part 32

106 4 0
                                    

Dor... Dor... Dor... Suara tembakan itu berasal dari Andrian yang datang bersama satu pleton polisi setempat yang segera meringkus Zahana dan anak buahnya. Di tengah - tengah peringkusan itu datang Dias yang marah - marah meminta polisi melepaskan Zahana,
" Hei.... Apa yang kalian lakukan,  kenapa menangkap istriku,  cepat lepaskan dia!!" Dias berusaha melepaskan Zahana, namun ia diringkus oleh sejumlah polisi yang lain,
" Tolong tenanglah Dias,  istrimu ini jelas salah,  liat apa yang sudah dia lakukan, " Andrian berusaha menenangkan Dias dan menunjukkan Yoesan yang terluka dan Gia yang juga tak sadarkan diri karena syok dengan yang dialami,
" Ini pasti salah Andrian,  aku kenal betul istriku, " Dias mulai menggerang lemah dan menitihkan air mata,  seakan tak percaya dengan kenyataan yang ada,
" Semua bukti sudah terkumpul Dias,  diperkuat dengan pernyataan nya sendiri tadi, " Andrian hanya bisa menatap Dias kasian,
" Zahana katakan padaku,  bukan kamu kan yang melakukan ini, kan ya sayang, " Dias berusaha meminta Zahana memberi penjelasan bahwa ia tak bersalah, 
" Iya,  memang aku yang merencanakan pembunuhan ini,  aku benci dan dendam dengan wanita ini, dia yang sudah membunuh papaku,  ku kira dia juga mati bersama papaku tapi ternyata ia masih hidup dan bersembunyi selama ini,  dan yang lebih parah, suamiku sendiri yang menyembunyikan wanita sialan ini,  suamiku juga lebih memilih meninggalkan aku yang sedang melahirkan di Paris untuk pulang ke Indonesia demi wanita terkutuk ini, " Zahana berseru - seru meluapkan semua emosinya seraya digiring polisi meninggalkan balkon itu untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.
" lihatlah Gia.... Aku gak akan berhenti sampai kamu mati, dasar wanita jalang,  hahahahha,  sebentar lagi kamu akan mati.... Mati, "
Melihat itu,  Dias terduduk lemah,  hancur sudah pertahanan dirinya,  dia mulai terisak dan menangis sejadi - jadinya. Ia tak habis pikir,  memang Dias pernah memberi tahu Zahana tentang Albert dari informasi yang ia dapat dari mata - matanya dan menjelaskan kejahatan nya,  tapi sepertinya di luar sepengetahuannya Albert selama ini diam - diam menemui dan memberi tahu jauh sebelum Dias yang memberi tahu Zahana serta memberi pemahaman dan ideologi nya yang jahat itu pada Zahana. Dias merasa semua ini salahnya karena ia tidak bisa melindungi Zahana dari pengaruh Albert dan meneladani kebusukan papanya itu serta banyak menyembunyikan sesuatu pada Zahana. Namun,  ini semua semata - mata ia lakukan agar Zahana tak pernah terbawa oleh peliknya permainan - permainan kejam ini. Tapi sekarang semuanya tak sesuai harapan dan hancur berantakan.

        Pusaran garis kehidupan memang penuh misteri,  di lukis begitu indah oleh sang pencipta meski harus banyak kesakitan yang menghiasinya. Waktu yang tak pernah lelah berjalan mulai menghapus kejadian - kejadian yang telah usai digantikan kejadian - kejadian baru. Seorang wanita duduk di depan jendela besar, menatap kosong gedung - gedung tinggi yang menjulang di depannya. Tak terasa tetes demi tetes berhasil menyelinap keluar dari pelupuk matanya. Kebisingan di luar jendela kaca itu seakan tak terdengar bagi hatinya yang sepi. Sebuah tangan menyentuh pundaknya namun tetap tak membuatnya bergeming, yang ada isakan tangisnya semakin terdengar jelas,
" Sudahlah,  jangan terus menyalahkan diri, nona "
" Dia mati karena aku, hiks.... Hiks... Hiks..., " 
" Dia mati karena itu adalah takdirnya, "
" Dia mati karena aku,  aku penyebab semua ini, " Gia semakin terisak dan menangis sejadi - jadinya, nafasnya tersenggal dengan dadanya yang berdegup tak karuan,  semakin lama ia menangis ia merasakan kepalanya semakin sakit, tapi tiba - tiba ia merasakan sebuah kecupan hangat mendarat di pucuk kepalanya, kemudian turun ke keningnya.  Gia mendongak menatap manik hitam pekat yang memandangnya dengan penuh cinta itu,
" Dengarkan aku nona Sanders sayang, kita ini hanyalah pemeran atas skenario tuhan, semua yang terjadi adalah kehendak tuhan dan kita hanya harus ikhlas menerima dan menjalaninya, baik atau buruk itu sudah menjadi kuasanya,  jadi jangan lagi kamu menyalahkan diri,  karena itu berarti sama saja menentang takdir tuhan,  yang bisa kita lakukan sekarang hanya ikhlas sayang dan melanjutkan jalan cerita selanjutnya, " Yoeasan tersenyum memandang Gia dan mencium keningnya lagi.  Gia kemudian beranjak dari duduknya,  mendekap di pelukan Yoesan.
Beberapa hari yang lalu,  Gia mendapat kabar bahwa Zahana mengakhiri hidupnya saat di penjara karena depresi,  dan karena hal itu,  Dias sangat terpukul dan membuatnya juga depresi dan saat ini menjalani terapi psikis, membuat Gia sangat merasa bersalah karenanya keluarga kecil itu harus hancur berantakan,  belum lagi Kenzi anak mereka yang jelas - jelas masih membutuhkan mereka. Sehingga untuk sementara waktu Yoesan dan Gia lah yang merawat gadis kecil itu.
" Sudah ya,  sekarang ada seseorang yang sedang menunggu kamu lo, " Yoesan memecah keheningan di antara mereka,
" Oh.... Ya aku hampir lupa, " Gia tersenyum tipis pada Yoesan,
" Sudah, pokok nya jangan pernah terlihat sedih ya di depannya,  kalo kamu sendiri sedih gimana sama dia,  kasian dong dia tambah sedih lagi,  kita harus selalu membuatnya bahagia ya, " Yoesan menggiring Gia meninggalkan ruangan itu.
            Saat pintu ruangan itu sempurna terbuka, berdiri seorang gadis kecil manis mematung . Gadis itu menatap Yoesan dan Gia dengan mata yang berkaca-kaca ,
" Sayang kamu kenapa ?" Gia berjongkok mensejajarkan dirinya dengan gadis kecil itu, tapi gadis itu hanya menatap Gia dengan mata yang hampir menangis,
" Kenzi kamu kenapa sayang ?" Kini Yoesan yang berganti bertanya, namun gadis itu tetap diam hingga beberapa saat, tiba - tiba gadis itu berlari seraya berteriak,
" Tante dan Om jahat !!!"

Tanpa Matahari ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang