Ep 2

122 6 0
                                    

Ayah Jisoo mempersilahkan temannya itu untuk masuk dan meminta Jisoo  besertamama untuk duduk bersama di ruang tamu. Lalu ia memperkenalkan Jisoo dan istrinya kepada pria yang dipanggilnya dengan sebutan Kang Juwoon itu. Melihat Jisoo, lelaki yang dipanggil paman Juwoon olehnya itu menyapanya dengan ramah sambil tersenyum.

"Halo,,, Kim Jisoo. Kamu sangat cantik. Ini hadiah untukmu", sapa paman Juwoon sambil memberikan sebuah mini recorder. "Paman dengar kamu sangat suka menyanyi. Mainan ini bisa merekam suaramu dengan sangat baik", ungkapnya sambil tersenyum.

Tak banyak bicara, Jisoo hanya menerima hadiah yang tidak tahu bagaimana cara menggunakannya itu. "Jisoo, bilang apa pada paman Juwoon?", pinta ayah padanya. Lalu anak 15 tahun itu langsung mengatakan "Terimakasih paman Juwoon", membuat  paman Juwoon langsung tersenyum dan mengangguk padanya.

"Kamu tahu Jisoo, paman memiliki tiga anak lelaki seumuran denganmu. Paman harap kalian suatu hari nanti dapat bertemu dan menjadi teman baik". Jisoo hanya tersenyum manis kepadanya.

"Sepertinya kamu sangat menginginkan seorang anak perempuan Juwoon. Lalu mengapa kau tidak menambah satu anggota keluarga lagi", kata ayah sambil tersenyum.

"Jika istriku setuju mungkin aku sudah melakukannya sejak lama. Tapi istriku sangat membenci anak perempuan, bahkan di kelahiran anak ketiga kami, ia menghalalkan segala cara agar kami hanya memiliki anak laki-laki".

"Tidak masalah, kamu bisa menganggap Jisoo seperti anakmu sendiri. Tidak usah memaksakan diri".

"Baiklah, kamu mamang sahabat terbaikku. Lalu bagaimana dengan bisnismu? Aku bangga sekali denganmu,karena kini kamu sudah lebih sukses".

"Bahkan kamu lebih sukses daripada aku Juwoon".

Mendengar ayah dan paman itu membicarakan bisnis, ibu langsung mengajak Jisoo untuk masuk ke dapur dan menyiapkan kudapan untuk paman dan ayah. 

"Jisoo, sebaiknya kamu masuk ke kamar dan kembali melanjutkan tugas sekolah. Nanti ibu akan memanggilmu saat makan siang". Jisoo segera berlari menuju ke kamar.

Ia lalu melihat kembali hadiah dari paman Juwoon dan membuka segelnya. Ia mencoba alat itu untuk merekam suaranya. Ternyata benar, mainan itu memang dapat merekam suara apapun dengan jelas. Tak lama setelah itu ibunya memanggil Jisoo agar segera turun.

Terlihat Jisoo, mama dan ayahnya berada satu meja makan dengan paman Juwoon. Di tengah-tengah acara makan siang, paman Juwoon berkata "Sepertinya aku akan sering bermain kesini selama pembangunan bisnis ini. Akan kuajak anak dan istriku kemari nanti. Ia pasti akan senang".

"Tentu saja. Ajaklah sekali-kali istrimu main kesini. Apalagi disini ada Jisoo, pasti ketiga jagoanmu akan merasa senang bermain dengannya", tutur ayahnya. Tak lama setelah itu paman Juwoon pun permisi untuk pulang kembali ke Seoul.

Keesokan harinya, seperti biasa, di hari Senin ayah selalu buru-buru berangkat kerja untuk melakukan meeting. Jisoo sendiri tengah bersiap untuk sekolah dan mengemasi semua barang-barangnya. Pagi itu ia diantarkan sekolah oleh mamanya, namun sayangnya sang mama tidak bisa menjemputnya dan hanya memesankan abang Gojek.

"Mama, aku pu...", ucap Jisoo terputus lantaran kaget melihat paman Juwoon duduk di ruang tamu dan sedang berbincang dengan mamanya. Jisoo mengangguk dan mengucapkan salam kepadanya. "Ah,, Jisoo ya, pasti kamu lelah untuk pelajaran hari ini. Kemarilah, paman membawakan buah dari Seoul".

"Jisoo, cepat ganti baju dulu lalu kembali kesini ya!", kata mama. Jisoo yang masih polos hanya menuruti apa kata mamanya. Ia sendiri masih berpikir, ada urusan apa paman Juwoon datang ke rumahnya. 

Tak lama setelah itu ayahnya datang. Melihatnya, Jisoo langsung berlari memeluknya. Namun kala itu berbeda, ayah malah menyuruhnya untuk naik ke atas dan bukan memeluknya seperti biasa. 

BEING NORMALWhere stories live. Discover now