1

137 35 24
                                    

"Aku berangkat !!!"

Seorang bocah perempuan kelas 2 SMP mengayuh sepedanya dengan semangat 45 setelah pamit sekenannya dengan ibunda.

Namanya, Meisya Arsuna dewi. Dia sekolah di SMP-SMA internasional jakarta, dimana gedung antara SMP dan SMA berhadapan dan masih dalam satu kawasan yang sama, hanya dipisahkan oleh lapangan sepak bola yang luas, lapangan itu dibatasi oleh jaring -jaring ditengahnya untuk membagi antara lapangan SMP dan SMA.

Kedua gedung ini terdiri dari 3 lantai, masing-masing kelas menguasai 1 lantai.
disekolah ini mereka memakai bahasa Inggris untuk bicara sehari-hari.

Meisya masih tergolong murid baru di sana.

Awalnya ia pikir sekolah itu akan sangat menyenangkan karena banyak bertemu teman-teman yang sangat berbeda,baik latar keluarga, budaya,bahasa,bahkan negara.

Keluarganya bukan keluarga yg kaya, dia bisa sekolah disekolah itupun karena seorang kakak kelas baik hati yang dulu ia tolong, mempunyai ayah kaya raya yang kemudian merasa berutang Budi, dan mau menyekolahkannya disana (meski sekarang sudah lulus SMA,dan tak sekolah disana lagi.)
 
Dan karena alasan sekolahnya yang dibiayai orang lain dan keluarganya yg sederhana itu, ia tidak pernah tahu bahwa sebab itulah ia mulai di bully.

Mereka selalu mengatakan bahwa Meisya tak pantas sekolah di sana.
Sedih sekali mendengar hal itu dikatakan berulang-ulang layaknya nyanyian. Membuatnya beberapa kali berpikir untuk menyerah,tapi...dia tak mungkin mengecewakan orang tua, hanya karena alasan yang seperti itu.

Akhirnya, Meisya coba tabahkan hati,dan pergi sekolah seperti siswa lainnya,dgn senyum ceria yang dipaksakan.


            *******

"Hai...looser!" Seorang anak berambut pirang terang melewati meisya sambil mencolek bahunya dengan santai.

"Hai...Azusa!" Meisya balas menyapa dengan malas. Azusa adl salah satu anak yang suka membullynya,azusa asli orang Jepang.

"Azusaaaa!!!....."tiba-tiba saja teman-teman Azusa datang sambil melambaikan tangan dgn norak. Melihat tingkah mereka, Meisya memutar mata jengah.

"Aku masuk kelas deh ." Pamit Meisya dan secepatnya segera berlalu dari hadapan mereka.

"Ngomongin apa kalian?" Masih Meisya dengar dengan jelas suara Rachel bertanya. Dia orang Indonesia tapi berlagaknya minta ampun  mentang-mentang anak konglomerat.

"Kalo, dipikir-pikir Meisya makin berani ya,sama kita." Azusa tak menghiraukan pertanyaan Rachel.

"Aku juga berpikir begitu..." meskipun hanya gumaman, suara Sadie terdengar geram.

Ia seorang anak Amerika tulen. Rambutnya berwarna pirang gelap dan wajahnya dipenuhi bintik2 merah, khas orang Amerika.

Ketika akhirnya Meisya memasuki kelas match VIII, suara mereka sudah tak terdengar lagi.

Tergantikan dgn suara  anak-anak didalam kelas yang bagai dengungan lebah.

Meisya membanting tubuhnya di kursi.

Disekolah ini,mereka tak mempunyai kursi khusus, asal kosong mereka bisa mendudukinya.
Meisya menghela nafas berat berkali-kali membayangkan apa yang sedang direncanakan oleh Azusa dan gengnya itu.

Muchiven CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang