Jun pulang ke rumah dengan wajah yang berseri- seri. Saat memasuki ruang keluarga dia melihat keluarganya sedang berkumpul.
"Selamat sore" sapanya membuat semua orang menoleh ke arahnya.
"Selamat sore cucuku. Kemari Nak!" Panggil sang kakek yang dituruti Jun yang langsung mendekati mereka.
"Ada apa?" tanyanya yang sudah duduk disamping sang ayah.
"Begini Sayang. Ulang tahunmu yang ke sebelas kan akan jatuh pada minggu depan dan kami berencana membuatkan pesat untukmu. Kira- kira kau mau pesta yang seperti apa? Negeri dongeng? Atau mungkin tema robot- robotan?" tanya sang nenek yang terlihat begitu antusias.
Jun tampak diam sejenak lalu menatap sang ayah dan anggota keluarga yang lain termasuk Matthew yang sore itu juga terlihat free.
"Aku tidak butuh pesta mewah, tapi bisakah aku minta Eomma pulang dan merayakan ulangtahunku? Ini sudah empat tahun sejak Eomma pergi. Jika Eomma memang mau kuliah dan jadi profesor harusnya Eomma sudah selesai sekolah kan?" tanya Jun membuat semua lrang terhenyak kecuali sang ayah yang sudah tahu keadaan sebenarnya jika Jun sudah tahu keberadaan sang ibu. Entah sejak kapan.
"Nak... Eommamu masih..."
"Berhenti membohongiku!" Jun menatap tajam semua orang diruangan itu membuat mereka menatapnya terkejut.
"Jun ah..."
"Aku tahu Eommaku tidak pernah pergi ke luar negeri. Eommaku entah diusir atau memang sengaja pergi dari rumah ini. Aku memang tidak tahu ada masalah apa dirumah ini saat aku masih kecil dulu, tapi aku tahu jika Eomma tidak pergi jauh. Eommaku ada di Seoul dan Eomma hidup susah. Bahkan Eomma melahirkan adikku tanpa sepengetahuan Appa dan semuanya"
Mata semua orang kian terbelalak terutama mata Taehyung.
"A... dik?" gumam Taehyung bingung.
"Eommaku sedang mengandung adik kecilku saat pergi dari rumah ini. Minji nama adikku dan dia juga anak Appa. Eomma tidak mau kalian tahu dan dia mungkin akan kecewa jika tahu aku bilang, tapi aku adalah anak Eomma. Aku sedih melihat Eomma dan adikku hidup susah. Jadi izinkan Eomma pulang bersama adikku" airmata Jun mulai mengalir membuat sang nenek yang memang sejak awal tidak setuju jika sang suami mengusir Jiwoo ikut menangis dan mendekati sang cucu.
"Dimana Eommamu Nak? Dimana dia?" tanya sang nenek seraya mengusap airmata Jun padahal matanya sendiri dibanjiri airmata.
"Dia menjadi pelayan kedai mie. Eomma hidup susah. Badannya dan badan adikku sangat kurus. Aku sedih Halmeoni" Jun kian tergugu membuat sang nenek ikut tergugu.
Sang nenek bangkit dan mendekati sang kakek lalu menggenggam tangan pria tua yang hanya berekspresi datar saat ini itu dengan kuat.
"Demi Tuhan suamiku. Tidakkah kau dengar keadaan putri kita diluar sana? Dia bahkan melahirkan anaknya dalam keadaan susah. Tegakah kau membiarkannya lebih lama hidup susah berada diluar sana? Jika bukan untuk dirinya setidaknya untuk adik Jun. Anak itu biar bagaimanapun tidak tahu apa- apa" lirih Nyonya Jeon menyentuh lengan sang suami yang masih tetap tak bereaksi.
"Jika kau tidak mau maka biar aku yang menjemputnya. Aku tidak perduli kau mau mengusirku juga atau apa. Aku mau menyelamatkan putriku"
"Eomma" Chaekyung yang sejak tadi diam saja berusaha menahan sang ibu yang hendak pergi. Jujur saja dia kesal melihat tingkah ibunya yang seakan- akan menganggap Jiwoo putri kandungnya sendiri, bahkan dia tak berbuat begini saat dirinya diusir dari rumah ini bertahun- tahun yang lalu.
"Eomma akan tetap pergi. Tidak perduli apa kata..."
"Baiklah" suara Tuan Jeon menghentikan langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessions
General Fiction[COMPLETED] Kesakitan karena merasa kehilangan kasih sayang sang ayah yang dianggapnya telah mengkhianati sang ibu yang telah tiada membuat seorang Jeon Jiwoo terobsesi untuk membalaskan rasa sakit hatinya pada ibu dan kakak tirinya. Menjebak seora...