Teman (1)

267 12 4
                                    

Rissa memilih untuk menginap di rumah Alexa malam ini. Yah, sebenarnya untuk beberapa hari ke depan. Selain karena ia meminta Alexa untuk membantunya belajar karena akan segera menghadapi ujian, ia juga tak ingin sendirian di rumahnya yang cukup besar.

Ayah Rissa sedang ke luar kota untuk perjalanan bisnis. Sedangkan ibunya sedang menjenguk nenek Rissa yang kurang sehat di kampung halamannya. Rissa diajak oleh ibundanya untuk ikut, namun ia menolak dengan alasan sudah kelas XII dan harus bersiap menghadapi ujian. Maka ia meminta izin kepada ibunya untuk menginap di rumah Alexa, dan izin diberikan.

Mendengar hal itu, tentu saja Alexa membolehkan. Dan Anna sebagai ibunda Alexa juga sangat senang dengan kedatangan Rissa, apalagi ia akan menginap selama beberapa hari. Ibunda Alexa memang sangat menyayangi dan menyukai Rissa, Rissa bahkan sudah dianggap keluarga sendiri oleh keluarga Alexa.

Kini Rissa berada di kamar Alexa. Alexa sebenarnya telah menyuruh Rissa untuk tidur di kamar lain, namun Rissa menolak dengan alasan takut hantu. Yang benar saja, ini bahkan bukan pertama kalinya ia menginap di rumah Alexa.

Yah, Rissa meinta izin menginap di rumah Alexa dengan alasan ingin belajar bersama, namun kini ia malah sibuk dengan ponselnya di kasur Alexa.

"Al, lo baca buku mulu, gak capek apa? Gak bosen, atau jenuh, atau muak, atau apa gitu?" Celetuk Rissa tiba-tiba.

Rissa memang sedang sibuk dengan ponselnya sambil berguling-guling di kasur, sedangkan Alexa kini tengah sibuk berkutat dengan buku di meja belajarnya.

"Biasa aja." Jawab Alexa singkat dengan tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya. Rissa hanya menghembuskan nafasnya jengah. Ia bingung dengan Alexa yang hampir tidak pernah bisa jauh dari buku atau kegiatan membaca. Bahkan tak jarang ia lupa makan dan lupa waktu saking asyiknya membaca.

Beberapa saat kemudian, Alexa menutup buku tebal bersampul warna merah hati itu dan meletakannya di tempat semula. Ia lalu mengulurkan tangannya mengambil sebuah buku lagi untuk ia baca.

Rissa yang melihat hal tersebut merasa penasaran. Ia lalu duduk di belakang Alexa dan melihat, buku apa yang sebenarnya tengah dibaca oleh sahabatnya itu yang membuatnya bahkan tidak memerhatikan sekitar.

Filsafat Hukum. Rissa membaca buku yang baru diambil Alexa dari rak bukunya dalam hati. Lalu Rissa membentuk mulutnya membulat sembari ber-oh ria.

Rissa lalu menarik kursi dan duduk tepat di samping Alexa. Alexa masih tidak menanggapi dan tetap fokus pada bukunya.

"Al, Al, Al." Panggil Rissa secara berulang dengan nada yang sedikit berisik.

"Hm?" Alexa menoleh singkat ke arah Rissa. Rissa menyambutnya dengan cengiran lebar yang memperlihatkan deretan giginya yang putih. Alexa menaikan sebelah alisnya. Ada apa lagi dengan sahabatnya yang satu ini?

Tak kunjung membuka percakapan, Rissa masih senyam-senyum sendiri di samping Alexa. Alexa memutar matanya malas dan kembali fokus ke buku yang sedang dibacanya.

"Allllll ..." Rissa memanggil Alexa lagi.

Alexa menoleh, "Kenapa?" Akhirnya Alexa membuka suara dan bertanya.

"Gak nyangka, ya? Kita udah kelas XII." Rissa tersenyum penuh makna sambil menatap ke depan. Alexa lalu menandai halaman yang dibacanya, menutup buku itu dan memilih mendengarkan apa yang ingin dikatakan sahabatnya dengan baik.

Rissa lalu kembali menatap Alexa, "Haaahhh ..." Ia lalu menghela nafas dalam dan kembali berbaring di atas kasur dengan kaki menggantung ke lantai.

Alexa lalu duduk di samping Rissa menatap sahabatnya itu dengan tatapan bingung. Alexa lalu mengikuti posisi Rissa dan berbaring menatap langit-langit kamarnya.

"Abis ujian, kita daftar ke Universitas yang kita mau masing-masing. Kalo elo sih gue yakin, bakal diterima di kampus manapun nag lo mau, Al. Secara, lo itu jenius." Rissa kembali membuka pembicaraan.

"Aamiin. I hope so." jawab Alexa singkat.

"Tapi, Al. Lo udah mikirin mau daftar di universitas mana? Mau di Indonesia aja atau di luar negeri? Di Amerika? Atau ngikut jejak kakak lo di Korea? Atau mau di Jerman? Di manapun gak masalah, siih. Lo kan menguasai bahasa asing."

"Belum kepikiran. Kamu?" Alexa lalu balas menatap sahabatnya.

"Hmmm. Entah, ya. Gue juga belum mikirin mau lanjut ke mana, siih. Halah, sans aja gue, mah. Lo yang orpin aja belum nentuin, gue juga bisa dong, santai-santai dulu. Hehe."

"Orpin?" tanya Alexa sambil menaikan sebelah alisnya menatap Rissa.

"Haduuuuh, Alexa, Alexa. Lo pinter, banget malah. Tapi gaul dikit ngapa? Masa gitu aja gak tahu? Orpin itu singatan dari orang pintar."

"Oh." Alexa hanya ber-oh ria menanggapi ucapan Rissa. Ia lalu kembali menatap langit-langit kamarnya dan menyilangkan tangannya di dada. "Lo gak bego, kok." sambungnya kemudian.

"Heh, somplak!" Rissa terduduk dan langsung melempar bantal ke wajah Alexa. Alexa di balik bantal terkekeh geli.

"Lo emang pinter, tapi jangan narsis, ngapa? Gue mungkin emang gak sepinter elu, tapi gue gak bego!" Kata Rissa mencak-mencak sambil mengembungkan pipinya.

Alexa menyingkirkan bantal dari wajahnya, lalu duduk. "Terus, salahnya gue di mana? Gue bilang, elo gak bego, kok. Kok marah?" tanya Alexa sambil memajukan wajahnya di hadapan Rissa.

Rissa memelototkan matanya sempurna. Ia ingin membalas, tapi tak tahu bagaimana membalas kata-kata Alexa. Ia lalu memanyunkan bibirnya dan membuang muka ke arah lain.

"Oooooooh, marah, nih? Ngambek ceritanya? Hm?" Kata Alexa sambil tersenyum mengejek. Ekspresi yang sangat jarang ia tunjukan.

"Aaaahhh! Tau' ah! Alexa nyebelin!" Rissa merasa sangat kesal.

"Sans. Gak usah teriak. Ntar mama ngira gue ngapa-ngapain elo." Kata Alexa sambil menunjuk dahi Rissa.

"Alexa!" Alexa hanya terkekeh melihat tingkah Rissa yang seperti anak kecil.

Rissa meniup poninya, meluapkan kekesalannya pada Alexa.

"Eh tapi nih, Al. Gue kayaknya gak bakalan sanggup jauh dari lo." kata Rissa kemudian.

"Ya jangan ngejauh. Repot amat." Sahut Alexa enteng. Kembali ke ekspresi serba datarnya.

"Aiiiish! Bukan itu, kalo kuliah kan, mungkin kita bakalan pisah. Kalau satu kampus syukur, siih. I'm gonna miss you. You're gonna miss me too, aren't you?" kata Rissa dengan menunjukan aegyo-nya.

Alexa menatap Rissa datar. Sesuatu terasa aneh baginya dalam hal ini.

"Riss, lo normal, kan?" Celetuk Alexa dengan ekspresi yang sulit diartikan yang berhasil membuat Rissa melongo tak percaya.

Rissa lalu meraih sebuah bantal dan nelemparnya ke arah Alexa. Namun dengan sigap Alexa berhasil menghindar. Ia kini berdiri di ambang pintu, menoleh ke arah Rissa, dan dengan iseng menjulurkan lidahnya mengejek Rissa.

"Alexaaaaaaaa!"
Rissa berteriak frustasi memanggil nama Alexa sambil meremas-remas bantal boneka berbentuk love dengan ukuran cukup besar milik Alexa dengan kakinya yang ia hentak-hentakan.

Melihat hal itu membuat Alexa terkekeh dan kemudian berlari menuruni tangga. Membiarkan Rissa mendidih sendirian akibat ulahnya.

When the Ice Fall in Love [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang