EPILOG

3.3K 300 41
                                    

•2 hari sebelum Haechan dan Mark datang di rumah YangYang.

YangYang menatapi perapian di ruang tamu rumah nya, ia menggenggam kedua tangan nya, nafas nya naik turun tak beraturan.

"Bagaimana bisa dia mengancam ku seperti ini!" YangYang kesal.

"Lakukan saja Hyung, aku akan membantu mu, nyawa paman lebih penting dari apapun," Chenle mengambil botol wine di meja belakang.

"Aku saja tak mengenal siapa itu Mark, siapa itu Haechan, ralat, aku tahu siapa Mark," YangYang menjawab.

"Lakukan saja Hyung, ini tidak akan merugikan mu, Renjun Hyung tidak boleh sampai tahu urusan ini," Chenle meneguk botol wine.

"Kita berdua? Itu mustahil le," YangYang mendengus.

"Aku akan meminta bantuan kekasih ku Jisung," Chenle menyeringai.

YangYang mengusap kening nya, berdiri dan menatap Chenle dengan tersenyum.

"Baiklah, kita lakukan ini," ujar YangYang.

∆∆∆

Mark terbangun di sebuah ruangan bawah tanah, kedua tangan dan kaki nya di ikat, badan nya terduduk di atas kursi kayu, tepat di hadapan nya terdapat Haechan yang nampak nya sudah sadar dari tadi.

Kening Mark mendadak sakit, darah tak lagi mengucur karena nampak nya sudah kering.

Mulut Mark dan Haechan dililit oleh kain, Haechan nampak menangis, membuat Mark berusaha keras terlepas dari seluruh ikatan yang terdapat di kaki, tangan dan tubuhnya.

Tak lama, YangYang, Chenle, dan Jisung masuk kedalam ruangan bawah tanah tempat Mark dan Haechan terikat.

"Kalian sudah sadar ya," YangYang menyeringai.

Haechan nampak kesal dan berusaha berbicara, walaupun suara nya samar samar dan tak jelas.

Chenle dan Jisung menghampiri kedua nya dan melepas kain yang terdapat di mulut Haechan dan Mark.

"Mengapa kalian melakukan ini?" Ujar Haechan ketika kain itu tersingkir dari mulut nya, ia menangis.

"Maafkan kami," Jisung angkat bicara.

"Kau Tetangga! Dari awal aku sudah curiga akan gerak gerik mu!" Mark menatap Chenle dengan penuh kebencian.

"Maaf tuan Lee, aku terpaksa melakukan ini," Chenle ikut angkat bicara

"Terpaksa? Apa maksudmu?" Mark tak mau kalah.

"Lee Myungso, ayah dari sepupu mu Lee Jeno, memaksa kami melakukan ini, ia ingin kami menyekap kalian sampai ayah mu memberikan seluruh saham nya yang terdapat di Sky Garden kepada Myungso," YangYang menjelaskan.

"Rumit, sangatlah rumit, banyak yang terlibat dalam hal ini," YangYang berujar lagi.

"Pemilik Sky Garden adalah ayah mu Mark, Ayah Jeno, dan Ayah ku. Namun nampaknya Myungso serakah, ia ingin menjadi pemilik tunggal, dengan cara menyingkirkan ayah mu dan ayah ku," Lanjut YangYang.

"Ayah mu ingin di singkirkan? Dan sekarang kau berpihak kepada orang yang ingin menyingkirkan ayah mu?" Mark menatap YangYang dengan kasar.

"Aku tak punya pilihan, jika aku tak menuruti nya, nyawa ayah ku yang akan jadi taruhan nya," YangYang menatap Mark tak kalah kasar.

Ruangan hening seketika, seolah semua kebenaran telah berada di depan mata, tentang hantu di unit 13.03, pembunuhan di Sky Garden, semua itu di sebabkan oleh satu orang, Lee Myungso!

Chenle memegang tangan Jisung sembari menatap kekasih nya itu, Jisung seolah mengerti apa yang harus mereka lakukan, Jisung mengangguk dan berusaha tenang.

Dengan cepat, Chenle melempar sebuah balok kayu kepada Jisung, kedua tangan Jisung menangkap balok kayu tersebut, sepersekian detik setelah nya, balok kayu itu melayang ke belakang kepala YangYang.

Bruk, tubuh YangYang terjatuh tak sadarkan diri.

"Maafkan aku mengorbankan kalian, ini adalah cara ku untuk mengungkap semua nya," Chenle melepaskan ikatan tangan dan kaki milik Haechan.

Mark dan Haechan hanya terdiam bingung, teka teki yang baru saja di pecah kan masih sulit di terima oleh otak mereka berdua.

"Jisung, cepat telfon Kun Hyung, bilang semua sudah beres," Chenle kini beralih ke ikatan tangan Mark.

"Baiklah," Jisung berlari ke tangga yang menuju ruang tamu.

"Semua sudah terungkap, ayo kita keluar dari sini," ujar Chenle ketika selesai membuka ikatan tangan Mark.

∆∆∆

Mobil polisi mengelilingi kediaman rumah YangYang, Jisung, Chenle, Haechan, dan Mark tengah berada di sebuah ambulans yang terparkir di dekat sana.

"Kau memang cerdik," Kun memuji Chenle.

"Apakah aku sudah bisa menjadi seperti mu?" Chenle bertanya.

"Tentu, ikutlah tes tahun ini," jawab Kun.

"Aku masih tak menyangka," ujar Jaemin dari telfon yang di genggam Haechan.

"Chenle benar-benar cerdas," puji Jeno dari telfon yang sama.

"Jadi bagaimana? Kalian baik baik saja kan?" Renjun ikut bersuara dari seberang.

"Iya kami baik baik saja, kecuali Mark, kening nya terluka cukup serius," Haechan menatap Mark yang berada dekat dari nya.

"Bilang pada Mark, cepatlah sembuh, jika tidak, nanti tidak ada yang membantu ku di kantor lagi," ujar Jeno.

"Kau dengar Mark?" Haechan menyeringai.

"Kalian sedang berada di mana?" Haechan bertanya.

"Sky Garden, gedung ini mendadak viral, bukan hanya anggota kepolisian yang berada di sini, namun awak media, para pejalan kaki yang lewat, semua memadati gedung ini," ucap Jaemin.

"Semua sudah jelas, dari awal aku sudah mencurigai ayah ku, dan benar saja, dia dalang dari semua nya, namun tenang saja, ia sudah berada di tempat yang semestinya," ujar Jeno.

"Semestinya?" Haechan mengernyitkan dahi nya.

"Iya, kita bertiga sudah membunuh nya," jawab Jeno.

The End.

Sky Garden // MarkHyuck [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang