"Woy anjer, ada sms dari Nancy!" seru Jeno.
"Hah gimana gimana?" tanya Haechan.
Jeno membacakan isi pesan yang ia terima dari Nancy.
"Smsnya, jangan percaya siapapun, please. Kalian gak bisa percaya siapapun di sini, gitu," jawab Jeno.
"Lah, kita gak bisa percaya dia dong kalo gitu," kata Nakyung.
"Gimana kalo kita ketemu Nancy aja?" usul Guanlin.
"Gila kali lo, gue gak mau mati muda," sanggah Haechan.
Jeno mengangguk setuju. "Siapa tau pelakunya ngebajak hp Nancy kan? Kita ajak ketemuan taunya sama-sama mau nyelakain kita, percuma,"
"Telpon aja, suruh Nancy yang ke sini, kalo dia emang pelakunya, dia pasti gak berani dateng ke sini karena yakali emang berani bawa pasukan," kata Jinyoung.
"Yaudah, gue sms suruh ke sini," kata Jeno.
Jeno mengetikkan pesan balasan pada Nancy, dan tak lama setelahnya, gadis itu membalas pesannya.
"Oke, Nancy otw ke sini. Gue udah ngasih alamatnya Guanlin," kata Jeno.
"Nancy udah di depan," kata Jeno.
Guanlin berdiri dan mengintip dari jendela rumahnya. Nancy benar-benar ada di depan rumahnya, sendirian.
"Nancy sendirian, tapi kalo ternyata antek-anteknya sembunyi gimana, dikeroyok beneran ntar," kata Guanlin.
"Nakyung yang nemuin, masa mereka mau ngeroyok cewek," kata Jinyoung.
"Young yakali," kata Guanlin.
"Bacot lah kalian, udah gue aja yang jemput," kata Nakyung, kemudian berjalan dengan cepat meninggalkan keempat laki-laki yang masih berdebat.
"Nakyung! Woy!" seru Guanlin, sejurus kemudian ia berlari mengejar perempuan berambut panjang itu.
"Nakyung ngapa sih, galak amat," kata Haechan.
"Udahlah ayo," kata Jeno, ia bangkit dari posisinya dan berjalan keluar.
Belum sempat ia, Haechan, dan Jinyoung sampai di depan rumah, Nakyung, Guanlin, dan Nancy telah terlebih dulu berada di dalam rumah dan berjalan menuju kamar Guanlin.
"Mau ngapain lo? Balik sana," kata Guanlin.
"Dih," kata Jinyoung, kemudian berbalik arah, kembali ke kamar Guanlin.
Sesampainya di kamar, mereka kembali duduk melingkar, dengan posisi Nancy di antara Nakyung dan Jeno.
"Jadi, Nancy, lo tau sesuatu?" tanya Jeno.
"Bentar, ini teh rumah Guanlin gak bakal di sabotase kan? Ngeri lur kalo ampe dikeroyok, setiap inchi rumah Guanlin mahal," celetuk Haechan.
Nakyung menghela nafas. "Chan, diem."
Atensi mereka kembali fokus pada Nancy yang terus menerus terdiam.
"Nan?" panggil Nakyung.
Nancy menggigit bibirnya. "Kalian pasti sempet curiga sama gue karena rekaman recorder Sunwoo, pas gue ngomong sama kak Eunseo kan? Sunwoo ngerekam di saat yang gak tepat, jadi Sunwoo salah paham, dan kalian salah paham juga," kata Nancy.
"Salah paham gimana?" tanya Jinyoung.
"Gue emang minta saran ke kak Eunseo tentang cara ngilangin orang--dalam konotasi baik, karena orang itu punya niat jahat," jawab Nancy.
"Lo semua tau kan, sistem reorganisasi di sekolah kita itu gak demokratis, orang-orang gak tau siapa yang bakal jadi ketua OSIS, termasuk anak OSIS sendiri, masing-masing dari kita gak tau bakal jadi apa dan siapa yang bakal mimpin kita, kita gak tau.
Kita baru tau apa posisi kita itu hari rabu, minggu lalu. Di hari itu juga, kita semua tau kalo Sunwoo bakal jadi ketua umum, dan setelahnya, ngerti lah, ada yang iri," lanjut Nancy.
"Orang itu internal OSIS? OSIS tahun ini?" tanya Nakyung.
Nancy mengangguk.
selamat malam jumat hehew
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] The Lost : Old Melody (00ㅡ01L)
FanficMelodi ini, tidak seperti biasanya. Ada yang janggal. Originally written by Penguanlin, 2019. [ !! ] urutan/cara baca, cek buku "Case Journal" chapter "How to Read".