18

25 10 1
                                    

"yak! Kamu kenapa!?" Tampak raut terkejut Geun Woo ketika membukakan pintu untuk Chiro.

"Jatuh." Kentara sekali bohongnya.

Tapi Chiro tahu, Geun Woo pun tahu jawaban atas pertanyaannya sendiri.

Wajah Chiro yang memar, darah di sudut bibirnya, dan tubuhnya yang sedikit membungkuk dengan tangan di perut menahan sakit. Lebih dari cukup untuk menjelaskan segalanya.

"Loh kutu buku!? Ah! hahahaha....." Nichi tertawa terpingkal begitu Chiro duduk di sofa sampingnya.
"Wah! Baru juga sehari, dah babak belur aja."

"Kamu di rampok ya!?" Geun Woo menyadari hilangnya jam tangan Chiro.

"Gitu deh. Gak main-main, ada 3 preman kekar yang ngeroyok. Syukurnya aku sempat melawan dan kabur." Malu banget kalau dia jujur, bahwa yang membuatnya seperti itu hanyalah seorang wanita yang bahkan hanya setinggi hidungnya.

Chiro bisa kok melawan, kalo dia mau. Tapi dia gak mau melukai perempuan, seenggaknya gak fisik. Itu prinsip hidupnya.

"Benarkah !?" Mata Geun Woo melebar.
"Gak kebayang deh kalau kamu mendapat luka lebih parah dari ini."

"Aku kok gak lihat Meisya dan Ryo !?" Chiro ngalihin topik. Gak nyaman dengan kebohongannya.

"Mereka masak." Senyum Nichi sumringah.
"Sana kamu mandi dan obatin lukamu." usir Nichi.

"Iya deh." Chiro nurut.

***
Begitu Chiro ke dapur, meja makan bundar sudah penuh dengan makanan. Gelak tawa teman-temannya juga menambah suasana hangat malam itu.

Keributan itu seketika terhenti, ketika Chiro menarik kursi diantara Ryo dan Geun Woo.

"Oh... Ini ya!?" Pertanyaan meluncur dari mulut Meisya, sambil matanya memperhatikan wajah Chiro yang masih sedikit memar. Bocah itu kebetulan duduk di depan Chiro.

"Apaan ?" Chiro menaikkan sebelah alis.

"Nichi dan Geun Woo tadi menceritakan tentang kamu yang babak belur." Jelas Ryo.

"Oh...jadi dari tadi ribut-ribut bicarain aku ya!?"

"Iya hehe ..."Meisya nyengir.
"Syukur tadi pagi aku gak ikut kak Chiro."

"Jadi sudah boleh makan gak nih ?" Sindir Chiro.

"Tentu saja." Sorak Nichi.
"Selamat makan !!"

"Selamat makan !!" Sahut semuanya barengan.

Meski makan dengan lauk sederhana, mereka menikmatinya tanpa protes.

"Informasi apa yang kalian dapatkan !?" Chiro tak sabar mendengar cerita yang lain.

"Gak ada" Meisya menjawab dengan mulut penuh.
"Kita cuman keliling-keliling cari makanan" lanjutnya sambil menunjuk Nichi di sampingnya.

"Uhuk..." Geun Woo tersedak menahan tawa.

"Tapi aku punya cerita menarik." Nichi mengacungkan paha ayam di tangannya.
Membuat bumbu merah ayam itu bertumpahan.

"Yak! Hati-hati!" Bumbu merah ayam itu mengenai tangan Geun Woo yang duduk di sebelah Nichi.

Nichi tertawa kecil.

"Sebenarnya tadi siang aku dan bocah ini.." menunjuk Meisya.
"..kehabisan uang."

"Iya. Benar kata kak Chiro kemarin, kak Nichi gak bisa hanya makan lima atau sepuluh piring." Timpal Meisya.

"Benar sekali. Karena uang yang Chiro beri kurang padahal aku sudah gabungin uangku dengan ni bocah, jadi deh aku malak orang lagi."

Muchiven CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang