Mentari bersinar cerah. Burung-burung bernyanyi dengan riang. Bumi serasa hangat, menyebarkan keceriaan pada setiap umat. Namun berbeda dengan perasaan dan gejolak hati seorang insan yang kini tengah berjalan menyusuri lorong sekolah, menaiki tangga dan menuju ke ruang kelasnya. Wajahnya terlihat lesu, kepalanya tertunduk pelan, dan otaknya dipenuhi berbagai pertanyaan. Perasaannya kini bercampur aduk. Hampir serupa dengan gado-gado dan es campur.
Dengan langkah yang lunglai ia mulai memasuki ruang kelasnya. Menghembuskan nafas panjang, seakan mengeluarkan sesuatu yang tertahan dalam hatinya. Mengacak pelan rambutnya sendiri, seakan memerintahkan otaknya untuk berhenti sejenak dari pikiran-pikiran yang melelahkan. Ya, tidak lain dan tidak bukan, sesosok insan itu adalah Andra, Andra Putra Wijaya.
Andra memasuki ruang kelasnya, matanya langsung tertuju ke arah sesosok gadis yang tengah duduk di pojok depan, Alexa Aurelia. Senyumnya yang semula ingin mengembang ia urungkan, ia menyadari bahwa ada sesosok laki-laki di samping Alexa. Entah kenapa, namun melihat hal tersebut membuat hatinya terasa perih.
Apaan, sih? Terserah dia-lah! Hidup-hidup dia. Gaje deh, gue. Batin Andra. Ia lalu menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali dan berjalan menuju tempat duduknya.
"Kenapa lo, Ndra? Sakit?" Tanya Bimo melihat penampilan Andra yang tidak seperti biasanya. Wajahnya terlihat murung dan rambutnya acak-acakan.
Alexa yang juga mendengar hal tersebut langsung melihat ke arah Andra. Jujur saja, ia juga cukup terkejut melihat Andra saat itu. Sungguh tidak seperti biasanya.
"Eh? Gak kok, Bim. Kayaknya kurang tidur aja, deh. Hehe." Jawab Andra kepada Bimo sambil memaksakan senyumannya.
"Kamu sakit?" Tanya Alexa memastikan.
"Eh? Lo nanya ke gue, Al?" Andra malah balik bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri dengan polosnya.
"Iya, kamu." Jawab Alexa seadanya.
"Gak, kok. Cuma capek aja, kayaknya. Hehe." Jawab Andra lalu tersenyum ramah. Kali ini senyumannya tulus, tidak terpaksa seperti sebelumnya.
"Udah mandi?" Tanya Alexa lugu. Ia heran melihat rambut Andra yang acak-acakan dan sebagiannya berdiri tegak. Sontak saja pertanyaan yang Alexa lontarkan barusan membuat teman-temannya tertawa lepas. Termasuk Rizki yang memang sudah berada di sampingnya sedari tadi.
"Mantab jiwaa! Alexa mah emang yang terbaik!" Seru Daffa menanggapi pertanyaan Alexa tersebut. Alexa yang tidak mengerti hanya mengedikan bahunya, tak mau ambil pusing.
"Jawab, Ndra. Gue nanya." Kata Alexa sekali lagi kepada Andra.
"Oh, iya, udah, kok. Kenapa nanyanya gitu dah, Al? Gue selalu mandi pagi, tahu. Emangnya Bayu, mandinya sekali-sekali?" Protes Andra dan malah membawa-bawa nama Bayu. Untung saja Bayu belum hadir, jadi tidak ada perlawanan atau bantahan, kalau tidak pasti mereka sudah berperang kata-kata sekarang.
"Mukamu pucat, kusut kayak pakaian belum disetrika. Rambutmu acak-acakan, kayak abis kesamber petir." Jawab Alexa jujur, sesuai dengan pendapatnya sambil menunjuk wajah dan rambut Andra bergantian. Dengan polosnya ia mengutarakan pendapatnya tersebut dengan ekspresi yang lugu dan tampang tak berdosa. Sekali lagi, pernyataan Alexa barusan membuat teman-temannya tertawa terbahak-bahak.
"Al, polos boleh. Bego' jangan!" Frisqy akhirnya angkat suara.
"Gue nanya, Andra jawab. Andra nanya, gue jawab. Salah?" Tanya Alexa pada Frisqy yang duduk tepat di belakangnya.
"Gak salah. Tapi lo yang nggak peka." Jawab Frisqy.
"Gue bukan putri malu, yang peka terhadap rangsangan." Jawab Alexa logis. Yah, logis-gak logis, dilogis-logisin ajalah.
"Emang. Tapi lo manusia, harus peka terhadap lingkungan dan keadaan sekitar." Frisqy terus membantah.
