21

10 4 2
                                    

Masih di hari yang sama...

Ditempat lain,
si jenius Chiro dan Nichi...

"Sayang sekali ya, kita gak bisa mendapat informasi apa-apa dari tempat yang di bicarakan Ryo dan Geun Woo." Nichi mendesah. Melompat turun dari bis.

Chiro didepannya tak menyahut sama sekali.
Pikiran si jenius itu telah di penuhi dengan hal lain.
Tentang kenapa rumah kayu itu di jaga begitu ketat dan tak ada yang di perbolehkan masuk kesana. Intuisinya mengatakan bahwa di sana ada jawaban dari permasalahan mereka.

Bahkan tadi, hampir saja mereka ditembak jika tak segera pergi. Jelas ada sesuatu yang disembunyikan.

Pasti ada cara lain untuk menyusup kesana... Chiro berpikir keras.

"Hei... Menurutmu besok kita harus kembali ke sana ?" Tanya Chiro tanpa menoleh.
"Mungkin kita bisa menyusup, entah bagaimana."

Merasa tak ada yang menyahuti perkataannya, barulah Chiro membalikkan badannya.

Tak ada Nichi.

Firasat Chiro seketika tak enak. Meski Nichi adalah seniornya, tak ada yang bisa di andalkan dari si barbar itu.

Chiro berlari cepat untuk kembali ke halte tempat mereka turun.
Namun tetap tak dapat ia jumpai Nichi sejauh mata memandang.

Seakan tak cukup satu masalah baginya, kini si barbar itu pun membuat masalah baru.

"Arghhh !!!"

.

.

.

"Kau menolak perintahku !!" Seorang pria berbadan kekar dengan lengan dipenuhi tato berteriak garang pada pria kurus di depannya.

Pria kurus itu hanya bisa menunduk hingga dagunya menempel pada leher. Kedua tangannya terkepal di samping tubuhnya yang bergetar.

Kejadian itu terjadi di pinggir jalan, dimana orang ramai berlalu lalang, namun tak ada yang peduli.
Kecuali Nichi tentunya yang memperhatikan dari jauh.

"Cari mati hah !!! Kamu pikir siap kamu hingga berani menolak perintahku !!!" Lelaki kekar itu terus saja meraung.

Nichi sampai heran bagaiman orang-orang yang lewat itu tak risih dengan tingkah lelaki itu.

Detik berikutnya, Nichi disajikan sebuah adegan yang membuatnya terbelalak.

Lelaki kekar yang memakai kaos ketat lengan pendek itu menendang perut si kurus hingga badannya terpental menabrak bangku di pinggir jalan.

Saat si kurus masih meringis menahan sakit,si kekar sudah mencengkeram kerah bajunya dan menonjok wajahnya berkali-kali hingga darah keluar dari mulut dan hidungnya.

"HENTIKAN!" Nichi geram, tanpa sadar sudah menarik baju di kekar untuk menjauhi si kurus dan menonjoknya dengan kuat hingga kepalan tangannya terasa perih.

Tidak seperti tinjuan si kekar pada si kurus yang mampu membuatnya terpental, tinjuan Nichi hanya sanggup membuat lelaki kekar itu terduduk dan nampak terkejut.

Tetap tak ada yang peduli dengan perkelahian itu.

Nichi membantu si kurus duduk ke bangku sebelum kembali memusatkan perhatiannya pada si kekar.

Si kekar itu tentu tak menyangka dengan kehadiran Nichi, sambil menatap Nichi tajam, ia bangkit berdiri dan mengusap-usap pipinya yang kini memiliki lebam biru.

"Cuih.." si kekar meludahkan darah dari mulutnya dan mengenai sepatu Nichi yang langsung membuat si barbar itu menggeram.

"Wah... Kau tak pernah bercerita kalau kau menyewa seorang bodyguard." Si kekar menyeringai penuh arti.

Muchiven CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang