Nine : Andra's Side

366 16 0
                                    

Andra baru saja selesai mandi, membersihkan tubuhnya dari keringat serta air hujan. Ia kini sedang mengusap-usapkan rambutnya dengan handuk.

Ting!

Pesan masuk.

Alexa : Udah nyampe rumah? (17.48)

"Hah?" Andra terkejut. Alexa mengiriminya pesan terlebih dahulu, bahkan bukan untuk pelajaran atau tugas, melainkan menanyakan apakah dirinya sudah sampai rumah atau belum. Andra tersenyum. Ia menggantungkan handuk ke lehernya dan dengan segera menjawab pesan Alexa.

Andra Putra Wijaya : Iya, hehe. Kamu udah ngeringin badan? Aku baru selesai mandi, nih. Hehe. (17.50)

Alexa : Oh. Udah. (17.50)

Andra Putra Wijaya : Ummm, sekarang kamu lagi ngapain? (17.51)

Alexa : Nafas. Duduk. Baca pesan. Ngetik balasan. Ngirim pesan balasan. (17.52)

Andra Putra Wijaya : Hahaha. Takut aku nanya berulang-ulang kayak di kelas, ya? Hahaha. (17.52)

Alexa : Yup! (17.52)

Haduuuuhhh, dia yang ngirim pesan duluan, tapi kenapa gue yang sibuk nyari topik, ya? Tapi lucu juga, sih. Hehe. Pikir Andra sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan tersenyum ria.

Andra Putra Wijaya : Selain kegiatan tadi, kamu lagi ngapain? (17.55)

Alexa : Berkedip. (17.55)

Andra Putra Wijaya : Bukan begitu. Hadeuuuhhh. :" (17.55)

Alexa : Terus? (17.55)

Andra Putra Wijaya : Kamu lagi ngapain, maksudnya secara spesifik, bukan yang udah diketahui dan pasti dilakukan semua orang. (17.56)

Alexa : Oh. (17.56)

Andra Putra Wijaya : Yaaaahhh, Al, sehat? Kok cuma oh aja, sih? Dijawab, dong! (17.57)

Alexa : Ya, sehat. Kirain gak nanya. (17.57)

Andra Putra Wijaya : Kok bisa? Kan ada kata tanya kenapa, ya pasti nanya, dong! :v (17.58)

Alexa : Cuma kata tanya, gak ada tanda tanya-nya. Kirain cuma mengutip kata sebelumnya hanya untuk menjelaskan maksud pertanyaan sebelumnya. (18.00)

Andra Putra Wijaya : Yaaaaahhhh ... :" (18.00)

Alexa : Sorry. (18.01)

"What? Dia bilang sorry? Ada apaan, nih? Kok tumben? Hehehe." Andra tertawa sendiri. Ia lalu berpikir, apa yang harus ia katakana untuk membalas pesan Alexa. Cukup lama.

Tririring!

Telepon masuk.

"What? Dia nelpon. Gimana, nih? Ekhem, ekhem, Khm."

"Ha-halo? Alexa, ada apa?" Tanya Andra, menjawab panggilan masuk tersebut.

"Cuma ngecek." Jawab Alexa.

"Hah? Ngecek apanya, Al?"

"Ternyata kamu masih hidup."

"Hah? Kok gitu? Ya emang masih idup, Al. Kan barusan kita lagi sms-an. Masa gue udah mati aja. Amit-amit deh, gue belum jadi Presiden, nih. Hehehe."

"Terus kenapa pesan gue gak dibalas?"

"Hah? Oh, oh, itu. Bingung aja gitu, mau ngejawab apa. Ya sorry, deh. Sensi amat, sih. Abisnya pesanmu singkat banget. Hehe. Aku gak tahu harus balas apa. Gak ada topik juga. Jadinya diam dan mikir dulu, deh. Gak nyangka juga kamu bakalan nelpon. Makanya, kalau ngirim pesan itu yang panjang, Al. Hehe."

"Kepanjangan SMS, apa?"

"Short Message Service. Kenapa?"

"Ya udah, pesan singkat. It means I'm not wrong."

"Haduuuuh, iya deh, iya. Alexa menang, gue kalah. Semerdeka lo aja deh, Al!"

"Emang. Bye." Alexa langsung mengakhiri panggilan.

Tut! Tut!

"Ini anak kenapa, dah? Dia yang sms gue duluan, tapi gue yang sibuk nyari topik. Dan dia yang nelpon, cuma mau mastiin gue masih idup atau gak. Terus nutup panggilan tanpa pemberitahuan dan aba-aba. Kok kesal ya? Tapi gue juga ngerasa senang, sih. Gak tahu kenapa? Apa gue udah gila? Hahaha, ya gak-lah! Siapa tahu Alexa cuma mau ngabisin gratisan, kan? Gak usah kege-eran deh, Ndra. Ngenes amat idup lo!" Andra bertanya pada dirinya sendiri, lalu menjawab pertanyaan yang ia ajukan tersebut sendiri.

"Ngomong-ngomong masalah mati, sekarang belum waktunya, Al. Gue masih pengen nikmatin hidup dan ketemu sama teman-teman, terutama kamu. I'll make a dying wish. Kalo udah waktunya aku pergi, aku pengen bisa liat kamu, dulu. But I think I can't. I don't want you to know, don't want you to be sad. Kalo gak, aku gak bakal bisa pergi dengan tenang." Andra tiba-tiba saja murung. Ia duduk di kasurnya sambil memandangi layar ponselnya.

Emang Alexa bakalan sedih? Bakal peduli? Am I that important for her? Haha. Jangan terlalu berharap, Ndra. Bisa kenal dan ngeliat dia aja udah syukur, jangan berharap lebih. Haaaahhh .... Batin Andra sambil menghela nafas. Andra lalu membaringkan dirinya di atas tempat tidur, perlahan memejamkan matanya dan mulai masuk ke dunia mimpi.

~ ~ ~

Setelah makan malam, Andra menghampiri ibunya yang sedang menonton televisi. Andra duduk di sampingnya.

"Ma, lagi ngapain?" Tanya Andra membuka percakapan.

"Lagi nonton TV aja, ini. Kamu kenapa? Kok loyo gitu keliatannya?" Sahut Eva seraya menanyakan keadaan puteranya.

"Ma, Andra masih punya waktu, gak? Andra belum mau pergi. Andra masih mau bareng sama mama, nemenin mama. Masih mau sekolah juga, ketemu teman-teman, main bareng." Kata Andra lesu. Menatap datar ke depan.

"Hei. Kok nanya-nya gitu? Tenang aja. Waktu kamu masih banyak, kok. Masa depan kamu masih jauh. Intinya jangan nyerah, ya? Kan anak mama kuat?" Eva berusaha memberikan motivasi pada Andra seraya mengusap pelan rambut anaknya itu sambil tersenyum tulus.

Andra hanya tersenyum nanar. Dalam hati ia bersyukur masih diberikan kesempatan untuk menikmati hidupnya, bersama ibu dan teman-temannya. Namun ia sendiri tahu, waktunya sudah tidak lama lagi. Entah sampai kapan Tuhan akan memberikannya keringanan, memberikannya kesempatan untuk menikmati hidup yang singkat. Ia sendiri tahu, saat ia memejamkan matanya, kemungkinan untuk menyambut esok hari sangatlah tipis.



Waktu begitu cepat berlalu.

Entah mengapa kurasa semakin merindu.

Namun aku pun tahu,

Waktu tak begitu lama untukku.

When the Ice Fall in Love [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang