Pendamping Kelompok

1.9K 154 33
                                    

Saya kembali :)

Matahari sudah menyembunyikan wujudnya di balik garis cakrawala. Seorang anak berbadan mungil dengan paras oriental masih sibuk dengan gawai di tangannya. Kain berwarna hijau tosca yang membungkus guling sudah berkerut tak karuan karena ia remas.

Mana siiih, katanya jam tujuh

Keluhnya dengan mata masih mengitari layar ponselnya.

*PAP*

Denting notifikasi Whatsapp sedikit membuatnya tersentak. Nama Anthonyk sejenak muncul pada bagian atas layar.

Udah ada vin pembagian kelompoknya!

Bunyi pesan yang menyertai nama tersebut.

Tanpa berpikir panjang telunjuk Kevin segera menuju ikon instagram pada folder media sosialnya. Mengetik nama akun yang meliput kegiatan inisiasinya sebagai mahasiswa baru. Tautan yang tersemat pada profil akun pun segera ia pilih.

Kelompok satu... bukan.

Kelompok dua... juga bukan.

Setelah mengecek dua kali daftar anggota kelompok satu sampai tiga, Kevin akhirnya melihat namanya tertulis dalam daftar anggota kelompok empat.

"Yah, nama Onik ngga ada"

Dari Instagram Kevin beralih pad WhatsApp. Memilih nama yang sama yang mengirimkannya pesan singkat lalu menyentuh gambar telepon.

A : Mpiiiinm kita ngga sekelompok ya?

K : Pake nanya lagi. Elah, males aku nggolek konco.

A : Mohon maaf, bias pake Bahasa nasional aja?

K : Males gue kenalan sama orang baru.

A : Ngga boleh gitu vin, lu harus belajar. Kita kan mau kuliah, bakal pindah ke tempat yang baru. Mau ngga mau, suka ngga suka lu harus kenalan sama orang baru. Siapa tau ada yang cantik pin.

K : Halah, gue kuliah mau belajar bukan cari jodoh.

A : Ehe, eh udah dulu ya. Mau nemenin bunda belanja bulanan dulu.

K : Eh bentar, si Jombang kelompok berapa betewe?

A : Dia kan gelombang dua pin, ya kali daftarnya udah keluar.

K : Hoiya lali, yowes sana.

A : Babai.

Menu telepon berwarna merah Kevin sentuh dengan ibu jarinya. Waktu baru menunjukkan pukul tujuh lewat empat puluh menit tapi kelopak mata Kevin sudah minta untuk ditutup.

" Turu wae lah"

(Tidur aja lah)

Kevin mengangkat tubuhnya dari posisi berbaring. Membawa diri ke arah kamar mandi untuk mempersiapkan diri sebelum tidur. Setelah buang air kecil dan sikat gigi, Kevin langsung menjatuhkan dirinya ke atas kasur. Tidak sampai lima menit Kevin sudah terbawa ke dalam bunga tidurnya.

-

Dering alarm membuyarkan apapun itu yang dimimpikan Kevin. Dengan pandangan yang masih buram ia menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya layar ponsel. Melihat angka tujuh terpampang di sana membuat banyak sumpah serapah terlontar dari mulutnya.

"Jik jam pitu cok, arep turu aku ah!"

( Masih jam tujuh cok, mau tidur aku ah)

Kevin baru saja ingin menutup mata ketika sekelebat gambar timbul di ingatannya. Gambar notifikasi yang tidak ia kenal. Ia raih kembali ponsel yang tergeletak di nakas.

HALLUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang