Ep 14

9 2 0
                                    

Saat di ruang makan untuk sarapan, Jisoo melihat ada yang aneh.

"Kai hyung, aku tidak melihat Kriss hyung pagi ini".

"Ah hyung, dia ada perjalanan bisnis ke Busan sejak kemarin, jadi dia kemungkinan tidak akan pulang minggu ini".

"Ah,,,".

"Apa kau perlu sesuatu? Kau bisa mengatakannya kepadaku".

"Ah tidak hyung, aku hanya heran saja, karena biasanya dia sudah ada di meja makan pagi-pagi sekali".

Tak lama terdengar suara langkah kaki yang tengah menuruni tangga.Rupanya itu Ken yang tanpa sarapan langsung menuju ke pintu keluar.

"Ken, kamu tidak sarapan?", tanya Kai menghentikan langkah dari remaja berseragam rapi itu.

"Tidak, perutku pengar. Aku akan langsung berangkat saja".

"Kenapa tidak berangkat bersama Jisoo?".

Ken hanya melirik ke arah Jisoo, lalu berpura-pura tidak mendengar ucapan hyungnya dan langsung melangkah ke luar rumah.

"Kenapa dengan anak itu. Ah Jisoo, apakah Ken masih bersikap dingin kepadamu".

Mendengar kata-kata itu, Jisoo hanya mengangguk pelan sambil tersenyum ke arah Kai. "Kring kring", terdengar bunyi alarm pesan di ponsel Kai.

"Ya,, apa-apaan si Ken ini. Barusan bersikap dingin tapi tiba-tiba mengirimiku pesan sepagi ini", kata Kai sambil tersenyum membaca pesan dari Ken.

"Tapi apa maksudnya ini?".

"Ada apa kak Kai, apakah ada yang aneh?".

"Aku tidak mengerti, dalam pesannya Ken mengatakan terimakasih untuk semalam. Padahal semalam aku sama sekali tidak berbicara padanya. Apa ya maksudnya ini anak", kata Kai sambil berpikir.

Jisoo langsung ingat apa yang ia lakukan untuk Ken semalam. Mungkin Ken mengira bahwa orang yang membawakannnya mie dan teh hanya semalam adalah Kai hyung. Mengetahui bahwa Ken sebenarnya orang yang baik membuat Jisoo tersenyum sendiri membayangkan bagaimana jika Ken mengetahui bahwa yang membawakan mie itu adalah dirinya, ia pasti akan berterimakasih padanya.

"Ah Jisoo", kata Kai melaburkan lamunan Jisoo.

"Ah iya kak Ken?".

"Ken?".

"Ah maksudku kak Kai", kata Jisoo sambil tersipu malu.

"Ah pasti kamu sangat terbebani dengan sifat Ken. Dari dulu dia memang anak yang keras kepala dan pemarah. Namun sebenarnya ia sangat peduli dengan orang lain. Andai aku dan Kriss hyung lebih memperhatikannya, mungkin dia akan menjadi anak yang periang dan tidak susah diatur seperti sekarang ini. Ah ngomong apa aku ini".

"Memangnya, kenapa Kai dan Kriss hyung kurang memperhatikan Ken? Bukankah dia yang paling kecil diantara kalian bertiga?".

"Ah itu adalah masa lalu", kata Kai sambil menengok ke arah jam tangannya. "Ah sepertinya aku sudah terlambat ke kantor, ada kuliah lagi nanti siang. Jisoo apa kau mau aku antar?".

"Ah tidak hyung. Hyung duluan saja, aku sekarang sudah bisa berangkat sendiri".

"Ah baiklah".

"Ah hyung".

"Ya".

"Boleh aku meminjam kartu busmu? Aku belum mengurus milikku sejak pindah kesini".

"Ah,, baiklah", jawab Kai sambil mengeluarkan sebuah kartu berwarna hijau dari dompet kulitnya.

"Terimakasih hyung", ucap Jisoo pada Kai hyung yang sudah melangkah pergi keluar sambil mengangkat tangannya. Menunjukkan jempolnya sebagai isyarat bahwa ia menerima ucapan terimakasih pada Jisoo.

Setibanya di sekolah Jisoo tanpa sengaja melihat Ren berangkat bersama dengan laki-laki yang dilihatnya kemarin. Kemudian keduanya berpisah saat menuju ke ruangan yang berbeda.

"Nungguin gue?", kata Ren pada Jisoo yang sedari tadi terpaku melihat kedatangannya.

"Dih pede loe segenteng".

"Terus ngapain melotot mulu? Bilang aja mau bayar utang".

"Dih pelittt. Nih...nih uang loe. Dih nggak bakal deh minjem uang dari loe lagi", kata Jisoo sambil mengeluarkan beberapa won dari sakunya dan memberikannya pada Ren.

"Nah gini donk. Kan impas".

"Itu tadi kakakmu? Ah ganteng juga ya. Tapi kok beda mukanya?".

"Kepoooo", kata Ren sambil berlalu pergi menuju ke kelas meninggalkan Jisoo yang cemberut karena pertanyaannya tidak mendapatkan jawaban dari Ren.

Saat memasuki ruangan kelas, Jisoo kembali melihat Ken yang duduk sendiri di kursi pojok ruangan sambil menatap ke luar cendela. Masih seperti biasa, ia selalu menggunakan headphonenya dan meletakkan kedua tangannya di saku celananya.

"Aku ingin sekali menyapanya. Namun Ken tidak ingin jika ada orang yang tau bahwa aku adalah keluarganya", kata Jisoo dalam hati. "Oke aku akan berpura-pura, mungkin dengan begini Ken lama-lama bisa baik denganku", tambahnya sambil mengepalkan tangannya ke atas untuk menguatkan dirinya.

Lalu tiba-tiba Ren menghampiri Ken yang tegah memejamkan matanya.

"Eh loe.. hey", kata Ren sambil menggoyangkan tubuh Ken untuk membangunkannya. Ken yang merasa terganggu langsung terbangun dan menatap tajam ke arah Ren sambil melepaskan headphonenya.

"Yah nih anak disapa malah diem aja. Eh siapa nama loe".

Namun Ken hanya tetap menatap Ren sambil diam.

"Budek loe ya?", ketus Ren.

"Loe buta huruf. Nggak bisa baca papan nama di seragam?".

"Dih songong. Gue Ren", katanya sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan dengan Ken. Sayangnya Ken malah tidak peduli dan lebih memilih mengenakan kembali headphonenya daripada menyalami tanga Ren.

Ren yang kesal langsung mencopot headset milik Ken hingga membuat Ken marah dan kembali menatapnya tajam.

"Yaaa,,, kurang ajar banget sih diajakin ngomong. Sorry ya, gue kesini bukan untuk basa-basi apalagi kenalan nggak jelas. Gue kesini mau pinjam buku catatan loe karena disini loe murid dengan nilai tertinggi. Sini mana buku catatan loe".

"Aku tidak punya".

"Dasar pelit. Oh jadi loe takut tersaingi makanya nggak mau minjemin buku catatan loe. Percuma pinter tapi egois. Pantes nggak punya temen".

Mendengar ucapan itu Ken langsung emosi dan berdiri dari kursinya. Terlihat bagaimana Ken yang mengepalkan tangannya dan bersiap untuk meninju pria yang sama tinggi di depannya itu.

"Apa loe? Mau berantem? Pukul aja pukul", kata Ren membuat semua teman sekelas melihat ke arah mereka.

"Anak orang kaya memang bisa melakukan semua seenak jidatnya. Paling juga nilainya bagus karna hasil main belakang, makanya nggak mau minjemin buku catatan biat nggak ketahuan", tambah Ren yang membuat Ken semakin mengepalkan tinjunya dan akan melayangkannya ke wajah Ren.

Belum sempat mengangkat tangannya, Jisoo datang dan langsung memegangi tangan Ken. Ia menyimpan tangan Ken dibalik badannya agar anak ketiga dari keluarga Kang itu tidak melukai Ren. Ken yang kaget hanya menatap ke arah Jisoo.

"Ya..ya.. kalian ini kenapa bertengkar? Apa kalian tidak malu bertengkar hanya karna hal sepele?", kata Jisoo sambil melihat ke arah keduanya. Namun Ken tak mau ambil pusing. Ia langsung melepaskan genggaman tangan Jisoo dan kembali duduk di kursinya sambil mengenakan headphone miliknya.

"Ya,, lihat kelakuannya. Dia itu sombong sekali", ungkap Ren yang marah sambil mengangkat tangannya ingin memukul Ken. Namun Jisoo memeganginya. Keduanya bertatapan. Mendapatkan kesempatan itu, Jisoo menggelengkan kepalanya, memberikan isyarat agar Ren tidak melakukannya.

Tapi apa yang terjadi, Ren semakin marah saat melihat tangan Ken yang memencet tombol volume untuk menaikkan suara musik yang ada di headphonenya. Tak ingin keadaan bertambah kacau, Jisoo langsung menggiring Ren kembali ke bangku mereka.


Happy reading! Voment okay,,, 

BEING NORMALWhere stories live. Discover now