(Duk! Duk! Duk!)

2.1K 301 24
                                    

Jaemin duduk berhadapan dengan Kun di dekat jendela, di sebelahnya terdapat Jeno, sedangkan di sebelah Kun terdapat Renjun.

Kedua mata Jaemin melirik ke seluruh sudut ruangan, tidak ada siapapun disana.

"Apa yang sedang kau cari?" Kun membuat Jaemin menghentikan aksinya itu.

"Hanya memastikan, tidak ada siapapun disini kecuali kita," Jaemin tersenyum.

"Aku menemui dua orang petugas Sky Garden sedang terduduk di sini sebelum kalian datang," tukas Kun.

"Kita melihat mereka keluar dari sini tadi," Jeno melirik ke Jaemin.

"Mereka nampak tergesa-gesa saat keluar," Renjun menunjukkan wajah curiga nya.

"Itu karena aku sempat bertanya kepada mereka," Kun menegakan posisi duduk nya.

"Bertanya? Kau bertanya soal kasus ini kepada mereka?" Terka Jaemin.

Kun mengangguk dengan mantap.

"Sudah kuduga, staf-staf di Sky Garden pasti ada hubungannya dengan ini semua," Jeno mengepalkan tangannya.

"Semakin banyak pertanyaan di otakku," keluh Renjun.

"Oh iya Hyung," lanjut Renjun.

"Apa?" Kun menatap nya.

"Irene Noona, dia seorang asisten pribadi pemilik Sky Garden,"

"Irene? Tunggu dulu, perempuan berwajah dingin yang berada di sana beberapa waktu yang lalu?" Kun menunjuk meja di seberang mereka.

Renjun mengangguk.

"Tapi ia menggunakan seragam resepsionis," Kun menggaruk kepalanya.

"Tepat! Itu yang harus di cari tahu," Jeno menggebrak meja.

"Kau mengejutkan ku Jeno bodoh!" Jaemin terkejut setengah mati.

∆∆∆

"Aku harus mengurus administrasi, tunggu sebentar ya," Mark mengelus pipi Haechan.

Haechan hanya mengangguk.

Tak lama Mark keluar dari ruangan dan berjalan menuju ruang administrasi rumah sakit.

Haechan melirik ke seluruh penjuru ruangan, ia tak menemukan siapapun, Chenle pergi beberapa saat yang lalu untuk menemani Jisung.

Haechan memutuskan untuk merebahkan tubuh nya di atas kasur, lalu menatap langit-langit ruangan nya.

Duk! Duk! Duk!

Jantung Haechan berdebar dengan kencang ketika ranjang nya terketuk dari bawah.

"Sial! Apa lagi ini!" Batin Haechan.

Duk! Duk! Duk!

Ketukan itu semakin kuat, kini bersamaan dengan sebuah getaran kecil.

Haechan mengubah posisi nya menjadi terduduk di kasur, kedua tangannya mencengkram selimut rumah sakit yang tipis.

Haechan tak berani menatap ke bawah, ia hanya meluruskan pandangan nya ke tembok putih di seberang kasur nya.

Duk! Duk! Duk!

Sial! Ini sudah tak bisa di toleransi, Haechan memberanikan diri turun dari kasur dan merunduk dengan perlahan untuk melihat apa yang ada di bawah kasur nya.

Mata nya membulat dengan sempurna ketika melihat sebuah kotak hitam yang ia lihat berada di tangan Papih Mark beberapa waktu lalu.

"Chanie? Sedang apa kau disitu?" Mark berdiri di ambang pintu.

Haechan langsung berdiri dan menatap Mark dengan ketakutan. Mark langsung berlari menghampiri Haechan lalu memeluk nya, menaruh kepala Haechan di dada nya, seraya menenangkan pasangan nya itu.

"Ada apa? Apa yang membuat mu sampai ketakutan begini?" Mark khawatir.

"Kotak yang ku katakan di pegang oleh ayah mu, ada di bawah kasur ku Mark," Haechan sedikit berbisik karena ketakutan.

"Kalian sudah siap?" Chenle berada di ambang pintu.

"Oh masih ingin mesra-mesraan ya," Lanjut nya.

Mark melepaskan pelukannya, ia tak menghiraukan Chenle, ia menarik Haechan untuk duduk di sofa yang berada di sudut ruangan, lalu ia berjalan menuju kasur Haechan, merunduk setelah nya dan menemukan apa yang ia cari.

Kedua tangan Mark mengangkat kotak hitam itu dari kolong kasur, di letakan nya di atas kasur.

Chenle langsung menghampiri Haechan di sofa kecil yang terletak di sudut ruangan.

"Ada apa? Kenapa Mark Hyung nampak geram begitu," Chenle bertanya.

"Sulit untuk menjelaskan nya," jawab Haechan yang berhasil membuat Chenle kecewa.

Kedua tangan Mark menyusuri bagian samping kotak hitam itu berharap menemukan pembuka nya, selang beberapa waktu ia berhasil menemukan sebuah gembok kecil yang tergantung di kotak itu.

"Sial! Di kunci!" Mark tambah geram.

"Mark, sudah lah," Haechan berjalan menuju Mark.

Haechan memeluk nya dari belakang, menyenderkan pipinya dia punggung Mark, kedua tangan nya mengelus otot perut Mark.

"Kita coba buka di rumah sepupu Chenle nanti ya," ujar Haechan ketika Mark membalikkan badannya.

Mark membuang nafas nya dengan kasar, dan pada akhirnya ia mengangguk setuju.

∆∆∆

Renjun dan Jaemin berjalan di trotoar jalan menuju Sky Garden, matahari sore ini sangat terik, membuat kedua nya sedikit berkeringat di bagian dahi.

Mereka membagikan tugas di Black Rose Cafe tadi, Jaemin dan Renjun di tugaskan untuk mencari tahu siapa pemilik Sky Garden.

Dan sekarang, mereka sedang berjalan menuju Sky Garden dan berharap bertemu dengan seseorang pemilik Sky Garden yang mereka cari-cari.

"Mengapa tidak naik mobil saja sih," protes Jaemin yang sudah kelelahan.

"Kau dan aku tidak ada yang bisa membawa mobil," Renjun mendelik.

"Benar juga," Jaemin melambat kan laju langkah nya.

"Ayolah, sedikit lagi," Renjun sadar Jaemin sedikit tertinggal di belakang nya.

Jaemin mengangguk dan kembali mempercepat laju langkah nya agar seimbang dengan langkah Renjun.

Drttt Drttt

Telepon Jaemin berbunyi, terpampang jelas nama Jeno di layar nya.

"Jaemin, ledakan yang kita lihat tadi adalah ledakan dari mobil milik Moon Taeil, polisi yang menggeledah unit kita,"

Jaemin menghentikan langkahnya ketika mendengar ucapan dari pasangan nya Jeno.

"Seseorang menaruh bom waktu di bagasi mobil nya," suara Kun terdengar samar-samar.

"Ada apa?" Renjun ikut menghentikan langkahnya.

"Kita semua dalam bahaya," Jaemin menutup ponsel nya sepihak.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan?" Ketakutan menjalar ke seluruh tubuh Renjun.

"Menangkap pelaku nya sebelum ada korban selanjutnya," ujar Jaemin sebelum berlari.

~~~
TO BE CONTINUE
~~~

Sky Garden // MarkHyuck [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang