Resek!

204 10 7
                                    

Alexa kini sedang berbaring di kamarnya. Ia tidak tahu harus bagaimana, dan perasaannya kini sedang campur-aduk. Ia merasa sangat aneh.

Sepanjang perjalanan dirinya dibonceng oleh Andra, ia merasa detak jantungnya berdegup kencang. Walaupun tidak ia tunjukan melalui ekspresinya, namun saat itu darahnya seakan dipompa lebih cepat. Saking bingungnya Alexa, kini ia berguling-guling di atas kasurnya, bahkan lampu kamarnya pun ia matikan. Ia memeluk bantal gulingnya erat.

"Aaaahh, I may be crazy." Ucap Alexa pada dirinya sendiri sambil menjambak rambutnya pelan.

Ia lalu bangun dan duduk. Menatap lurus ke depan selama beberapa detik. Ia kemudian menyalakan lampu kamarnya dan meraih ponselnya yang sebelumnya ia letakan di atas meja belajar. Alexa memainkan jemarinya di atas layar ponselnya, mencoba untuk menghubungi seseorang.

Nada sambung telah terdengar, namun tak kunjung diangkat oleh orang di seberang sana. Alexa mencoba untuk menghubungi orang tersebut sekali lagi, namun nihil hanya suara operator yang terdengar, nomor yang anda tuju tidak menjawab.

Menyebalkan! Alexa meletakan ponselnya sembarangan. Ia bear-benar kalang-kabut, tak tahu harus berbuat apa.

"Kenapa gak diangkat? Resek!" Omel Alexa karena orang yang dihubunginya tidak menjawab panggilannya melalui telepon genggam.

Alexa kembali berbaring. Ia menatap atap kamarnya, tatapannya terlihat menerawang. Namun beberapa saat kemudian ponsel Alexa bergetar. Alexa dengan cepat terbangun dan mencari di mana ia menjatuhkan ponselnya tadi.

"Ketemu!" Seru Alexa saat berhasil menemukan letak ponselnya. Dengan cepat ia menjawab panggilan tersebut agar tidak terputus.

"Kenapa gue telepon gak diangkat?" Ketus Alexa segera begitu orang di seberang sana mengatakan halo.

"Hah? Kenapa? Kangen, ya?" Jawab lelaki di seberang telepon tersebut.

"Terserah. Semerdeka lo!" Jawab Alexa masih dengan nada ketus seperti sebelumnya.

"Cieeee, yang kangen. Hehehe." Lelaki itu menggoda Alexa.

"Bodo' amat. Eh? Bentar, kok udah gak pake bahasa baku? Steve? Is that you?" tanya Alexa heran. Ya, orang yang coba ia hubungi sebelumya adalah Steve, kakaknya sendiri.

Kenapa? Ada yang ngirain Alexa berusaha nelepon Andra, ya? Hahaha. Maaf, anda salah, coba lagi. ^^

"Yep! This is me. Hehe. Kenapa? Kaget, ya? Aku kan emang cerdas!" Canda Steve, tak segera menjelaskan bagaimana ia akhirnya bisa mengerti dan bahkan menggunakan bahasa 'gaul' ala anak Indonesia.

"Kok bisa?" tanya Alexa, kini nada bicaranya sudah kembali datar seperti biasanya.

"Yah, begitu. Gak semuanya, tapi aku udah lumayan terbiasa menggunakannya. So, kenapa nelepon? Ada masalah?"

"Kenapa? Gak boleh?" Alexa malah balik bertanya.

"Bukannya gak boleh. Kaget aja, kamu yang menelepon aku duluan, sungguh kejadian langka."

"Steve, wanna know something?" Tanya Alexa.

"Apa?" Steve penasaran.

"Kamu bicaranya gak nyambung, sebagian baku sebagian gak. Kedengarannya aneh." Jujur Alexa. Ia merasa tidak terbiasa mendengar gaya bicara kakaknya yang sedikit berbeda dari biasanya.

"Jangan gitu, dong! Aku sedang berusaha untuk lebih lancar berbahasa Indonesia, sama kayak ka ... lo."

"Ya, terserah." Sahut Alexa seadanya.

"Yeah, anyway whattup? Tumben nelepon duluan."

"Steve, kapan pulang?" tanya Alexa dengan nada bicara melembut. Ia lalu menarik bantalnya perlahan dan mulai kembali bebaring di atas kasurnya dengan kakinya yang masih terayun ke lantai.

When the Ice Fall in Love [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang