22

6 3 3
                                    


Hari ke empat sejak mereka menghilang...

"Mei... Apa Akira mengatakan sesuatu sebelum pergi kemarin?"

Pagi itu, setelah sarapan, Chiro muncul di ambang pintu kamar Meisya hanya untuk menanyakan hal yang membuat kening Meisya berkerut.

"Hm... Bukannya sudah ku ceritakan semua yang kak Akira katakan?" Meisya balik nanya.

Bocah itu kemudian kembali fokus pada gadget di tangannya.

"Dari tadi aku coba hubungi dia, tapi gak diangkat."

"Sibuk kali. Memangnya kak Chiro mau ngomong apa ?"

"Cuman mau nanya letak pasar. Kamu tau sendirilah, persediaan kita sudah habis"

Stok makanan mereka padahal cukup untuk dua Minggu, tapi porsi makan Nichi membuatnya habis dengan cepat.

Meisya menatap Chiro sebentar kemudian mengutak-atik gadgetnya.

"Oh dapat! Disini ternyata juga ada Google Maps. Nih ada letak pasar, gak jauh kok."

"Oke thanks." Chiro menggaruk tengkuknya, kenapa ia tak memikirkan kemungkinan itu.

Meisya turun dari kasur, berjalan perlahan ke arah Chiro.

"Mau ku temanin ke pasarnya?"

"Gak usah. Aku pergi bareng Ryo aja." Chiro berbalik.

Meisya membuntuti Chiro yang berjalan ke ruang tamu, dimana Nichi, Ryo dan Geun Woo sedang bercakap-cakap.

"Ada yang mau temenin aku belanja?" Pertanyaan Chiro berhasil menyedot seluruh perhatian.

Nichi langsung mengangkat tangan dengan semangat. Dan membuat Chiro meringis, gak terbayang jika Nichi yang harus ke pasar.

"Eh mending aku sama Ryo aja." Chiro gelagapan.

"Haah! Dasar, kalau begitu kenapa pakai nawarin segala!" Sungut Nichi.

"Aku gak bisa." Ryo menggeleng.
"Hari ini aku mau bersantai-santai."

"Ada ya, alasan macam itu." Meisya cekikikan.

"Yosh! Sudah di putuskan! Ayo berangkat." Nichi bersorak.

Chiro mendesah meski tak kentara.
"Tapi ingat loh ya, gak boleh menarik perhatian seperti kemarin. Gak boleh kelahi juga"

"Iya iya, aku tahu."

"Janji gak nih!?"

"Janji!"

"Ayo Mei..."

"Hah!? Aku juga?" Setengah tak percaya Meisya menunjuk dirinya sendiri.

"Mau gak!?"

"Mau!"

"Sekalian belikan bocah itu ikat rambut ya!" Geun Woo menyela.
"Risih sendiri melihatnya berurai terus"

.

.

.

"Aku baru sadar..." Meisya bergumam pelan di samping Chiro.

Chiro menoleh
"Kenapa?"

"Kak Geun Woo gak pernah manggil aku Meisya, selalu bocah."

"Tapi gak ada yang salah kan?" Sahut Nichi dari belakang.
"Kamu kan, memang bocah."

"Tapi..." Meisya kehabisan kata-kata. Setidaknya ia ingin dihargai.

"Sudahlah gak usah dipikirin." Nasihat Chiro.

Muchiven CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang