"Kita mau ke lokernya Sunwoo nih? Emang ada yang punya kunci lokernya Sunwoo?" tanya Nakyung.
"Gampang itu mah, gue bisa bobol," jawab Jeno.
"Akhirnya ilmu maling lo berguna ya Jen," celetuk Guanlin.
"Sudah sudah, area dilarang bacot. Mumpung masih jam pelajaran, loker pasti kosong. Ayo jalan sekarang," ajak Jeno.
"Lo yakin lokernya Sunwoo yang ini?" tanya Haechan sambil memperhatikan pintu loker dari atas ke bawah.
"Dibaca dong nomor siswanya, Haechan pintar," kata Jinyoung.
Haechan menghentikan aktivitas tidak bergunanya, kemudian menatap Jinyoung datar. "Lo gak inget gitu penculiknya pinter? Gimana kalo nomer lokernya dituker?"
Guanlin menggeleng. "Gue udah cek CCTV, Sunwoo pake loker ini. Terakhir kali Sunwoo buka loker ini hari Kamis sore, setelah itu gak ada yang nyentuh loker ini sama sekali," jawab Guanlin.
"Sunwoo ngambil apa?" tanya Jeno tanpa mengalihkan pandangannya dari penjepit rambut yang ia alih fungsikan sebagai kunci.
"Cuma buku sih, paling buku pelajaran. CCTV mati dari hari Jumat, nyala lagi hari Selasa. Gak berguna banget anjir," kata Guanlin.
Jeno memilih tidak menghiraukan kejengkelan Guanlin dan kembali fokus dari kegiatan 'maling'nya.
"Ah bangsat, susah amat sih dibukanya, Sunwoo ngunci loker pake lem korea apa gimana anjay," umpat Jeno.
Jeno kembali memasukkan logam panjang itu pada lubang kunci loker, dan memutarnya dengan susah payah, hingga peluhnya menetes membasahi dahinya.
"BAH ANJER AKHIRNYA KEBUKA!" seru Jeno.
Nakyung membuka loker Sunwoo dan mengamati setiap inchi isi loker Sunwoo. Tidak ada yang spesial, seperti isi loker pada umumnya. Hanya ada buku, seragam sekolah dan seragam basket cadangan, serta tas yang biasa Sunwoo gunakan saat ekstrakurikuler basket.
"Njir gue ngebuka loker sampe keringetan, isinya gini doang," kata Jeno sambil mengacak-acak rambutnya yang agak basah karena keringatnya sendiri.
Guanlin memperhatikan buku Sunwoo satu persatu, sedangkan Jinyoung memilih untuk mengambil tas milik Sunwoo.
"Btw Young, itu tas udah bolak-balik di-unboxing sama anak basket, gak ada apa-apanya," kata Guanlin.
"Dih bodo amat," kata Jinyoung.
Nakyung mengeluarkan sebuah buku bersampul biru tua yang berada di rak paling bawah, dan hampir tertutup oleh tumpukan seragam Sunwoo.
"Ini diary?" tanya Nakyung sambil membuka satu persatu lembaran buku tersebut. "Halaman-halaman belakang isinya OSIS semua. Jiwa berorganisasinya Sunwoo tinggi ya,"
"Eh guys, liat nih," kata Jinyoung sambil menunjukkan sebuah recorder usang dari tas Sunwoo.
"Anjir barang antik nih, ternyata Sunwoo punya ginian," celetuk Guanlin. "Tapi gue gak yakin masih bisa nyala,"
Jinyoung menekan salah satu tombol pada recorder tersebut, dan lampu merah di recorder itu menyala, menandakan alat itu masih berfungsi.
"Lo ngapain nyalain fungsi perekamnya anjaaay," kata Haechan.
"Njir salah pencet," kata Jinyoung, kemudian menekan tombol lain.
krsskk krsskk
Sebuah suara aneh keluar dari speaker perekam tersebut. Tanpa alasan yang pasti, jantung kelima remaja itu berdebar.
... ... jadi, perang dunia kedua terjadi karena jerman tidak puas dengan butir-butir perjanjian versailles yang dianggap merendahkan jerman, sehingga jerman memutuskan untuk balas dendam ...
...
"FAEDAHNYA ANAK IPA BELAJAR PERANG DUNIA APA SIH??" pekik Nakyung.
Jeno menghela nafasnya. "Bawa aja ini tas sama isi-isinya ke basecamp, kita cek di basecamp aja. Kuncinya diganti Lin, biar cuma lo yang bisa buka," kata Jeno.
Jeno, Haechan, Nakyung, dan Jinyoung berjalan lebih dahulu meninggalkan Guanlin yang masih sibuk dengan alat-alatnya. Jinyoung masih memainkan recorder Sunwoo, hingga rekaman lain terputar secara acak dari alat itu.
... mau tau cara tercepatnya? buat dia hilang
Itu, suara perempuan.
hari sabtu di rumah doang enak ternyata :"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] The Lost : Old Melody (00ㅡ01L)
FanficMelodi ini, tidak seperti biasanya. Ada yang janggal. Originally written by Penguanlin, 2019. [ !! ] urutan/cara baca, cek buku "Case Journal" chapter "How to Read".