Yoesan melangkahkan kakinya menyusuri deretan ruang di sebuah apartemen. Langkahnya terburu - buru dengan langkah yang lebar. Kemudian ia menekan bel di salah satu pintu. Keluarlah seorang wanita berambut cokelat yang di kuncir kuda. Wanita itu memandang Yoesan seakan tak percaya begitu juga sebaliknya.
" Kakak aku sangat merindukanmu, " Zahana memeluk Yoesan dengan erat,
" Aku juga sayang, "
Setelah itu, Zahana mempersilahkan kakakanya masuk.
" Bagaimana kakak tahu aku disini? "
" Tidak penting dari mana aku tahu, yang jelas aku sekarang sangat bahagia bisa melihatmu lagi, dan kamu sekarang sudah sangat berubah, " Yoesan tersenyum melihat adiknya kini terlihat sangat sehat berbeda dengan dulu,
" Ini semua berkat laki - laki baik itu, " Mendengar itu Yoesan tersenyum getir, bagaimana bisa dibilang baik seorang yang memaksa orang lain menikahi seorang gadis sebagai syarat untuk memberikan jantungnya pada sepupunya sendiri.
" Aku kemari untuk menjemputmu pulang, sebaiknya kamu segera berkemas dan pulang denganku, " Ekspresi wajah Zahana berubah mendengar pernyataan Yoesan.
" Aku tidak bisa, saat ini disinilah rumahku, " Jawab Zahana membuat Yoesan bingung,
" Apa maksud kamu? " Lalu Zahana memperlihatkan sebuah cincin di jari manisnya,
" Ti... Ti.. Tidak mungkin, kamu pasti bercanda, " Yoesan langsung berdiri mencoba menyangkal semuanya,
" Aku sudah menikah dengan Dias dan
sekarang aku sedang mengandung anak kami, " Seketika Yoesan limbung, ia merasa sangat syok mendengar penjelasan adiknya.
" Tidak, aku tidak terima, ayo sekarang juga kita pulang! " Yoesan menarik Zahana namun dicegah oleh Dias,
" Lepaskan istriku! "
" Hei bajingan, permainan macam apa ini yang kau lakukan dengan si bangkai Faliq? " Yoesan mulai marah,
" Kumohon kak, mengertilah aku sangat mencintai Dias, biarkan kami hidup bahagia dengan rumah tangga kami, dan berhentilah berharap padaku, aku sudah tahu bahwa aku ini hanya anak angkat dan kau memiliki perasaan lebih, sekarang kaupun sudah menikah, kembalilah pada istrimu dan cintai dia, " Zahana menjelaskan panjang lebar,
" Sebenarnya kau bukan mencintai Zahana Yoe, kau hanya over protektif padanya dan kau salah mengartikan perasaanmu, " Dias ikut angkat bicara. Tak tahan dengan semua ini, Yoesan meninggalkan apartemen itu dengan perasaan yang sangat kecewa dan hancur.Reihan menatap Albert dengan seringai yang terukir di bibirnya. Ia memandangi lelaki yang lebih tua darinya itu dengan tatapan yang sulit di artikan.
" Well, apa yang membuat mantan kakak jauh - jauh datang kemari? "
" To The Point saja, aku ingin tahu bagaimana keadaannya saat ini? "
" Sayang sekali dia sudah mati, dan rupanya semua usahamu telah gagal dan aku bisa pastikan kau tak akan mendapat apa - apa, " Reihan tersenyum puas,
" Kau bohong, akan aku lakukan semua untuk mendapat apa yang ku inginkan, dan aku akan menjauhkan gadis malang yang sangat berharga itu dari bajingan seperti kalian semua, "Setelah percakapan yang cukup sengit Albert bergegas meninggalkan ruangan itu. Lalu Reihan menekan sebuah nomor dan mulai berbincang,
" Hilangkan segera gadis itu, " setelah itu sambungan telfon diputus.Air di kolam renang di tengah - tengah mansion besar itu beriak, menandakan seseorang tengah berenang di sana. Meldi keluar dari kolam renang itu, tetesan air masih terus menetes di ujung hidung dan dagu Meldi. Ia merasa sedikit rilex setelah puas berenang. Segala masalah dan kesibukan yang ia hadapi belakangan ini dapat sedikit terobati dengan air yang sangat segar membasahi tubuhnya. Meldi mengeringkan rambut dan memakai handuk berbentuk jubah dan kembali masuk ke mansion. Saat melewati kamar Zahana, pintunya sedikit terbuka. Meldi mendekati kamar itu dengan ragu mengingat Yoesan sangat tidak suka Meldi mendekati kamar itu. Tapi rasa penasarannya mengalahkan ketakutan itu. Dilihatnya seorang lelaki yang tak lain Yoesan sedang terduduk di tepi ranjang seraya memandang nanar foto Zahana. Meldi mengintip dengan hati - hati apa yang sedang dilakukan pria yang tampak menangis itu,
" Mungkin ia sangat merindukan Zahana, " Dalam hati Meldi berkata. Ketika hendak beranjak, langkah kakinya terhenti mendengar Yoesan mulai bergumam,
" Aku sangat mencintaimu, kenapa kau menghianatiku dengan menikah dengan bajingan bernama Dias itu, dan sekarang kau tengah mengandung anaknya, kau membuatku hancur, "
Seketika sebuah liquid bening menetes tanpa terasa dari mata indah Meldi,
" Kau yang menghianati dan menghancurkanku, "
Meldi menelungkup di atas kasur empuk dengan bad cover polos warna hitam, abu - abu dan putih. Terdengar sesenggukan yang keluar dari mulutnya. Hatinya benar - benar hancur, suaminya ternyata mencintai wanita lain yang merupakan adik tirinya. Lantas mengapa Yoesan harus menikahi dirinya jika tak mencintai Meldi. Apa sebenarnya tujuan Yoesan, ia benar - benar monster jahat yang menghancurkan Meldi secara perlahan - lahan. Apa salahnya hingga dia begitu tega melakukan sebuah drama yang membuat Meldi seakan melayang lalu menghempasnya hingga jatuh sejatuh - jatuhnya. Selama ini Meldi selalu berusaha menjadi istri yang baik untuknya, melakukan semua perintahnya. Bahkan ia rela tak pernah datang di pemakaman sahabat yang sangat ia sayangi, yang sudah Meldi anggap seperti saudara. Itu semua ia lakukan demi Yoesan, bagaimanapun Yoesan memperlakukannya tak pernah sedikitpun rasa cintanya berkurang. Dalam tangisnya, Meldi menggenggam kalung pemberian Faliq dan memanggil namanya,
" Faliq, Yoesan sangat jahat padaku, hiks. .... hiks.. hiks..... Kenapa kau meninggalkan aku sendirian di sini? "
Tiba - tiba pintuk digebrak oleh Yoesan membuat Meldi tersentak kaget,
" Bruak...... "Yoesan menatap penuh kemarahan pada Meldi melihat gadis itu menangis dan berbicara sendiri sambil memandang sebuah kalung perak berbentuk hati. Ia sangat tidak suka jika Meldi masih terus mengenang sahabatnya yang bajingan itu, Yoesan mendekat pada Meldi, membuat Meldi sangat terintimidasi kemudian merebut kalung itu secara paksa.
" Tolong kembalikan kalung itu Yoesan, " Pintanya memohon dengan air mata yang terus mengalir,
" Aku tidak suka ada orang yang mengenang bajingan itu di rumah ini, " Jawab Yoesan dengan penuh penekanan,
" Jika begitu, ceraikan aku dan biarkan aku keluar dari rumah ini, " Meldi mengumpulkan semua keberaniannya, Yoesan hanya memandangnya kosong dan menjawab Meldi dengan perkataan sangat menyakitkan untuk Meldi,
" Tidak, dan tidak akan pernah, kau pikir bisa lepas begitu saja setelah semua yang sahabatmu itu lakukan, dan aku membenci setiap orang yang berhubungan baik dengan si brengsek itu,"
" Hiks.... Hiks.... Hiks.... Kenapa kau begitu tega melampiaskan semua kebencianmu kepadaku yang bahkan tak tahu apapun, AKU MENYESAL SUDAH MENCINTAIMU! "
Deg, seketika Yoesan tak berkata apapun dan segera keluar dari ruangan itu meninggalkan Meldi yang semakin menangis sejadi - jadinya, serta mengunci Meldi dari luar.
Huhuhu...... konfliknya makin runcing. Selamat membaca😚😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Matahari ( Tamat )
RomanceMeldina Giavani Seorang wanita karir yang cerdas jatuh cinta pada bosnya. Ia tak menyangka bahwa bosnya juga memiliki perasaan yang sama dan menikahinya. Namun, semua itu hanyalah kebohongan belaka atas dasar perjanjian yang dilakukan oleh sahabatn...