Rasa bosan mengisi malam Anthony. bunda yang seminggu terakhir sudah menemaninya sudah kembali ke kampung halaman. Beliau harus menemani adik Anthony yang mendadak jatuh sakit.
"Bosen euy"
Ucap Anthony seraya meregangkan tubuhnya di atas kasur. Tiba-tiba suara gemuruh halus mencuri atensinya.
"O iya eh, belom makan. Nasi udah mateng belom ya?"
Anthony pun beranjak meninggalkan kamar dan beralih ke dapur. Beruntung ia sudah menanak nasi tadi sore.
Di sebelah kompor, sebuah rice cooker berwarna hitam telah diatur tombolnya menuju arah "cook". Namun lampu indikasi tidak terlihat menyala. Dengan dahi berkerut Anthony mendekati benda tersebut. Ia tekan tombol pada gagang rice cooker sembari menariknya. Matanya yang sudah bulat semakin membulat melihat wujud beras yang terendam dalam air belum berubah. Maniknya kemudian mengikuti alur kabel yang masih terkulai lemas di samping rice cooker.
"Ealah, belom dicolok"
Anthony berdecak kesal. Raut wajahnya yang datar perlahan terangkat saat dia mengingat kebodohannya sendiri.
"Ke indomaret point ajalah. Sekalian ngopi "
Tempat yang menjadi andalan Anthony untuk menghabiskan waktu berlokasi tidak jauh dari rumah kontrakannya. Tanpa membuang banyak waktu, Anthony segera meraih dompetnya di meja televisi dan berangkat menuju tempat nongkrong-nya.
Ternyata bukan Anthony saja yang memilih untuk menghabiskan malam di sana. Banyak anak muda lain juga terlihat memenuhi kursi-kursi yang berada di luar ruangan. Bau asap rokok menyapa Anthony sebelum ia bisa meraih gagang pintu. Anthony tidak suka bau rokok. Jadi ia memilih untuk duduk di dalam. Pandangan Anthony memicing mengikuti barisan rak. Hingga akhirnya pilihannya jatuh pada onigiri dan sosis bakar di meja kasir. Ia bawa langkahnya mendekati mbak di balik meja tersebut.
"Mbak, sosis bakar yang lada hitam satu ya"
Setelah membalas dengan senyum dan anggukan, mbak-mbak kasir segera menyiapkan pesanan Anthony. Sebuah onigiri rasa chicken mayo diraih dari barisan onigiri lainnya.
"Sama ini ya mbak"
Lagi-lagi si mbak tidak menjawab melain kan langsung menghitung jumlah uang yang harus dibayar oleh Anthony.
"Enam belas ribu lima ratus. Mau diplastik?"
"Ngga usah, mbak"
Selembar uang sepuluh ribu, lima ribu, dan dua ribu diberikan Anthony kepada mbak kasir. Sebagai gantinya, Anthony menerima struk dan satu keping koin lima ratus rupiah.
"Makasih,mbak"
"Sama-sama"
Meja kosong yang diperuntukkan untuk pelanggan point cafe segera Anthony isi. Sekalian untuk memesan minum. Nasi segitiga yang sudah dibeli langsung dibebaskan dari plastik pembungkusnya. Tanpa aba-aba, ia lahap nasi yang berbalut rumput laut itu dari salah satu ujungnya.
Anthony sudah sampai di gigitan terakhir onigiri-nya ketika seseorang mengisi kursi kosong di hadapannya. Sepasang matanya yang sipit membuat Anthony mudah mengenalinya.
"Kak Jo ngapain di sini?"
"Ngopi lah, emang ngga boleh?"
Jawaban ketus dari keamanan kelompok ospeknya membuat Anthony bungkam.
"Lu sendiri ngapain duduk di sini ngga mesen minum?"
Anthony melirik mejanya yang di mana tidak terlihat minuman sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALLU
Fanfiction🚨BXB NIH KALO GASUKA JANGAN BACA ALRIGHT? 🚨 "Coba bayangin kalo..." Kumpulan cerpen AU nano nano untuk kalian, penumpang kapal lokal.