Malam itu, tepatnya pukul 02.00 dini hari. Jisoo terlihat tengah mengalami mimpi buruk yang membuat keringat panas dinginnya keluar. Wanita dengan potongan rambut ala pria itu terlihat tidak tenang dan terus menggerakkan kepalanya ke kanan kekiri.
Bahkan meski matanya tengah tertutup, kedua tangannya terus menerus meremas selimut putih yang sedari tadi menutupi tubuhnya. Dalam mimpinya Jisoo terus mendengar ucapan sang ayah yang ingin menceraikan ibunya.
Meski sedikit kabur, namun Jisoo melihat jelas bagaimana ibunya yang menangis terisak dan memeluk dirinya. Kemudian mimpinya berubah pada kejadian dimana ia mengalami kecelakaan saat berada di mobil bersama dengan Juwoon, suami nona Kang yang sudah ia anggap sebagai papa. Sebelum mengalami kecelakaan, terdengar suara pria yang ada di dekat ibunya itu tengah mengangkat telepon dari seseorang.
Terdengar bagaimana suara berat itu yang mengatakan "Aku mohon percayalah kepadaku. Aku akan menjelaskan semuanya...". Belum sempat mengetahui semua ucapan papanya itu, tiba-tiba Jisoo terbangun dari tidurnya.
"Hah,, hah,,,", suara nafas Jisoo yang terengah-engah. Iapun langsung memegangi kepalanya. Terasa sekali bagaimana rambutnya yang sudah basah oleh keringat yang sedari tadi mengucur dari dahinya.
"Kenapa mimpi itu selalu menganggu tidurku. Apa yang sebenarnya terjadi?".
Jisoo bangun dari tempat tidurnya. Ia membuka lacinya dan mengambil sebuah tas masa kecilnya. Dimana tas itu adalah tas yang dibawanya saat kecelakaan itu terjadi.Ia mencoba untuk mengingat kecelakaan itu namun ia merasa kesulitan.
"Kenapa aku tidak bisa mengingat dengan jelas kecelakaan itu?".
Lalu ia meletakkan kembali tas itu dan pergi ke dapur untuk mengambil minum. Ia membuka kulkas dan emngeluarkan sebotol air dingin yang kemudian ia tuangkan ke sebuah gelas kaca yang diambilnya dari rak.
Ia meminum air itu. Tiba ditegukan kedua ia tidak sengaja memandang ke arah sebuah foto keluarga yang ada di ruang tengah. Iapun melangkah kesana dan memandang lekat-lekat keluarga Kang beserta ketiga anaknya.
Ia terus mengamati wajah dari sosok suami nona Kang, yakni papanya Kang Juwoon. Ia masih penasaran dengan semua yang ia lalui selama ini.
"Kang Juwoon, siapakah anda sebenarnya? Kenapa anda datang ke kehidupanku dan semua berubah?", katanya pada sebuah foto yang ada di depannya.
Tiba-tiba Jisoo teringat akan perkataan ayahnya yang pergi dari rumah dan ingin menceraikan ibunya. Ia juga mengaitkan dengan kedatangan paman Juwoon ke rumahnya saat itu, usai sang ayah meninggalkannya dan ibunya.
"Hoksi (Jangan-jangan)... apakah ibuku memiliki hubungan dengan paman Juwoon?", ungkapnya sambil mencoba mencari tahu kebenarannya.
"Hah,,,", Jisoo kaget dan langsung menutup mulutnya saat membayangkan hal buruk tentang ibunya dan juga paman Juwoon.
"Apa ajangan-jangan ibu... memiliki hubungan dnegan paman Juwoon. Lalu ayah mengetahuinya dan memilih untuk meninggalkan rumah dan menceraikan ibu".
Jisoo yang tidak percaya dnegan hal itu hanya bisa menteskan air mata. Ia terduduk di atas lantai sambil menangisi apa yang dipikirkannya. "Appaa (ayah).... apakah ayah sangat terluka, makanya ayah meninggalkan aku dan ibu? Hiks..hikss...", Jisoo terus saja menangis terisak sambil memegangi dadanya.
Usai dirinya mulai tenang, Jisoo mulai kembali ke kamarnya. Ia mencoba keluar dari balkon untuk menghirup udara segar. Ia menatap ke arah langit yang cerah dan mulai berbicara sendiri.
"Amma (ibu), apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ada alasan lain mengapa paman Juwoon begitu baik kepada kita setelah kepergian ayah?".
Tiba-tiba Jisoo kembali teringat malam saat dirinya bersama dengan ibu dan paman Juwoon menuju ke rumah keluarga Kang yang ada di Busan. Ia mulai teringat kata-kata dalam mimpinya, dimana sebelum kecelakaan terjadi paman Juwoon sempat mengatakan akan menjelaskan sesuatu kepada seseorang. Iapun berpikir jika orang yang tengah menelpon papanya saat itu adalah nona Kang, istri dari paman Juwoon.
"Apakah saat itu paman Juwoon tengah mengajak aku dan ibu pergi ke rumahnya untuk menjelaskan semuanya?", kata Jisoo mulai berpikir.
"Dan apakah sebenarnya ibu adalah wanita simpanan paman Juwoon dan aku adalah anaknya? Karena paman Juwoon sangat menginginkan seorang anak perempuan?".
Jisoo nampak shock dan kembali menutup mulutnya dengan kedua tangannya sambil terisak. Airmata kembali membasahi pipinya Iapun kembali menatap ke langit dan berbicara sendiri.
"Amma,,, apakah apa yang aku pikirkan benar? Kenapa ibu tidak menjelaskan apa-apa kepadau?", kata Jisoo dengan nada tinggi dan kembali terisak. Ia terus menangis tak berhenti. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada sebuah mobil yang terparkir di halaman.
"Kriss,,, aku rasa Kriss mungkin tahu jawaban dari semua pertanyaanku", katanya sambil mengusap air matanya. "Aku harus menemuinya besok".
Lalu saat akan masuk kembali ke dalam rumahnya, tanpa sengaja ia melihat seorang pria bertopi dan berpakaian serba gelap meloncati pagar rumahnya.
"Siapa itu? Omo,,, apakah itu Ken? Sebaiknya aku tidak menganggunya saat ini", kata Jisoo sambil kembali menuju ke dalam kamarnya.
"Tapi tunggu, pasti dia belum makan. Apa sebaiknya aku membuatkannya makanan?", ucapnya sambil pergi menuju dapur dan membuatkan makanan.
Jisoo mulai melihat ke arah rak makanan dan isi kulkas. "Sepertinya tidak ada makanan lain kecuali ramen", ucapnya sambil berpikir.
Akhirnya Jisoo membuat ramen dengan dua telur di dalamnya. Ia juga menyiapkan segelas teh hangat untuk Ken. Usai itu ia membawa ramen dan teh hangat menuju kamar Ken. Saat akan membuka kamar Ken, ia teringat bagaimana Ken yang saat itu sangat marah karena ia langsung mausk ke dalam kamarnya tanpa ijinnya lebih dulu.
Lalu ia hanya meletakkan ramen dan teh hangat itu didepan kamar Ken. Ia mengetuk kamar itu sekali dan langsung masuk kembali ke kamarnya.
Disisi lain Ken yang barusaja meloncat dari cendela mendengar bunyi keroncongan dari perutnya. Ia hanya bisa memeganginya tanpa bernafsu ingin mencari makanan di dapur. "Ah,, sepertinya aku melewatkan makan malam tadi karena terlalu fokus".
Lalu Ken melepaskan jaket hitamnya dan langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuknya yang sedari tadi ia rindukan. "Lebih baik aku tidur agar tidak lapar".
"Tok tok.."
Ken yang baru saja berbaring dikasur merasa kaget ada yang mengetuk pintu kamarnya. Iapun merasa penasaran dan bangun dari kasurnya untuk membuka pintu. Namun hanya ada kegelapan yang ada di hadapannya.
Ruapanya tidak ada siapapun yang berdiri didepan kamarnya. Iapun berniat kembali menutup pintunya, namun saat akan menutupnya, tanpa sengaja ia melihat ke lantai dan mengetahui ada ramen dan teh hangat.Ken mengambil dan mengangkat nampan itu.
"Siapa yang menaruh ini? Pasti kak Kai, ternyata ia masih ingat dengan kebiasaanku", kata Ken sambil membawanya masuk ke dalam kamar dan memakannya.
Jisoo kembali ke kamarnya dan berbaring ke atas kasur. Ia berharap jika malam ini segera berlalu agar ia bisa segera menemui Kriss dan mendapatkan jawaban dari apa yang menjadi pertanyaannya selama ini.
"Aku berharap bisa segera mendapatkan jawabannya, agar tidak lagi mengalami mimpi buruk lagi", ucap Jisoo sambil menutup matanya.
Happy reading yeorobun!
Jangan lupa vote atau comment biar author makin semangat ya!Happy weekend
YOU ARE READING
BEING NORMAL
Random[HIAT SEMENTARA] Yakin jika di dunia ini hanya ada namja (laki-laki) dan yeoja (perempuan) ? Terkadang kamu harus melewati batas yang namanya Gender disaat keadaanmu tidak memungkinkan untuk menjadi normal. Tapi takdirku berkata.... Sebenarnya auth...