Yogyakarta, atau yang lebih sering disebut Jogja. Mungkin bagi sebagian orang memaknai Jogja sebagai kota, tapi bagiku tidak. Jogja adalah peristiwa. Lebih dari itu, Jogja adalah tempat di mana tiap kenangan bermuara, Jogja adalah tempat meramu temu yang berujung haru.
Ada banyak alasan mengapa mereka yang tinggal di Jogja sulit beralih atau melupakan kota ini. Jogja terlalu banyak memiliki sudut-sudut melankolis. Banyak dari teman atau sahabat yang mempunyai hubungan percintaan di kota ini. Mereka pasti akan berkata bahwa tiap sudut Jogja meninggalkan sisa perasaan yang jauh lebih menggigit dari gigitan anjing rabies.
Pernahkah kalian merasakan memandang matahari turun seraya menikmati sejuk sore di Alun-alun? Atau hanya sekadar berbincang dengan yang tersayang? Ah, mungkin itu hanya aku. Banyak sekali orang yang merajut kisahnya di kota ini. Tentunya aku pernah mempunyai kisah dengan satu orang gadis yang sampai detik ini kenangannya masih terjaga. Ya, ini adalah kisah kita, kisahku denganmu jika kamu masih sudi untuk mengingatnya.
Jogja adalah kesadaran, ia menjadi penting bagi banyak orang karena membuat tiap-tiap yang datang merasa memiliki. Di kota ini, aku merasakan pahit, juga manisnya jatuh cinta.
Jogja terlalu besar untuk dilupakan. Aku mencintai Jogja.
Jogja, kamu adalah mantan yang mustahil dilupakan oleh siapapun yang pernah mencintaimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAJAK-SAJAK PATAH
PoetrySeandainya kamu mengerti dan bisa pahami. Diamku bukan karena aku bisu, aku hanya sulit mengutarakannya lewat suara. Kutuangkan semua rasa dalam untaian kata saja. Biarkan tulisan ini yang berbicara. Selamat membaca