Innocent Ice (1)

343 15 2
                                    

Pak Ahyar memasuki ruang kelas XII IIS 1.

"Assalammualaikum." Pak Ahyar mengucapkan salam.

"Waalaikumussalam." Jawab siswa-siswinya serempak.

"Perhatian, beri hormat!" Andra memberi komando setelah lekas berdiri dari tempat duduknya.

"Selamat pagi, pak." Sapa anak-anak kelas XII IIS 1.

"Ya, pagi. Sebelum bapak memulai pelajaran, ada sesuatu yang perlu bapak sampaikan. Mulai minggu depan, sekolah akan mengadakan pelajaran tambahan intensif bagi kelas XII yang akan segera menghadapi ujian. Jadi, seluruh siswa kelas XII diwajibkan untuk ikut." Jelas pak Ahyar.

"Pak, kelas tambahannya sampe jam berapa? Berlaku berapa lama? Pelajaran tambahannya apa aja? Terus pulangnya jam berapa?" Tutur Bayu mengajukan pertanyaan yang bertubi-tubi setelah mengangkat tangannya dan diangguki pak Ahyar.

"Bayu, kamu ini! Kamu kan tahu bapak sudah tua, ya kalau nanya itu satu-satu, dong! Coba ulangi pertanyaan kamu, satu-persatu." Protes pak Ahyar karena bingung dengan pertanyaan beruntut yang diajukan Bayu, siswa 'kesayangan'-nya.

"Iya, deh, pak. Maaf. Siap salah deh, saya." Kata Bayu, mengakui kesalahannya, tumben.

"Ya, bagus itu. Coba tanya lagi. Apa tadi pertanyaan kamu?"

"Kelas tambahannya sampe jam berapa, pak? Berlaku berapa lama?" Bayu mengulangi pertanyaannya.

"Kalau sampai jam berapanya, belum secara pasti ditentukan. Kepala Sekolah dan guru-guru akan mengadakan rapat lanjutan dulu mengenai hal itu. Kalau berlakunya, ya sampai sebelum kalian menghadapi PAS semester genap ini."

"Yaaaaahhh...." Hampir seluruh siswa dalam kelas itu mengeluh. Entah mengapa, mendengar kabar barusan saja sudah membuat mereka lelah, apalagi jika sudah dialami.

"Rapatnya kapan, pak? Hari inikah? Terus kita libur, dong, pak? Boleh pulang?" Tanya Bayu penuh semangat dan antusias. Ia tidak mendengarkan kabar lain, yang ia tangkap hanyalah guru-guru yang akan mengadakan rapat.

"Bukan. Besok-besok, mungkin. Nanti kalau ada kabar terbaru juga kalian bakalan dikasih kabar. Gak usah buru-buru. Semangat banget kamu kalau masalah libur." Kata pak Ahyar.

"Yaaahhh, kecewa hatiku pak. Kecewa. Aku sungguh tak menyangka. Ku pikir, hari ini akan lebih cepat untuk pulang, namun apalah daya, aku hanyalah seorang siswa biasa yang punya kuasa dan adidaya. Huhuhuu...." Celetuk Bayu dramatis dengan tampang dibuat-buat minta ditabok.

Pak Ahyar hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak tahu ia bagaimana cara menghadapi muridnya yang satu itu.

Andra lalu mengangkat tangannya, meminta izin untuk bertanya.

"Pak, untuk pelajarannya bagaimana? Mata pelajaran apa saja yang menjadi pelajaran tambahan?" Tanya Andra sopan.

"Bagus! Ya kalau nanya itu kayak nak Andra gini, toh. Mudah saya nangkep maksudnya. Mata pelajaran yang menjadi jadwal pembelajaran tambahan adalah seluruh mata pelajaran yang diujinasionalkan. Yang wajib ya, Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris. Untuk pilihannya kalau untuk kalian yang IPS ya Sosiologi, Ekonomi, dan Geografi." Jelas pak Ahyar.

"Pak, itu yang mapel pilihan semuanya? Bukannya cuma salah satu aja, ya?" Tanya Bayu tanpa aba-aba dan langsung nyerocos.

"Iya, se-mu-a-nya!" Jawab pak Ahyar dengan penekanan di setiap suku kata-nya. "Karena walau kalian cuma pilih salah satu sebagai mapel UN, kalian gak bisa milih untuk US, tapi semuanya akan kalian hadapi jadi semuanya akan kalian pelajari pada saat jam pelajaran tambahan intensif nanti." Sambung pak Ahyar memberi penjelasan.

"Nanti? Bukannya minggu depan mulainya, pak?" Tanya Bayu sok polos. Padahal ia sangat mengerti apa yang dimaksud pak Ahyar.

"Aduuuh! Iya, minggu depan maksud saya. Sudah, masih ada yang ingin ditanyakan?"

"Pak, materi yang akan dipelajari nanti hanya yang akan diujikankah? Atau mengulas kembali materi dari kelas X dan XI juga?" Alexa akhirnya bersuara. Seluruh mata lalu tertuju padanya.

"Ya! Bagus! Ya kalau nanya itu yang berbobot gini, loh! Ini malah nanyain kapan guru-guru rapat dan kapan libur. Dasar!" Omel pak Ahyar kepada Bayu. "Ya, jadi begini nak Alexa, untuk materinya akan mengulas kembali pelajaran dari kelas X dan XI juga, tapi mungkin akan lebih memfokuskan kepada materi ujian. Untuk pengulasan materinya akan sekedar dibahas agar kalian mengingat kembali materi-materi sebelumnya." Jelas pak Ahyar dengan suara yang melembut, berbeda saat bicara kepada Bayu sebelumnya. Alexa hanya menanggapinya dengan mengangguk pelan beberapa kali tanda mengerti.

"Pak, kalau guru yang mengisi jam tambahan gimana? Guru yang ngajar kita di kelas XII ini, atau dari guru-guru waktu kelas X dan XI?" Tanya Frisqy dari kursi belakang.

"Semuanya. Kalau untuk materi yang diujiankan, yang masuk mengajar nanti adalah guru-guru dari kelas XII, tapi untuk pengulasan materi, akan disampaikan oleh guru-guru kalian dari kelas X dan XI. Nanti akan ada jadwal untuk materi ujian dan pengulasan materi yang dibagikan secara terpisah, jadi gak bakalan tabrakan waktu mengajarnya." Jawab pak Ahyar.

"Satu hari ada berapa mata pelajaran tambahan, pak?" tanya Rissa.

"Satu hari hanya ada satu mata pelajaran tambahan. Biar kalian bisa fokus. Tapi pulangnya akan lebih lama dari biasanya. Yaaahh, anggap saja kalian sekolahnya sudah full day-lah." Jelas pak Ahyar lagi.

"Yaaaaahhhh...." Hampir seluruh siswa mengeluh. Kecuali Alexa tentunya.

"Yang sabar ya, anak-anak. Bapak tahu penderitaan kalian, bapak pun dulu pernah merasakannya kok. Cukup berat memang, namun semua itu diperlukan untuk meraih cita-cita dan masa depan yang gemilang." Pak Ahyar mulai memberikan wejangan yang sangat luar biasa kepada murid-muridnya.

"Memangnya sekolah bapak dulu sudah ada sistem pelajaran tambahan gini, pak? Full day school?" Tanya Alexa polos. Anak-anak lain yang sebelumnya lemah, lesu, loyo, langsung bangkit dan tertawa ringan mendengarnya. Mereka sudah tahu bahwa pak Ahyar hanya bercanda, namun siapa sangka bahwa Alexa akan menenganggapnya serius dan menanyakannya dengan polos seperti itu.

"Bo'ong, ding!" Jawab pak Ahyar sambil mengacungkan jempolnya dan memberikan wink-nya kepada Alexa. Sungguh guru yang luar biasa memang. Hal itu tentu saja disambut tawa oleh anak-anak yang lain. Alexa pun hanya menggaruk bagian belakang telinganya yang tidak gatal. Namun tetap konsisten dengan ekspresi datarnya.

When the Ice Fall in Love [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang