Five : Pikiran Andra

634 22 10
                                    

Andra kini tengah berbaring santai di tempat tidurnya. Ia sedang sibuk dalam pikirannya.

"Dia unik. Kadang judes, kadang manis. Cuek, tapi peduli. Cantik. Hehe." Andra bergumam sendiri.

"Lah? Kok jadi mikirin, dia? Aneh, deh gue!" Andra kemudian bangun dan duduk di kursi sebelahnya.

"Alexa Aurelia. Ice girl, ya? Menarik. Rambut panjang yang hitam nan lebat, tapi ekspresinya minimalis abis. Sayang. Tapi manis. Hehe"

Lah? Kok balik mikirin dia lagi? Hmmmm... alamat nih gua. Chat Bayu ah. Pikir Andra. Ia menggeleng-geleng kecil lalu memainkan jarinya di papan tombol ponselnya.

Andra ajah : Bay, lagi ngapain? (19.00)

Bayu : Baca komik gua. Ngapa sob? (19.02)

Andra ajah : Nothing. Gue lagi gak ada kerjaan. Btw, tadi lo kemana? Gue mau ngajak pulang bareng, lo gak ketemu. (19.02)

Bayu : Ooohhh, itu. Ada something. You know-lah, I'm busy. (19.03)

Andra ajah : Sok sibuk lo. (19.03)

Bayu : Emang, hehe. Btw, gimana? Tour sama Alexa lancar? Loe belum cerita ke gue. (19.04)

Andra ajah : Nope. B aja. Gua gak berani ngomong. Btw, coba waktu itu ada elo, itu kalimat dia yang terpanjang yang pernah gua denger. Kalau disusun, bisa jadi satu wacana, bukan cuma lebih dari dua kata. Tapi ya gitu, ngomongnya datar, ekspresinya datar. Ruang-ruang dan fasilitas cuma ditunjuk ama disebutin namanya, bahkan gue disuruh baca sendiri. Kesel juga jadinya. (19.08)

Bayu : Ooooooohhhhh. (19.09)

Andra ajah : Resek, lo! (19.09)

Bayu : B aja. Kalau gituan mah dia emang panjang kalimatnya. Tapi kalo lo ngobrol biasa, darah tinggi lo bisa naik kalo kelamaan ama dia. Gua aja sering kagak tahan, coy. (19.11)

Andra ajah : Gitu yah? (19.11)

Bayu : Yo'i. Btw, lo udah gua add ke group chat kelas. Cek aja. (19.11)

Andra ajah : Ok. (19.12)

Andra kemudian mengaktifkan data selulernya. Notifikasi chat langsung berbunyi. Tapi Andra tidak segera membukanya. Ia memutuskan untuk mandi dan membersihkan diri dulu. Gerah rasanya.

Andra selesai. Ia sudah bersih dan berganti pakaian.

"Andra? Makan malam dulu!" Panggil Eva, ibunda Andra.

"Iya, Ma!" Sahut Andra.

Di meja makan.

"Ma, kenapa sih ada orang yang ngomongnya irit, dan ekspresinya hemat banget?" Tanya Andra pada ibunya membuka percakapan.

"Oooh, udah gak ngambek sama mama nih, ceritanya? Hoho." Eva bukannya menjawab pertanyaan puteranya, ia malah balik bertanya.

"Ma, please. Andra serius."

"Haha, iya-iya. Kenapa? Kok nanya gitu?"

"Gak ada apa-apa, sih. Cumaaa ... "

"Cuma apa hayo?" Sergat Eva mendengar kalimat Andra yang tergantung.

"Hmmm, kepo, aja? Hehe." Andra cengengesan.

"Itu tergantung, sih. Bisa aja orangnya emang dari sananya udah begitu sikapnya, udah bawaan lahir. Atau mungkin, karena ada pengalaman buruk yang merubah sikapnya. Karena ada pengaruh dan tekanan secara psikis, itu bisa menjadi pengaruh yang dapat merubah kepribadian seseorang. Tapi mama gak begitu tahu, sih. Itu cuma dari buku yang pernah mama baca. Kenapa? Kamu ketemu teman yang dingin dan jarang berekspresi, ya?"

When the Ice Fall in Love [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang