"Jisoo..hey", kata Kriss hyung melaburkan lamunan gadis yang belum ketahuan sal-usulnya itu. "Apa ada sesuatu? Apa kamu sakit?", ungkapnya. Kriss atau Kyung Hoon adalah anak paling tua dari keluarga Kang Juwoon dan Kang Min Ah, sedangkan Jisoo anak terakhir di keluarga ini.
"Aku tidak apa-apa hyung", jawabnya.
"Baiklah,, nanti sore ada pertandingan futsal keluarga, jangan lupa datang".
Sontak hal itu membuat Jisoo langsung kaget. "Futsal???", katanya dalam hati.
"Tapi aku tidak bisa hyung".
Mendengar itu Kriss hyung langsung mengernyitkan dahinya. "Kenapa tidak bisa? Bukankah anak laki-laki menyukai bola? Ayolah, kau bukan seorang wanita Jisoo. Kau harus menunjukkan kekuatan agar terlihat keren".
"Tapi... ", kata Jisoo terputus.
Lalu tiba-tiba Kriss hyung mencengkeram tangannya dan mendekatkan wajahnya kepada pada Jisoo. Kriss mulai berbisik sinis di telinganya. "Atau aku tidak akan berbaik hati lagi padamu. Ingat,,, siapa dirimu yang sebenarnya hanya aku yang tahu", jelasnya. Namun Jisoo hanya bisa diam dan melotot mendengarnya.
Iapun melepaskan genggamannya. "Aww,,, sakit", teriak Jisoo sambil melihat ke arah tangannya. Tanpa sadar Kriss hyung melihat sesuatu dibalik lengan baju yang ia kenakan dan langsung membuka lengan baju Jisoo. Terlihat raut wajah tak percaya yang ditampakkan Kriss saat menjumpai banyak bekas luka.
"Apa ini?", tanyanya jutek.
"Itu.. itu,,, bekas luka yang aku dapat saat mama memukuliku".
Lalu pria yang dipanggilnya hyung itu hanya menatapnya, lalu tersenyum sipit sambil mengatakan, "Kalau begitu, sampai bertemu di tempat futsal jam 7 nanti. Dan... obati lukamu".
Segera ia meninggalkannya sendirian dan merubah ekspresinya menjadi nampak jahat dan kaku. Lagi-lagi Jisoo hanya bisa pasrah.
Sudah seminggu sejak Jisoo dibawa ke Seoul oleh tiga anak keturunan keluarga Kang ini. Sedangkan mama sendiri saat ini tengah dirawat di rumah sakit jiwa. Ya... sekarang ia adalah Jisoo. Jisoo yang merupakan seorang cowok dan bukan lagi Jisoo si cewek berambut panjang.
Bukan hanya rambutnya saja yang pendek seperti cowok, bahkan penampilannya saat ini sudah berubah seutuhnya. Ia terpaksa melakukan ini dan tidak bisa memberitahu keluarga Kang siapa ia yang sebenarnya.
Termasuk pada Kai, anak kedua yang sangat membencinya sejak mereka pertama bertemu di Busan. Bahkan Kai selalu berusaha menjauh darinya. Apalagi Ken, anak terakhir yang ia harapkan bisa menjadi orang yang dipercaya, justru dialah yang paling dingin diantara ketiganya.
Ken dan Kai selalu mencoba tidak dekat-dekat dengan Jisoo sejak Kriss hyung mengatakan kepada mereka bahwa ia adalah anak tiri paman Kang Juwoon, ayahnya yang selama ini bersamaku di Busan.
Bahkan tanpa tahu alasannya, mereka membencinya dan berpikir bahwa Jisoolah yang menyebabkan keluarga mereka berantakan. Membuat tuan Kang meninggal dan membuat nyonya Kang menjadi gila.Mendapati opini itu, Jisoo memang tidak memungkirinya, apalagi menurutnya semua itu benar.
Saat ini hanya Kriss yang baik kepadanya, tapi... ia seperti itu karena ingin mengendalikan Jisoo. Meski gadis itu ingin melawan, namun kini ia sudah tidak punya siapa-siapa. Semua hal ini, semua yang aku alami ini bahkan sampai dirinya harus menjadi cowok, ini semua berawal dari pertemuan dan hal tak terduga yang dilakukan nona Kang, mamaku kepadaku.
Matahari mulai condong ke barat, dan hari sudah mulai sore. Jisoo dan tiga anak keluarga Kang menyempatkan diri untuk pergi ke rumah sakit jiwa menjenguk mama sebelum mereka menuju ke lapangan futsal. Disana Jisoo melihat mama yang di rawat di sebuah ruangan khusus dengan fasilitas bagus. Rupanya nona Kang sudah mulai tenang.
"Selamat siang ma. Bagaimana keadaan mama", kata Kriss sambil mendekatkan diri ke tempat tidur ibunya. Nona Kang terlihat bingung dengan sekelilingnya. Bahkan ia terlihat mencoba mengingat sesuatu.
"Aku Kriss ma, anak tertua mama".
"Ahahah.." mama tertawa sambil memegang tangan Kriss. "Aigo,,, kamu sudah besar ya sayangku. Uch anak kebanggaan mama. Ah mana adikmu", tanya nona Kang sambil melihat sekeliling. "Ah siapa dia", tanya nona Kang sambil menunjukku. Semua orang hanya diam.
"Dia adalah Jisoo. Dia.... ", belum sempat menyelesakan ucapannya, tiba-tiba mama yang mendengar ucapan itu kembali histeris.
"Perempuan itu, anak perempuan itu,,, bawa dia pergiiii. Pergiii. Aku tidak mau melihat gadis itu".
Melihat hal itu, semua orang menjadi panik dan heran. Bahkan Kang bersaudara langsung melihat ke arah Jisoo.
"Ma tenang ma... tenang", kata Kriss menenangkan mamanya. "Lihat ma, lihat baik-baik ma. Dia seorang laki-laki, bukan anak perempuan", kata Kriss membuat nona Kang tenang. Nona Kang menggerayangi kepalanya dan melihat Jisoo dari atas hingga bawah.
"Dia adalah anak sepupu papa ma. Dia kesini ingin menjenguk mama. Benarkan Jisoo?".
Kriss berbohong lagi, namunJisoo hanya mengangguk saja. Ken yang melihat keadaan mamanya nampak menetesan air mata, namun ia segera menghapusnya. Tak lama kami mengunjungi mama di rumah sakit, setelah itu kami semua segera menuju ke tempat futsal. Di ruangan ganti, Ken tiba-tiba menutup lokernya dengan keras.
"Hyung, kenapa kau berbohong kepada mama", kata Ken pada Kriss.
"Lalu apa? Kau ingin mama histeris dan semakin sinting?".
"Tapi bagaimana jika mama tahu yang sebenarnya nanti".
"Apa kau tidak melihat bahwa anak itu ketakutan saat melihat mama mengamuk hah!. Apa kau tidak berpikir, mengapa bocah itu selalu mengenakan lengan panjang? Itu karena mama selalu memukulinya. Apa kau ingin mama menjadi monster untuk kita juga?", kata Kriss keras sambil meninggalkan tempat ganti.
Kai yang mendengar itu langsung mendekati Jisoo dan membuka lengan bajunya. "Astaga,, apa ini?", katanya kaget membuat Ken melihat ke arah lengan yang penuh bekas luka itu.
"Apa ini? Apa kau sengaja membuat ini agar kami bersimpati", kata Kai.
"Kalau kalian tidak bisa berterimakasih, cukup anggap dia keluarga", kata Kriss sambil berlalu pergi meninggalkan ketiganya.
Happy reading readers!
YOU ARE READING
BEING NORMAL
Random[HIAT SEMENTARA] Yakin jika di dunia ini hanya ada namja (laki-laki) dan yeoja (perempuan) ? Terkadang kamu harus melewati batas yang namanya Gender disaat keadaanmu tidak memungkinkan untuk menjadi normal. Tapi takdirku berkata.... Sebenarnya auth...