(identitas korban)

2.3K 330 33
                                    

2 Mobil polisi dan 1 mobil ambulans terparkir di sekitaran parkiran Sky Garden, tanda polisi sudah terpasang di area tersebut, seorang detektif bernama Qian Kun di tugaskan menyelidiki kasus ini.

Kun berjalan menerobos batas polisi, menghampiri mayat pria yang terkapar di parkiran yang kosong, ia berjongkok sehingga dapat melihat secara intens mayat tersebut.

Tangan kanan Kun menutup kedua hidung nya, dan tangan kiri yang sudah terbalut sarung tangan lateks memegang sebuah genangan darah yang telah mengering di sekitar kepala korban.

"Butuh waktu berjam-jam membuat seluruh genangan darah ini mengering," ujar Kun pada diri nya sendiri.

Seorang wanita dengan kedua polisi di kiri dan kanan nya melewati batas polisi, menghampiri mayat korban, wanita itu nampak menangis tersedu-sedu.

"Ada apa ini?" Kun berdiri menatap salah satu polisi yang berada di sisi wanita itu.

"Wanita ini, ia bernama Joy, salah satu pekerja di laundry Sky Garden, ia berkata bahwa salah satu teman pria nya menghilang sejak tadi malam," jelas polisi itu.

"Yuta, kekasih dari WinWin bilang kepadaku, ia tak pulang ke rumah sejak tadi malam, dan, dan aku mendengar kabar pagi ini. Semalam WinWin bertugas mengantar pakaian ke unit 13.03, unit itu berada di lantai 13, hiks, hal itu memperkuat bukti bahwa WinWin lah korban itu, dan kini aku melihatnya, itu benar dia," ucap Joy di tengah-tengah isakan tangis nya.

Dengan cepat, Kun membalikkan mayat tersebut sehingga wajah dari sang korban terlihat, tangisan Joy makin pecah.

"Itu, hiks, benar dia," Joy kini terjatuh karena kaki nya tak kuat lagi menahan bobot tubuh nya.

"Bawa perempuan ini keluar dari batas polisi, aku akan segera menyelesaikan kasus ini," ujar Kun datar.

"Tunggu dulu," Joy melepaskan genggaman dari kedua polisi yang menggenggam lengan kanan dan kiri nya.

"Aku bisa memastikan bahwa WinWin tidak bunuh diri! Ia pasti di bunuh oleh penghuni unit 13.03 itu! Percayalah pada ku, WinWin tidak mungkin bunuh diri, tidak mungkin!" Joy mulai frustasi.

Tindakan langsung di ambil oleh kedua polisi disisi kanan dan sisi kiri Joy, menyeret Joy yang frustasi menjauh dari mayat WinWin.

∆∆∆

Tok Tok Tok

Pintu terbuka, Mamih Mark terdapat di balik pintu yang terbuka itu, tersenyum melihat kedatangan anak dan menantu kesayangan nya.

"Akhirnya kalian datang juga," Mamih Mark memeluk Haechan dan Mark satu persatu.

Mark dan Haechan di giring ke ruang tamu untuk duduk di sofa merah empuk kesayangan Mamih Mark, setelah mereka terduduk, terdapat Papih Mark yang sedang membaca koran di sana, terdapat secangkir kopi di meja hadapan nya.

"Kalian datang pagi pagi sekali, ada apa?" Mamih Mark mulai bertanya.

"Kita akan tinggal di sini untuk sementara, menemani Mamih," jawab Mark.

"Bagus lah kalau begitu," senyum merekah di wajah Mamih Mark.

"Bagaimana pekerjaan mu Mark?" Tanya Papih Mark yang masih menatap koran.

"Begitulah pih, normal-normal saja,"

"Ya sudah, lebih baik kalian berdua mandi, lalu Haechan ikut makin ke dapur, Mamih kangen loh masak bareng kamu,"

"Iya mih," Haechan tersenyum manis.

"Aku mandi duluan ya, agar tidak telat ke kantor," Mark kini bangkit.

"Baiklah, aku akan menyiapkan pakaian mu," Haechan menatap Mark.

Mark tersenyum kepada Haechan sebelum ia melesat pergi meninggalkan ruang tamu.

"Mih, aku harus pergi ke kamar, ingin menyiapkan pakaian untuk Mark," Haechan bangkit dari sofa empuk berwarna merah itu.

"Ya sudah sana, Mamih juga mau nonton tv,"

Haechan mengangguk, kemudian berjalan meninggalkan ruang tamu menuju kamar lama miliknya dan Mark.

∆∆∆

Suara sirine polisi yang bercampur dengan sirine ambulan dapat membangunkan siapapun yang sedang tertidur lelap di pagi hari, sekalipun orang tersebut tertidur di lantai 13.

Jaemin terbangun dari tidur nya karena suara berisik itu, mengusap mata nya dan langsung membalikkan badan nya untuk melihat keadaan Jeno, ketika ia berbalik ia melihat Jeno yang masih tertidur pulas menghadap diri nya, sedari tadi malam Jaemin tidur dengan memunggungi Jeno, tanda bahwa ia sedang tidak ingin melakukan kontak fisik apapun.

Jaemin melihat kedua tangan nya yang terbalut kain kasa, ia merasa luka nya sedikit membaik, tidak sempat sakit semalam, pikiran nya kembali kepada suara berisik yang berasal dari luar balkon nya itu.

Dengan cepat ia memakai sendal tidur nya, berjalan keluar kamar untuk menuju balkon unit nya, ketika ia sampai ia melihat kedua tetangga nya yang notabene nya tertutup itu sedang berada di balkon juga, mereka adalah Taeyong dan Jaehyun.

Jaemin dan Jeno tinggal di unit 13.02, sedangkan Taeyong dan Jaehyun tinggal di unit 13.01, unit mereka bersebelahan, begitu pun balkon nya.

Jaemin melihat kedua tetangga nya itu sedang menatap sesuatu dibawah, di sebelah kiri nya, sedangkan Jaehyun dan Taeyong berada di sebelah kanan nya.

Jaemin menatap ke sebelah kanan kiri nya, balkon milik Haechan dan Mark, jantung nya seakan berhenti berdegup kala itu, ia melihat darah di pembatas balkon rumah milik Haechan dan Mark, tatapan ia edarkan menuju bawah, parkiran Sky Garden.

Kini seluruh organ tubuh Jaemin membeku melihat apa yang terdapat di bawah balkon milik Haechan dan Mark, seorang mayat yang terkapar.

"Ya tuhan, apakah itu Haechan? Atau mungkin Mark?" Ujar Jaemin dengan mata berlinang, kepanikan melanda diri nya.

Dengan cepat ia berlari masuk ke dalam, membuka pintu kamar nya dan melompat ke kasur seolah kasur adalah kolam berenang, ia langsung memukuli bahu Jeno sampai Jeno terbangun.

"Ada apa?" Jeno langsung terduduk di kasur sembari memegangi bahu nya.

"Itu sudah terjadi, itu sudah hiks terjadi," Jaemin menangis.

"Apa maksudmu? Jangan bergurau tentang itu Na Jaemin!" Jeno langsung tersadar sepenuhnya dari tidur lelap nya.

"Aku serius, entah Mark atau Haechan terjatuh dari balkon, aku melihat mayat nya barusan! Tidak kah kau dengar suara sirine polisi dan ambulans itu? Hiks, kita telat! Kita telat!" Tangisan Jaemin makin pecah.

Jeno langsung melompat dari kasur, meraih lampu tidur yang berada di dekatnya dan melempar nya dengan asal, meraih seluruh benda yang berada di dekatnya untuk di hancurkan berkeping-keping.

Jaemin menangis tambah parah melihat perilaku Jeno, ia langsung mengambil bantal, memojokkan tubuh nya sampai di ujung kasur, lalu memeluk bantal itu.

"Mengapa kau menghentikan ku semalam? Mengapa!" Jeno berteriak seusai dirinya melempar telepon rumah ke lantai sampai telepon tersebut hancur berkeping-keping.

"Mengapa Na Jaemin, mengapa!" Jeno frustasi, air mata nya mulai mengalir, saat suara lantang nya berteriak.

~~~
TO BE CONTINUE
~~~

Sky Garden // MarkHyuck [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang