"Apa yang dilakukan oleh kakak kelas itu? Kenapa ia menampar dan menciumnya? Itu sangat aneh meskipun keduanya bersaudara", katanya sambil sedikit mengintip ke arah gang.
Ia melihat bagaimana kakak kelas itu yang tiba-tiba saja pergi meninggalkan Ren sendirian. Bahkan Ren terlihat begitu syok dan lemah. Iapun terduduk lesu pada dinding yang masih alami dengan tatanan batu bata yang begitu rapi tersebut.
"Ren,,".
Suara Jisoo mulai masuk ke telinga Ren dan membuat pria dengan potongan rambut panjang sebahu itu langsung menoleh ke sumber suara.
"Ya ampun, kamu tidak apa-apa", kata Jisoo yang langsung mendekat pada Ren saat melihat darah sudah mengucur dari sudut kiri bibir Ren. Jisoo mencoba memegang luka itu dan berniat membersihkannya, namun Ren malah menampiknya dan memalingkan wajahnya dari tatapan Jisoo.
"Untuk apa kamu disini? Bukankah seharusnya jam segini anak orang kaya sudah ada di rumah belajar, makan siang dan tidur? Lalu kenapa kamu masih berkeliaran?".
"Karna aku bukan anak orang kaya".
"Cih,, semuanya juga pura-pura merendah seperti itu agar terlihat baik. Sana pulang, anak mama tidak seharusnya berkeliaran di gang seperti ini. Cepatlah pulang sebelum mamamu ngomel", kata Ren sambil berdiri dan berbalik meninggalkan Jisoo.
"Aku,,,tidak punya mama", kata Jisoo menghentikan langkah Ren.
Pria tinggi itu langsung berbalik menatap Jisoo dan merasa tidak enak telah mengatakan hal yang seharusnya tidak ia katakan. Wajahnya menunjukkan rasa bersalah dan berusaha mengumpulkan tekat untuk meminta maaf, tapi Jisoo secara tiba-tiba berdiri dan langsung merubah wajahnya yang sedih menjadi ceria.
"Tenang,,, jangan merasa tidak enak. Gaja (Ayo pergi),, kita ke toserba untuk mengobati lukamu itu", kata Jisoo sambil merangkul Ren dan menariknya menuju ke toserba di seberang jalan. Ren yang merasa bersalah hanya melamun dan mengikuti langkah kemana Jisoo membawanya pergi.
"Ne,, Ghamsahamnida", kata Jisoo kepada kasir toserba sambil melangkah pergi membuka pintu kaca yang ada di sampingnya.
Ia berjalan menemui Ren yang sedari tadi duduk rest area dan langsung duduk di depannya. Jisoo membuka bungkusan yang baru di belinya dan mengeluarkan sebuah obat pembersih luka. Ia membukanya dnegan hati-hati lalu menuangkan sedikit cairang tak berwarna itu ke sebuah kapas.
Usai itu ia langsung mengarahkannya ke wajah ren untuk membersihkan lukanya, Ren yang masih canggung berusaha menolaknya. Namun dengan tanggap Jisoo langsung menarik wajah Ren dan mendekatkannya ke arah Ren.
Jisoo dengan santainya membersihkan darah dan luka di bibir Ren, sedangkan Ren yang masih kaget hanya memandang wajah Jisoo lekat-lekat mulai dari mata, hidung. Bibir dan semua yang ada di wajah Jisoo.
Menyadari jika suasana itu terlalu canggung untuknya, Ren langsung memalingkan wajahnya dan hanya menhadapkan bagian yang luka itu kepada Jisoo. Jisoo yang melihat kelakuan Ren hanya tersenyum.
"Cha,,, selesai", kata Jisoo yang baru saja menempelkan sebuah plester ke sudut bibir Ren. Lalu ia mulai membersihkan obat-obatan yang sedari tadi ia letakkan di meja.
Melihat Jisoo yang begitu baik kepadanya membuat Ren tak enak hati mengingat apa yang ia ucapkan tadi.
"Emm,, Jisoo ya".
"Ye,,,". Lalu saat melihat wajah menyesal dan perasaan bersalah pada pria didepannya, Jisoopun kembali melanjutkan kata-katanya. "Ahh,,, jangan sungkan. Jangan mengucapkan terima kasih. Ini hal biasa".
"Ya,, babo (bodoh)", kata Ren kesal mendengar Jisoo yang sok tahu dengan apa yang ingin dikatakannya.
"Ya,, aku saja bahkan tidak berniat berterima kasih padamu".
"Lalu kenapa memanggilku. Dasar aneh".
Ya ishh,, anak sok tau", jawab Ren sambil mengangkat tangannya hendak memukul Jisoo tapi diurungkannya.
"Aku,, aku,,, ingin meminta maaf. Aku tidak tahu jika mamamu,,,", belum sempat menyelesaikan perkatannya, Jisoo langsung saja memotongnya.
"Kerom,, kerom,, (tentu). Biasa saja, lagipula aku tidak merasa sedih kok. Lihat nih wajahku. Biasa aja kan?", katanya sambil menunjukkan wajah imutnya, membuat Ren tertawa.
Arghh,,", jerit Ren saat merasakan sakit di bibirnya karena tertawa terlalu lebar melihat kekonyolan yang dilakukan Jisoo. "Ya ishh,,, apa kau biasa memotong pembicaraan orang? Dasar gunting", ucapnya sambil memegangi sudut bibirnya yang masih sakit.
Lalu kembali teringat dengan kedatangan Jisoo yang tiba-tiba muncul di gang itu. Iapun mulai khawatir, apakah teman yang ada di hadapannya itu melihat pertengkarannya dan kakak kelas itu. Termasuk apa yang dilakukan kakak kelas itu kepadanya.
"Jisoo ya,,".
"Ehmm,, weyo ?".
"Kenapa tiba-tiba tadi kamu bisa ada di gang?"
Menyadari arah pembicaraan itu, Jisoo berusaha untuk mengelaknya. Di dalam hatinya ia berkata, "Mendengar dari kalimatnya yang nampak hati-hati, pasti Ren tidak ingin aku melihat kejadian tadi. Pasti ia akan sangat malu jika ada orang yang mengetahui apa yang dilakukan kakak kelas itu terhadapnya. Baiklah,, aku akan pura-pura saja".
"Ahh,, tadi aku sedang dalam perjalanan pulang dari kantor bus untuk membuat kartu pembayaran. Lalu tanpa sengaja aku melihatmu ada di gang sedang duduk sendirian. Jadi aku menghampirimu", kata Jisoo beralasan.
Ren merasa senang, ternyata Jisoo tidak mengetahui kejadian tersebut.Melihat Ren yang mulai melamun, Jisoopun berusaha mencairkan suana.
"Lihat,, ini kartu baruku. Jadi aku tidak akan berhutang lagi padamu", kata Jisoo sambil mengeluarkan sebuah kartu dari dalam sakunya.
"Heishhh,,, bilang saja kau suka kan jika aku mentraktirmu. Setidaknya kau bisa jajan sepuasnya di kantin sekolah", kata Ren yang tanpas sadar langsug mengusap kepala Jisoo dan tersenyum manis untuk menggodanya.
Melihat wajah Ren yang sudah kembali ceria membuat Jisoo merasa lega. Tapi kejadian yang dilihatnya tadi membuatnya berpikir. Bahkan ia merasa penasaran dengan hubungan yang ada diantara Ren dan kakak kelas itu.
Namun ia sadar jika saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk menanyakan tentang hal itu kepada Ren. Apalagi saat ia menemui Ren tadi, terlihat bagaimana wajah pria tampan itu yang nampak syok dan ketakutan.
Happy reading!
Jangan lupa vote dan komennya ya!
YOU ARE READING
BEING NORMAL
Random[HIAT SEMENTARA] Yakin jika di dunia ini hanya ada namja (laki-laki) dan yeoja (perempuan) ? Terkadang kamu harus melewati batas yang namanya Gender disaat keadaanmu tidak memungkinkan untuk menjadi normal. Tapi takdirku berkata.... Sebenarnya auth...