7

35 25 7
                                    

Rupanya, pak Bastar pagi itu tak mengajar IPA seperti biasa.

Selama dua jam ia hanya menjelaskan tentang rencana liburan yang niatnya akan diadakan oleh sekolah, kesebuah pulau indah tak berpenghuni.

"Baiklah. ada yang mau ditanyakan?" pak Bastar mulai sesi tanya jawab.

Beberapa anak langsung mengacungkan tangan dan pertanyaan mereka satu persatu mulai terdengar sesuai yang ditunjuk pak bastar.

"Pak, apakah harus ikut?"

"Tentu saja tidak."

Langsung terdengar helaan lega di beberapa bagian.

"Yang mau saja, liburan ini sama sekali tak dipaksakan. Lagipula, biayanya lumayan. Bapak yakin dikelas ini ada beberapa anak yang akan kesusahan dalam pembayarannya"

Sebagian anak langsung melirik ke Meisya dan beberapa anak lain.

Secara tak langsung pak bastar mengatakan bahwa anak yang kurang mampu tak bisa ikut.

Meisya pun sebenarnya tak tertarik, seindah apapun tempat itu kalau ada azusa dan ganknya rasanya pastilah seperti neraka.

"Tapi urusan apakah kalian ikut atau tidak tergantung wali kalian masing-masing, kalian tak usah memikirkan nya. Karena pihak sekolah juga sudah memberi tahu wali kalian via wa. Jadi, silahkan diskusikan hal ini dengan wali masing-masing sesampainya dirumah."

"Berapa hari pak liburan disana?"
Seorang anak perempuan berambut cokelat sebahu nyeletuk.
Ia tak susah-susah mengangkat tangannya terlebih dahulu.

Namun sepertinya pak Bastar tak
mempermasalahkan hal itu. Sebab guru berambut pirang itu langsung menjawab.

"Kurang lebih 6 hari, terhitung mulai besok. Jadi, bapak harap malam ini kalian siapkan memang barang-barang yang mau dibawa. Ingat jangan bawa barang yang tidak bermanfaat. Besok jam 7 pagi semuanya sudah harus berkumpul disekolah, setelah beberapa penyampaian lagi dari kepala sekolah barulah kita berangkat jam 7.30"

"Dan juga...silahkan laporkan via wa apakah kalian ikut atau tidak paling lambat nanti malam"

"Tinggal di penginapan atau berkemah pak?" Anak lain mengikuti jejak cewek berambut coklat tadi.tak susah-susah mengangkat tangan.

"Kemah, tentu saja. Pulau itu kan, tak berpenghuni. Tapi, untuk tenda dan sebagainya akan disiapkan oleh sekolah. Kalian mungkin hanya perlu membawa senter atau tali-temali"

Gumaman riuh rendah mulai terdengar. Anak-anak yang tidak terbiasa hidup susah dan biasa dilayani mengeluh paling keras.

"Gak ada mall dong yah"

"Gak seru banget sih"

"Kalau aku sih mending ke Dubai"

"Iya. Aku juga mau ke Hawaii aja."

"Pasti disana bakal boring banget"

"Anak-anak mohon tenang. Meskipun disana memang tak berpenghuni, tapi bapak pastikan kalian tak akan bosan. Selain karena pemandangan disana luar biasa indah, sekolah juga akan mengadakan kegiatan-kegiatan yang seru."

"Liburan ke pulau itu, sebenarnya bukan pertama kalinya. 3 tahun sekali kita liburan kesana. Dan terbukti, tak ada yang menyesal kesana. Bahkan mereka selalu meminta liburan disana diperpanjang dan sebagainya."

"Pak...apa hanya kelas kita yang pergi?"

"Tentu tidak. Sekolah mengadakan kegiatan ini untuk semuanya, baik SMP maupun SMA."

Kelas langsung ribut.

Kini bukan keluhan tapi gumaman semangat dan antusias.

Siapa yang tidak mau ketemu kakak kelas yang terkenal kece-kece itu.

"Apa ada pertanyaan lagi? kalau tidak ada bapak akan tutup pembelajaran kita dan kalian boleh langsung Pulang."

Tak ada yang menyahut, semuanya sudah sibuk bercakap-cakap dengan teman masing-masing.

Kecuali Meisya tentunya.

Pak Bastar mengucapkan beberapa kata lagi untuk menutup kelas lalu keluar diikuti anak-anak lain yang tak sabar untuk cepat pulang.

               ★★★

Muchiven CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang