(ledakan)

2.2K 303 17
                                    

Setelah memahami semuanya, Jaemin memutuskan kembali ke kamar tempat Haechan di rawat, langkah nya terhenti ketika sampai di koridor menuju kamar.

Johnny nampak di depan pintu kamar Haechan, ia seperti sedang mengintip, Jaemin mengepalkan kedua tangannya, kemarahan telah menguasai diri nya.

Jaemin berjalan dengan penuh amarah, ia siap mendarat kan pukulan terbaik nya di wajah Johnny, ia tak peduli siapa yang ia hadapi itu.

Ketika langkah nya sudah dekat, Johnny masih sibuk mengintip ke dalam, pada saat itu juga, Jaemin mendaratkan pukulan nya di leher belakang milik Johnny.

Johnny oleng ke samping, kepala nya terbentur Kosen pintu, dan kemudian ia terjatuh, mata nya langsung mencari siapa yang memukul nya itu.

Tatapan Jaemin dan Johnny bertemu.

"Dasar bajingan!" Teriak Jaemin.

Teriakan itu membuat siapapun yang berada di koridor itu menatap Jaemin dan Johnny yang sedang terjatuh di bawah nya.

Johnny nampak geram, namun ia tak membalas, ia memutuskan untuk berdiri dan berlari menuju tangga darurat.

Jaemin berniat untuk mengejar nya, namun sebuah tangan yang muncul dari balik pintu menahan nya.

"Ada apa?" Jeno keluar dari pintu, ia menatap Jaemin lekat lekat.

Jaemin ingin menjelaskan semua nya, namun koridor ini bukan tempat yang tepat, ia memutuskan untuk mengurungkan niatnya mengejar Johnny, dan membawa Jeno masuk ke dalam ruangan tempat Haechan tak sadarkan diri.

Ketika mereka di dalam, kedua mata Jaemin membulat karena terkejut, tenggorokan nya seolah tercekat melihat seseorang yang berdiri di sisi kanan Haechan yang sedang tak sadarkan diri.

"Hai Jaemin," orang itu tersenyum kepada nya.

"Bibi Ten?" Jaemin terkejut.

Raut wajah Ten berubah menjadi serius, ia menghampiri Jaemin dengan tenang, lalu memegang kedua tangan Jaemin.

"Bibi Ten, apa kau tahu bahwa paman Joh-,"

"Jaemin," Ten menyela nya dengan tersenyum.

"Aku tahu semuanya, dan jika kau mengetahui nya juga, ku harap kau tetap diam, ini dapat membahayakan kita semua," lanjut Ten masih dengan senyuman nya, namun kali ini, ia nampak berbisik, sehingga hanya Jaemin yang dapat mendengar perkataan nya itu.

Jaemin terdiam, ia bingung, takut, dan juga marah, ia benar-benar bingung harus bagaimana.

"Kalau begitu, aku pergi dulu, sampai jumpa," volume suara Ten naik.

Ten melepaskan genggaman tangan nya kepada tangan Jaemin, menatap Mark dan Jeno yang terdiam di sudut ruangan, lalu melesat pergi keluar.

"Ada apa?" Jeno bertanya sembari menghampiri Jaemin.

"Dua kata itu selalu keluar dari mulut mu, tidak ada kah kata lain untuk menghawatirkan diri ku?" Jaemin memukul dada Jeno ketika orang itu berada di hadapan nya.

"Baiklah, ralat. Apa yang terjadi?" Jeno mengusak rambut Jaemin.

"Tidak ada, paman Ten hanya bilang ia sempat menghawatirkan ku," ujar Jaemin.

"Jaemin, apa hal yang ingin Chenle katakan kepada mu?" Mark menimbrung, posisi nya sudah terduduk di sebelah kanan kasur Haechan.

"Haruskah aku mengatakan nya?" Batin Jaemin.

"Jaemin?" Mark membuyarkan lamunan Jaemin.

"Hanya beberapa hal yang tidak penting," jawaban nya membuat ruangan hening seketika.

Sky Garden // MarkHyuck [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang