Jatuh Hati 3.0

1.7K 253 68
                                    

"Makasih ya udah dibayarin"

"Santai, salam buat mama papa mu ya"

Rian mengangguk perlahan, mengembalikan helm Fajar yang sudah melindungi kepalanya selama perjalanan. Tetapi bukannya masuk ke rumah, ia justru tidak berpindah. Berdiam menatap ke sembarang arah.

"Kok ngga masuk?"

"Ehmm, boleh buka dulu ngga helmnya?"

Mengingat helm yang masih ia kenakan, Fajar pun melepaskannya.

"Kenapa ian?"

Cup

Sebuah kecupan singkat mendarat di pipinya. Walaupun hari sudah malam dan tidak banyak sumber cahaya, Fajar bisa melihat pipi Rian mulai memerah. Memberikan lambaian kecil seraya membuka pintu pagarnya. Kata-kata dalam mulut Fajar seakan terkurung. Ia hanya bisa membalas lambaian tersebut dengan senyuman, masih berupaya memproses apa yang barusan terjadi. Maniknya mengikuti tiap langkah Rian hingga benar-benar menghilang di balik di pintu. Tangan Fajar mengusap bagian pipi yang di kecup. Entah karena terlalu senang atau kemasukan, senyum pada wajah Fajar terbentang semakin lebar. Adegan kecupan tadi masih terputar di pikirannya sepanjang jalan menuju rumah.

"Assalamualaikum!"

"Ya Allah Jar, biasa aja dong salamnya ngga usah teriak"

Ibu yang baru saja keluar dari dapur mengelus-elus dadanya.

"Girang banget kamu, lancar tadi kencannya?"

"Kencan apaan sih bu, dibilangin pergi sama temen"

Fajar hendak bertolak ke kamarnya ketika ibunya memanggil. Beliau menepuk-nepuk spot sofa kosong di sampingnya.

"Sini dulu, cerita sama ibu"

Napas pasrah ia hembuskan menuruti perintah ibunya. Setelah memastikan Fajar duduk dengan nyaman, ibu kembali buka suara.

"Ngapain aja sih tadi?"

"Ya nonton doang sama jajan"

"Ooh, siapa sih orangnya? Cantik ngga?"

Fajar menjilat bibir bawahnya. Salahnya juga tidak memberitahu ibunya bahwa yang ia kencani adalah laki-laki. Titik-titik keringat mulai bermunculan di dahinya.

"Namanya Rian bu, manis orangnya"

Kedua mata ibu berkedip. Senyuman hangat terpatri diwajahnya yang mulai dipenuhi bintik-bintik penuaan.

"Sholeh ngga?"

Kepala Fajar dianggukan pelan. Fajar tidak bohong, ia memang sering melihat Rian berjalan ke arah musholla di dekat gor untuk melaksanakan ibadahnya.Tidak seperti Fajar yang bolong-bolong.

"Alhamdulillah, ya udah sana ke kamar istirahat"

Fajar merasa lega dengan jawaban ibunya yang ia ambil sebagai restu. Ia buka pintu kamar untuk memberi akses masuk. Lalu membanting tubuhnya ke kasur. Tapi rasa bimbang akan akhir dari taruhan yang ia jalani seketika muncul. Ia langsung merogoh paksa tas yang sekarang bertengger di dada. Mencari nama "Clinton" dalam kontak LINE-nya.

Clinton

💬Ton
💬P
💬P
💬call declined

Ganggu njir lagi mabar juga🗨

💬Maap
💬Gue mau ngomong soal taruhan

Ehee gimana? Udah ditembak?🗨
Diterima ga?🗨

💬Cot
💬Ditrimalah, Fajar kok ditolak

HALLUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang