Ajakan Rizki

208 10 2
                                    

"Al, si Rissa ke mana? Kok gak keliatan?" Tanya Rizki pada Alexa.

"Rapat." Jawab Alexa singkat.

"Ooh, dia masih aktif di ekskul fotografi? Rajin juga tuh anak. Kalo lo, Al?"

"Apanya?"

"Ikut main basket, yuk!" Ajak Rizki antusias.

"Gak, makasih." Tolak Alexa halus.

"Kenapa? Bukan buat lomba, kok. Cuma buat main-main aja, have fun gitu. Ikut, ya? Gue kangen nih main basket bareng sama lo lagi. Yah, yah, yah? Ikut, yah?" Bujuk Rizki kepada Alexa agar Alexa mau menerima ajakannya.

"Kapan?" Tanya Alexa.

"Yah, kapan aja, anytime for you. Hehe."

"Gaje." Tutur Alexa singkat.

"Ya bukan gitu. Maksud gue, kapan aja lo siap, gue mah mau-mau aja. Ayo dong, Al. Mumpung kita belum mulai pemantapan, nih." Bujuk Rizki sekali lagi.

"Kapan?" Tanya Alexa sekali lagi.

"Hmmm, kalian pelajaran olahraganya hari apa?" Rizki menyambut pertanyaan Alexa dengan pertanyaan lagi.

"Kamis."

"Kamis, berarti dua hari dari sekarang. Ok! Kita main hari Kamis. Agree?" Tanya Rizki antusias.

"Kita olahraga." Jawab Alexa datar.

"Iya, justru itu, kita main pas lo pada lagi pakai seragam olahraga. Lo mau main basketnya pakai rok? Bahaya, tahu!"

"Kamu yang ngeres. Kan pakai celana pendek."

"Hehe. Iya, iya. Gue cuma bercanda, kok. Terus kenapa? Lo gak mau main hari Kamis? Terus maunya main hari apa, Al?" Tanya Rizki mulai tak sabaran.

"Bukan gak mau, tapi gak bisa."

"Kok gak bisa? Lo udah lupa caranya main basket?" Tanya Rizki heran.

"Hhaaahh...." Alexa menghela nafas. Frisqy mengatakan bahwa dirinya tidak peka, lalu bagaimana dengan lelaki yang kini duduk di sampingnya? Alexa lalu memutar badannya yang sebelumnya menyampingi Rizki. Kini Rizki berada tepat di hadapannya.

"Hari Kamis kita pelajaran olahraga. Berarti kita bakalan diajarin materi olahraga. Gak bisa main." Jelas Alexa pada Rizki. Penjelasan yang sungguh amat berfaedah menurutnya. Penjelasan, yang singkat dan padat.

"Ekh-ekhem. O-ooh, gitu masalahnya." Rizki tiba-tiba saja merasa gugup. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, tak berani menatap Alexa. Alexa hanya menatapnya datar, namun tepat ke pupil mata Rizki. Hal itu membuat Rizki merasa nervous.

Rizki memang sudah cukup lama kenal dan dekat dengan Alexa, walaupun tidak selama Rissa. Namun tetap saja, setiap kali ia melakukan eye-contact dengan Alexa, baik secara disengaja maupun tidak, ia pasti akan merasa gugup dan dengan cepat mengalihkan pandangannya.

Alexa menjadi bingung. Ada apa dengan Rizki? Kenapa tiba-tiba dia begitu? Apa dia marah?

"Kenapa?" Tanya Alexa ragu. "Marah?" Sambungnya.

"Eh? Enggak, kok. Gak papa, Al. Ekhem, jadi gini, kalian kan olaraga hari Kamis, nanti juga kayaknya pak guru gak masuk ngajar. Yang ngajarin kalian olahraga pak Bagus, kan? Nah, sama. Kelas gue juga diajarin oleh beliau olahraganya. Kalian udah dapet materi lompat jauh, kan? Nah, kita juga udah. Dan itu adalah materi terakhir untuk mata pelajaran olahraga di semester ini. Jadi, mungkin pak Bagus bakalan absen aja, setelah itu jam kosong. Nah, kita main saat itu." Jelas Rizki kemudian setelah berhasil mengendalikan dirinya sendiri. Namun ia belum berani membalas tatapan Alexa. Ia hanya menatap wajah Alexa, sambil sesekali berpura-pura menggaruk hidungya yang tidak gatal sambil menoleh ke arah lain. Seperti yang dapat ditebak, Alexa tidak menyadari hal itu.

"Oh." Setelah mendengar penjabaran dari Rizki yang lengkap, panjang dan lebar, Alexa dengan entengnya hanya ber-oh ria. Sambil menyenderkan punggungnya ke tembok dengan tangannya yang dilipat di dada.

"Hhh, untung sayang." Gumam Rizki pelan.

"Apa? Lo bilang sesuatu?" Tanya Alexa yang tidak dapat mendengarnya dengan jelas.

"Hah? Bukan, gak ada apa-apa, kok. Hehe." Kata Rizki sambil menggaruk telinganya yang tidak gatal.

"Oh." Sekali lagi, Alexa hanya menanggapinya dengan ber-oh ria.

"Yaudah. Gue cabut dulu, ya?" Rizki pamit dan segera berdiri dari tempat duduk Rissa yang sedari tadi sisusukinya.

"Hm." Sahut Alexa singkat.

"Ok. Jangan lupa hari Kamis. See you later." Kata Rizki sambil tersenyum manis dan menepuk pelan pundak Alexa. Alexa hanya mengangguk pelan mengiyakan.

"Rizki!" Panggilan Alexa membuat Rizki menghentikan langkahnya dan menoleh kembali ke arah Alexa.

"Lo bilang materi terakhir semester ini? Bukannya semester ini baru dimulai, ya?" Alexa menanyakan mengenai penjelasan Rizki sebelumnya mengenai materi pelajaran olahraga mereka.

Rizki tersenyum, "Iya. Maksudnya materi terakhir untuk penilaian prakteknya. kalau ada jam olahraga lagi, kemungkinan materinya bakalan random atau ngulang yang udah dari kelas X dan XI atau bahkan jadi jamkos. Hehe." Jelas Rizki dari pintu kelas Alexa.

Menanggapi hal itu Alexa hanya mengangguk beberapa kali. Rizki lalu kembali tersenyum dan melambaikan tangannya kepada Alexa. Ia lalu segera beranjak dari sana.

When the Ice Fall in Love [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang