Local Library

3.4K 248 68
                                    

-Joting-

Kata 'perpustakaan lokal' mungkin sudah jarang sekali terdengar di telinga generasi saat ini. Satu-satunya perpustakaan yang mereka pernah kunjungi atau setidaknya tahu keberadaannya adalah perpustakaan sekolah. Tetapi tidak dengan Jonatan. Pria penggila buku yang jika ia bisa mungkin akan menjadikan buku sebagai santapan setiap hari. Aktivitasnya tidak pernah jauh dari benda yang menyajikan berbagai macam dunia dan dimensi untuknya itu. Semua genre dan jenis buku sudah pernah Jonatan baca. Fiksi fantasi, horror, komik, romansa, autobiografi, dan lain sebagainya. Tidak hanya perpustakaan kampus, sebagian besar perpustakaan di daerah Jakarta juga sudah pernah ia kunjungi. Bagi orang yang mengetahui besarnya cinta Jonatan terhadap buku pasti mengira rumah Jonatan tidak akan ada bedanya dengan perpustakaan. Padahal justru kebalikannya. Rumah Jonatan sangat minim buku. Bahkan hampir tidak ada. Itu karena Jonatan lebih suka meminjam daripada membeli buku. Hitung- hitung menghemat uang.

"Jo, tarok napa bukunya? Ngga di kelas, ngga di luar mainannya buku mulu"

Kenas, salah satu teman Jonatan dari fakultas yang sama menatapnya ketus.

"Sabar, nyelesain satu bab dulu"

Benda yang tidak pernah gagal menda-patkan perhatian Jonatan itu di rampas dari hadapannya. Sebuah pembatas buku diselipkan pada halaman tempat terakhir Jonatan membaca sebelum menutupnya kasar.

"Tau lu Jo, anak teknik kok demen banget sama buku"

"Bodo amat si. Lu sendiri anak hukum senengnya ngelanggar hukum"

Jawaban Jonatan membungkam  seorang Bayu Pangisthu. Seorang mahasiswa dari fakultas hukum yang memang benar adanya terlalu sering melanggar peraturan kampus. Ia terdiam sejenak. Memutar pikirannya demi mendapatkan balasan yang tepat untuk Jonatan. Bayu baru saja akan membuka mulutnya saat dering ponsel menginterupsi. Rautnya yang kusut seketika berubah menjadi lebih cerah saat membaca nama yang terpampang di layar ponsel pintarnya.

"Eh sayaang, udah selesai kelasnya?"

"..."

"Oke oke, ini gue langsung ke sana ya. Yok, daah"

Dua pasang alis terangkat. Jonatan yang melihat Bayu sibuk merapikan tas menggunakannya sebagai kesempatan untuk merebut kembali bukunya.

"Mau jemput Ihsan lu?"

"Iyalah, tumben ini dia kelasnya cepet"

Bayu memberi 'tos' pada masing- masing temannya. Meninggalkan kantin untuk menuju tempat parkir motor. Tidak sampai sepuluh detik ia memalingkan wajahnya mengikuti pergerakan Bayu, Jonatan sudah kembali masuk ke dunianya sendiri.

"Ya ampun udah jam segini toh. Gue juga duluan deh Jo, takut adek gue nyariin. Lagi sendirian dia di rumah"

Tanpa mengangkat wajahnya, Jonatan mengangkat tangan sambil mengucap 'yok' singkat. Kenas menggeleng heran. Ia berani bersumpah, tidak ada atau lebih tepatnya belum ada hal lain yang berhasil mencuri atensi Jonatan dari sebuah buku.

-

Satu bab sudah terselesaikan. Jonatan akhirnya menutup buku tersebut. Melirik arloji yang melingkar pergelangan tangannya. Waktu hampir menunjukkan pukul tiga sore. Seperti biasa, Jonatan memutuskan untuk menghabiskan sisa harinya di perpustakaan favoritnya yang berlokasi tidak jauh dari kampus. Ia akan melanjutkan aktivitas membacanya di sana. Sekaligus meminjam buku baru.

Perjalanan dengan sepeda motor memakan waktu kurang lebih lima menit. Gedung yang sudah seperti rumah kedua bagi Jonatan mulai terlihat di ujung pandangan. Jonatan memarkir motornya, tak lupa mengunci stang agar lebih aman. Gemerincing kunci terdengar nyaring di sepanjang jalan menuju pintu masuk gedung. Jari telunjuk Jonatan dengan santai memutar-mutar gantungan kunci motornya sembari bersiul ria mendekati gedung. Gagang pintu besi yang dingin dari sebuah pintu kaca di dorong oleh Jonatan. Udara dari pendingin ruangan menyapu wajahnya selagi ia melangkah masuk. Perpustakaan terlihat lebih sepi hari itu.

HALLUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang