24%

620 111 14
                                    

Daniel berdiri di depan pintu kamar Jinyoung, disenderkan punggungnya di daun pintu itu. Dan menatap sang bocah Bae dari atas hingga bawah dengan intens.

Jinyoung salah tingkah bila ditatap seperti itu lama-lama, ia menggerakan tubuhnya tak nyaman. Tatapan Daniel juga membuatnya takut.

"Kenapa baru pulang?" Tanyanya datar, tapi bisa membuat Jinyoung rasanya ingin melarikan diri dari situ dan menerobos masuk ke kamarnya.

"Ngurus buat proker, makanya agak lama pulangnya. Maaf nggak ngabarin hyung dulu," jawabnya sambil menunduk. Fine, Jinyoung tak bisa lama-lama menatap Daniel.

Si pria Kang berjalan mendekatinya Jinyoung, kemudian mengangkat tangannya dan memoles surai itu lembut. Daniel tau kok Jinyoung tertekan karena perkataannya tadi. "Udah biasa sih lo pulang malam gara-gara ngurus proker, tapi nggak bisa kayak tadi hm?"

"Maaf, tadi aku beneran nggak sempet hyung. Ponselku juga mati dan teman-temanku yang lain juga begitu semua." Meski nada bicara Daniel mulai melunak, Jinyoung tak kuasa barang mendongakan kepalanya begitu saja.

"Guanlin kemana? Tadi nggak dianter Guanlin?"

"Guanlin aku suruh pulang hyung, kasian kalo suruh dia buat tetep nganter aku pulang. Rumahnya jauh," jawab Jinyoung. "Tadi aku dianter teman, dia baik kok. Hyung nggak perlu khawatir."

"Siapa dia?" Daniel dengan segala rasa penasarannya, kadang membuat Jinyoung kewalahan sendiri menjawab pertanyaan yang ia ajukan.

"Kakak kelas aku yang waktu itu," Oh, semoga saja Daniel masih mengingat kejadian saat ia diantar oleh si kakak kelas, yang Daniel atau Seongwu yang menciduknya.

"Ahh, rupanya kalian masih dekat?"

"Masih kok hyung, malah tadi dia nawarin aku buat pulang karena emang udah malam banget."

Daniel mengangguk-anggukan kepalanya. Ia mengendus-ngendus aroma tubuh Jinyoung. Jinyoung nya sendiri bergidik. Merasa merinding.

Daniel mengulas senyum miring—tanpa Jinyoung ketahui. "Bau rokok, kakak kelasnya ngerokok atau gimana?"

Damn.

"Ng-nggak kok hyung, kak Jihoon nggak ngerokok. Tadi dia ngajak buat makan nasi goreng bentar, terus tadi aku duduknya deket orang yang ngerokok. J-jadi begitu.."

"HAHA!" Daniel mendadak tertawa. Refleks Jinyoung memundurkan tubuhnya.

Ditepuknya bahu kanan Jinyoung. "Hyung cuma bercanda kok, hyung percaya sama kamu. Makanya jangan buat kepercayaan hyung hilang ya Bae?"

"I-iya hyung."

"Good boy." Daniel menepuk pucuk kepala bocah itu. "Udah makan kan tadi? Sekarang masuk kamar, jangan lupa bersih-bersih dulu baru tidur ya? Jangan malem-malem tidurnya."

"I-iya hyung. Hyung juga ya, jangan tidur malem-malem." Jinyoung bergegas masuk ke dalam kamarnya. Ngeri juga lama-lama deket-deketan sama Daniel.

Tubuh Jinyoung melemas, ia terduduk sambil menyenderkan punggungnya ke pintu kamar. Sambil memegangi jantungnya yang berdegup lumayan kencang.

Tidak, tidak. Jerit Jinyoung dalam hati. Aku udah bohongin Daniel hyung. Dibenamkannya kepala mungilnya di lututnya. Merasa bersalah. Jinyoung harus apa?

Ia sudah jatuh ke dalam cengkraman serigala lain yang bisa jadi lebih ganas. Dan Jinyoung juga mempunyai rasa padanya.

Tangan Jinyoung merogoh ke dalam saku celananya, meraih ponselnya. He needs Guanlin, his #1 Support System. Dengan jari bergetar, Jinyoung menekan nomor Guanlin yang sudah ia hafal diluar kepala. 

Trap in Your Apartment +nieldeep✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang