok itu. Tangan Meldi terikat dengan mata yang juga tertutup kain. Beberapa saat kemudian kain di matanya dibuka dan menampakkan sebuah dokumen berharga di depan Meldi,
" Sekarang cepat kau tanda tangani dokumen itu? " Ujar Albert memandang Meldi tak berekspresi,
" Hei.... Bagaimana kau mendapatkannya, kau ambil dari kamarku kan? " Meldi berteriak di muka Albert,
" Sudahlah tanda tangani saja atau aku akan mengirimmu ke neraka, " Tiba - tiba anak buah Albert telah menodong kepala Meldi dengan pistol,
" Dasar pak tua bodoh, gimana mau tanda tangan kalo tanganku saja diikat, " Ujar Meldi kesal,
Ikatan tangan Meldi pun dibuka,
" Cepat tanda tangani itu! " Albert terus mendesak Meldi,
" Iya... Iya sabar pak tua, sudah bau tanah juga masih saja banyak tingkah, " Meldi meledek, meskipun sebenarnya ia sedikit takut namun ia tetap saja melontarkan ejekan,
" Satu kali lagi kau menghinaku, ku pastikan kepalamu akan pecah, " Mendengar itu Meldi bergidik ngeri namun tetap menyembunyikan ekspresinya. Ia meraih pulpen dan segera menandatangani dokumen pengalihan perusahaan keluarga Sanjaya, berat sebenarnya untuk dia karena tidak bisa menjaga perusahaan itu jatuh di tangan orang yang tak seharusnya.
" Nah begitu dong, dari tadi kan enak, " Albert tertawa melihat dokumen itu penuh kemenangan,
" Sudahkan urusannya, sekarang biarkan aku pergi, " Ketika Meldi hendak beranjak tiba - tiba anak buah Albert mencegah dan mengikat Meldi lagi,
" Hei.... Hei... Apa yang kalian lakukan, kan aku sudah memberikan perusahaan itu, "
" Eh... Tentu saja belum selesai sayang, kau masih di butuhkan disini, " Albert menatap Meldi dengan menyeringai, sementara Meldi hanya mendengus kesal.Beberapa saat kemudian, Meldi di bawa ke sebuah tempat, tepatnya di atas jembatan di atas sungai besar di dekat situ. Saat mereka sampai, Meldi melihat Yoesan membawa sebuah dokumen berwarna hitam. Raut wajahnya sangat dingin dengan kemarahan di matanya.
" Well, akhirnya yang di tunggu datang juga, ku kira kau tak akan datang, mengingat menurutku perusahaan lebih berharga daripada istri hasil perjanjian dengan keponakan tercintaku yang kini sudah di alam baka, " Albert berkata dengan raut wajah sedih yang di buat - buat membuat siapapun muak melihatnya.
" Tidak usah banyak bicara, cepat berikan Ia padaku dan ambil dokumen ini yang sudah ku tanda tangani, " Albert menghampiri Yoesan dan mengambil dokumen, Albert menyeringai dan memberi instruksi kepada anak buahnya untuk melepaskan Meldi. Meldi telah lepas dan menjauh dari Albert dan anak buahnya, Yoesan menghampiri Meldi dan hendak memeluk Meldi namun di tepis olehnya,
" Jangan sentuh aku! " Meldi berusaha menghindar dari Yoesan,
" Mel, maafkan aku, aku terpaksa melakukan semua ini, " Yoesan berusaha menjelaskan. Di tengah - tengah perdebatan mereka itu tiba - tiba terdengar suara letusan pistol dan seseorang mendekap Meldi dari belakang dan menodongkan pistol di kepala Meldi. Ternyata Albert dan anak buahnya telah di kepung oleh polisi dan tampak Dias dan Reihan di antara polisi itu,
" Jangan ada yang berani mendekat, atau akan ku tembak wanita ini, " Albert mengancam,
" Hei... Cepat lepaskan dia, kau sudah tertangkap! " Reihan berteriak pada Albert namun tak digubris,
" Cepat lepaskan dasar orang tua sinting! " Tambah Dias,
" Tidak akan, biarkan aku pergi atau ku habisi dia sekarang, " Albert semakin menggila, perlahan - lahan Albert melangkah menjauh dengan tetap membawa Meldi, hingga mereka cukup jauh dari kepungan polisi dan tak ada satu pun dari mereka yang mengikuti." Jadi rupanya kau bersekongkol dengan mereka juga ha? " Ujar Albert marah pada Meldi,
" Kau saja yang terlalu bodoh tidak sadar bahwa aku membawa GPS yang terkoneksi dengan mereka, agar kau dapat di tangkap dasar orang jahat, aku sudah tau semua niat jahatmu itu, " Meldi menyeringai puas, tanpa di duga Meldi menyikut Albert kuat - kuat hingga ia bisa terlepas dari Albert dan berhasil mengambil pistolnya seraya menodongkan pada Albert,
" Kaulah yang bodoh Meldi, kau sangat mudah di bohongi, silahkan kau bunuh aku, tapi akan ku pastikan ayah dan kakakmu juga akan mati di tanganku, " Albert menunjukkan sebuah rekaman yang menunjukkan ayah dan kakak Meldi dalam keadaan tak sadar diri berada di sebuah mobil yang akan di jatuhkan ke jurang dengan remot control jarak jauh yang ada di tangan Albert. Seketika Meldi langsung tercengang dan lemas.Meldi sekarang bingung akan apa yang harus ia lakukan, nyawa kedua orang yang ia cintai dalam bahaya sekarang. Sedetik kemudian terdengar sebuah tembakan,
Dor
Albert tergeletak di tanah dan menekan remotenya dan terlihat di monitor hpnya mobil itu terjun bebas di jurang, Albert menyeringai penuh kemenangan dan kemudian matanya tertutup rapat.
" Papa.... Kakak..... " Meldi menjerit histeris. Polisi memang telah berhasil melumpuhkan Albert tapi mereka tidak tahu bahwa nyawa kedua orang yang ia sayangi ikut menjadi korban. Yoesan mendekati Meldi yang menangis histeris begitu juga Dias dan Reihan. Mereka sangat sedih melihat keadaan Meldi yang sangat kacau. Ketika Yoesan hendak memeluk Meldi tiba - tiba Meldi menjauh dari Yoesan,
" Pergi kalian, jangan dekati aku lagi, sudah puas kalian menghancurkan hidupku, sudah puas kalian mempermainkan aku, Hiks... Hiks.... Hiks... Apalagi kau! " Meldi menangis dan menunjuk Yoesan,
" Apa kau belum puas membuatku menderita, selamat kau sudah merenggut semua dari ku, dan menghancurkanku! " Jelas nampak kebencian terpancar di mata Meldi,
" Mel... Ma... Ma. Maafkan aku, " Yoesan mencoba mendekati Meldi,
" Jangan berani - berani kau mendekat, atau aku akan terjun dari sini! " Meldi kini sudah berada di ujung, dan selangkah lagi akan membuatnya terjatuh di sungai yang besar. Tanpa mendengar perkataan Meldi, Yoesan dengan langkah cepat berhasil mendekap Meldi,
" Le.. Lepaskan aku! " Meldi memukul - mukul Yoesan, berusaha melepaskan diri dan mendorong Yoesan kuat - kuat,
Byur....
Yoesan terdorong hingga jatuh ke tanah dan Meldi sudah jatuh di sungai besar yang alirannya deras.
" Meldi......!!!! "Hiks... Hiks... Hiks... Ternyata mbak Meldi mati, dan kini juga sudah di akhir, author jadi sedih😭😭
Eh.... Heheheh.... Nggak - nggak bercanda😂 ini masih belum akhir kok oke, di tunggu part selanjutnya ya, kira - kira gimana ya???
Jangan bosen - bosen ya, salam hangat Author😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Matahari ( Tamat )
Любовные романыMeldina Giavani Seorang wanita karir yang cerdas jatuh cinta pada bosnya. Ia tak menyangka bahwa bosnya juga memiliki perasaan yang sama dan menikahinya. Namun, semua itu hanyalah kebohongan belaka atas dasar perjanjian yang dilakukan oleh sahabatn...