"Siapa yang mengharuskan?" Tanya Alexa tak mau kalah.
Yaah, begitulah jika kedua manusia itu telah mulai berargumen, Alexa yang memang sudah terkenal sebagai Ice Girl, berhadapan dengan Frisqy yang orangnya cuek dan agak jutek. Sikap mereka berdua memang hampir sama, sama-sama dingin.
"Woy! Stop! Kenapa jadi kalian yang cecok, dah? Cukup ngerebutin guenya!" Celetuk Radith berusaha melerai. Ia tahu betul, Alexa tidak akan mau berhenti dalam berdebat, terutama jika menurutnya dirinya tidak salah. Begitupula dengan Frisqy, ia akan terus menjawab. Mereka berdua memang sama-sama keras kepala.
"Ge-er!" Sahut Alexa dan Frisqy bersamaan.
"Nah gitu, dong! Yang akur ya teman-teman, karena sesungguhnya perdamaian itu, indah." Sahut Radith dramatis.
"Woy! Pada ngapain? Kok ribut, sih? Guru mana, guru? Udah masuk, belom? Belom ya? Ok, selamat gue." Tanya Bayu yang langsung ia jawab sendiri sambil ngos-ngosan karena berlari. Tepat sekali, dia terlambat. Tepat lima menit sebelum gerbang ditutup.
Keadaan kelas seketika menjadi hening. Seluruh mata kini tertuju pada se-onggok makhluk yang bernama Bayu Saputra.
"Lha? Why? Kenapa pada ngeliatin gue? Iya, gue tahu gue tampan, tapi kan kita udah ketemu tiap hari selama hampir tiga tahun, masa' masih terpesona oleh ketampanan gue, sih?" Kata Bayu dengan penuh percaya diri.
"Narsis." Ucap Alexa dan Frisqy bersamaan.
"Cieee, udah kompakan aja nih, yeee. Gitu dong, teman-temanku yang baik hati dan tidak sombong. Jangen berantem melulu." Celetuk Radith mendengar Alexa dan Frisqy yang kompak. Padahal baru beberapa saat yang lalu mereka cekcok.
"Al, emang kita berantem?" Tanya Frisqy sambil menaikan alisnya sebelah menatap Alexa. Ekspresinya terlihat bingung.
"Gak, tuh." Jawab Alexa enteng. Alexa dan Frisqy kini menatap Radith datar. Mengapa ia beranggapan bahwa mereka baru saja bertengkar?
"Ajaib emang ya lo berdua. Kan barusan lo cekcok, noh gara-gara rambutnya Andra yang berdiri udah kayak kesetrum listrik kalau kata Alexa. Nah, daku sebagai teman yang baik hati, arif nan bijaksana berusaha melerai kalian. Baik hati kan, aku?" Kata Radith dramatis.
"Oh." Sekali lagi, menanggapi celotehan Radith yang panjang nan lebar, secara bersamaan pula Alexa dan Frisqy hanya ber-oh ria.
Yah, suatu kebetulan dan tidak direkayasa, bawa kedua anak manusia itu, yakni Alexa dan Frisqy ada dalam satu kelas yang sama sejak kelas X. Sikap keduanya yang hampir-hampir sama terkadang membuat teman-teman sekelasnya harus naik darah, terutama jika ada tugas kelompok dan mereka berada dalam kelompok yang sama. Ada ketegangan batin yang akan dirasakan oleh teman-temannya. Namun kedua makhluk tersebut tidak merasakan apa-apa dan menganggapnya biasa-biasa saja.
"Emang bener, sih. Penampilan lo kenapa lagi, Ndra? Udah kayak korban gempa aja, sih." Bayu akhirnya menyadari pokok permasalahan dan ikut mengomentari penampilan Andra. Andra hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bayu lalu menghampirinya dan membantu merapikan rambut Andra.
"Sini, serahkan pada babang Bayu." Bayu lalu meletakan tasnya dan mengeluarkan sesuatu dari sana. Gel rambut. Memangtidak biasa, atau harus dikatakan anti-mainstream. Bukannya membawa buku paket atau buku pelajaran, Bayu malahmembawa sisir, gel rambut dan parfum di dalam tasnya.
Bayu lalu sibuk berkutat dengan peralatannya untuk mendadani Andra. Andra hanya diam dan pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
When the Ice Fall in Love [Selesai]
Roman pour Adolescents[SEBAGIAN PARTS SUDAH DI-UNPUBLISH] Alexa Aurelia. Seorang siswi SMA yang berdarah campuran Amerika-Indonesia. Ia dikenal dengan julukan Ice Girl di sekolahnya. Namun ia memiliki banyak sekali penggemar yang berusaha dekat dengannya. Tapi tak ada sa...