Epilog

172 7 0
                                    

Gia dan Yoesan berlari mengejar gadis kecil itu, gadis itu berhenti berlari dan duduk di sebuah sofa yang menghadap kota dengan pemandangan gedung - gedung pencakar langit. Tangan kecilnya menangkup muka nya yang kini terisak semakin keras,
" He......hiks.....hiks....."
" Kamu kenapa sayang, jelaskan sama Tante , Tante sama om salah apa?" Gia duduk di samping nya merangkul gadis yang di kepang dua itu,
" Tante sama om jahat, gak sayang sama Kenzi.....hiks....hiks, " Kenzi menatap Gia dengan mata yang masih sembab,
" Siapa yang bilang om dan Tante gak sayang Kenzi, kita sayang kok bahkan sayang banget ," kini giliran Yoesan yang menenangkan gadis kecil itu,
" Enggak, om sama Tante gak sayang Kenzi, kalo sayang sama Kenzi lalu kenapa kata om Adrian om sama tante punya anak lain dan gak ngasih tahu Kenzi, anak itu ya yang bakal gantikan posisi Kenzi? " jelas gadis kecil itu, mendengar itu Yoesan dan Gia tersenyum, rupanya gadis kecil ini cemburu dengan anak yang sekarang berada di dalam kandungan Gia.

       " Iya memang Tante sama om punya anak lain, tapi itu adik Kenzi, dan adik Kenzi itu gak akan pernah mengganti kan posisi Kenzi, malah seharusnya Kenzi Seneng dong punya adik , nanti Kenzi punya temen main baru " Ujar Gia seraya memeluk gadis kecil itu dan mencium pipinya yang gembul,
" Iya, kita tetep sayang kok sama Kenzi walaupun nanti ada adik Kenzi. Kenzi gaboleh lagi ya bilang om sama Tante ga sayang Kenzi, itu gabener sayang,kita akan selalu sayang Kenzi sampai kapan pun, kita juga minta maaf deh kalo gak bilang sama kamu tentang adik kecil, soalnya adiknya sekarang masih ada di perut Tante Gia, " Yoesan menimpali seraya memegang perut Gia yang masih rata dan mereka bertiga pun berpelukan menjadi keluarga kecil yang bahagia.

7 tahun kemudian......
      " Selamat pagi mama, pagi yang indah ya, indah kayak mama , " seorang anak laki - laki berusia 7 tahun memeluk Gia yang sedang menyiapkan makanan di meja makan,
" Ih.....Cio, bisa aja, siapa yang ngajarin kamu gombal kayak gitu hem ?" Gia gemas mencubit pipi Faliq Vicio Sanders Zellino, buah cintanya dan Yoesan,
" Papa yang suruh aku bilang gitu," jawabnya dengan polos sambil menunjuk Yoesan yang meletakkan telunjuknya di bibirnya, memberi kode pada putra kecilnya itu,
" Papa, gak seharusnya papa ngajari Cio kayak gitu !" Gia berkaca pinggang menatap Yoesan yang meringis,
" Cio , papa, ayo buruan makan, ini hari pertama sekolah di sekolah baru cio kan jadi jangan sampai terlambat,"  lanjut Gia menyuruh mereka segera makan,
" Kak Kenzi mana ? " Tanya Gia yang disambut gelengan oleh Cio, tapi tidak berapa lama, gadis dua belas tahun itu datang juga dan bergabung sarapan dengan mereka.

       " Wah ......kak Kenzi keliatan nya seneng banget nih, " goda Cio ,
" Iya dong, hari ini kakak kan masuk SMP , dan pasti nanti banyak temen - temen baru yang pastinya gak nakal kayak Cio," mendengar itu Cio langsung cemberut membuat Yoesan dan Gia tertawa,
" Yang nakal itu kak Kenzi, "
" Jelas - jelas yang nakal Cio, kalo gak nakal kenapa kemarin membunyikan buku kakak ha? Cio hanya menyengir ,
" Sudah - sudah jangan berantem , ayo sekarang buruan sarapan ," Yoesan menengahi dua anak yang saling ejek itu,
" Papa hari ini mama mau ke makam ya, kalo papa gak sibuk tolong temenin mama ya, " Ujar Gia yang di jawab anggukan oleh Yoesan,
" Cio boleh ikut ya ma?"
" Loh ....Cio kan harus sekolah lain kali aja ya, " Gia tersenyum pada putranya yang kini tampak kecewa.

     Gia dan Yoesan berdoa di depan pusara orang - orang yang mereka sayangi. Masa lalu yang merenggut orang - orang tersayang demi cinta mereka tak akan pernah bisa dilupakan, terutama Faliq yang berperan besar mempersatukan mereka, Gia menatap pusara Faliq ,
" Faliq terima kasih atas semua ini, semoga kamu tenang di sana, " itulah kata - kata yang selalu ia katakan setiap mengunjungi makam Faliq. Selesai mengunjungi semua pusara orang - orang tersayang mereka meninggalkan pemakaman itu. Ketika sampai di gerbang pemakaman itu , mereka bertemu seorang pria yang tak asing , Dias , mereka bertemu Dias yang sudah selesai menjalani terapi itu selama bertahun - tahun di Paris ,
" Dias, kamu kembali kemari, " ujar Gia mendekati lelaki yang kini berambut gondrong itu,
" Iya Gia, aku barusan sampai dan langsung kemari," Dias tersenyum seraya menjabat tangan Gia dan Yoesan,
" Terima kasih ya selama ini kalian sudah merawat putriku, aku berhutang budi pada kalian,"
" Tidak Dias , tidak ada hutang Budi didalam persaudaraan, bagaimanapun Kenzi adalah keponakan ku, dan kami menganggap ia putri kami, " Ujar Yoesan
" Kau pasti sangat merindukan putrimu kan, ia sekarang sudah masuk SMP, mari ke rumah kami !" Ajak Gia pada Dias, tapi Dias menggeleng pelan,
" Kenapa ?"
" Aku belum siap bertemu dengan dia, setelah 7 tahun aku meninggalkan dia, aku ayah yang buruk untuk dia, "
" Tidak, kau bukan ayah yang buruk, justru kalau kamu tidak mau menemui dia seperti ini yang akan menjadikan mu buruk, dan aku yakin ia juga merindukan papanya dan akan sangat senang bertemu dengan kamu setelah beberapa tahun tidak bertemu," Yoesan berusaha meyakinkan Dias.

       Matahari kini telah berada di ufuk barat, semburat kemerahan menghiasi langit kota yang tak pernah berhenti hiruk-pikuk nya. Kenzi memasuki mansion keluarga Zellino dengan wajah yang lelah , ia tak berselera menanggapi Cio yang langsung mengajak nya bermain, Kenzi terus melangkah kan kakinya ke kamar nya , begitu ia membuka pintu kamar itu tampak seorang lelaki berambut gondrong yang selama ini ia rindukan,
" Papa, " satu kata itu terucap dari bibirnya dan langsung menghambur ke pelukan papanya,
" Papa selama ini kemana, Kenzi rindu papa , kenapa papa dan mama meninggalkan Kenzi ?" Gadis itu menangis dalam dekapan Dias yang juga menangis,
" Maafin papa ya sayang, yang jelas mulai saat ini papa tidak akan meninggalkan kamu lagi, papa janji, " ujar Dias. Yoesan dan Gia terharu melihat momen pertemuan ayah dan anak itu. Setelah kejadian itu Kenzi memutuskan kembali tinggal bersama papanya , namun beberapa hari  sekali Kenzi akan tinggal bersama Yoesan dan Gia. Yoesan dan Gia sangat bersyukur setelah peristiwa getir yang berulang kali menerpa hidup mereka, kini tiba masanya kebahagia itu.

Tamat

Alhamdulillah akhirnya novel pertama ku ini selesai juga , terima kasih untuk para readers yang selalu menjadi pembaca setia selama ini, 🤗🤗🤗 dan tunggu novel kedua ku yang bergenre Fantasi bertajuk vampir - vampir cantik dan tampan dalam novel War of Blood moon. See you in the next story😚😚😘

Tanpa Matahari ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang