Assalamu'alaikum. Alreaders.
Scroll ke bawah ya Akhi. Ukhti..
.
Hujan masih terdengar begitu deras dari luar rumah, semakin menyeruakkan hawa dinginnya. Tak terasa sudah tiga gelas teh hangat di teguk Prisa hingga tandas. Prisa yang terus yakin bahwa pilihannya untuk kembali pada Erick adalah pilihan yang tepat. Tapi dia merasa tidak nyaman karena harus berselisih dengan sepupunya sekaligus teman masa kecilnya itu. Prisa pun beralih ke kamarnya untuk istirahat dan mencoba menenangkan pikirannya.
Pukul 07.20 AM
Pagi ini terasa berbeda di rumah Prisa, tak ada canda tawa yang biasa menghiasi isi rumahnya. Prisa keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah bersiap untuk pergi ke kampus. Ia menemui Maminya sekalian berpamitan.
" Mi Prisa pergi ke kampus yah.. " Maminya menjawab dengan anggukan. Prisa pun beranjak meninggalkan halaman rumah dengan mobil kesayangannya itu.
Hari ini Prisa tak di temani oleh dua sahabatnya itu, karena Yani dan Yuyun sedang menyelesaikan makalah mereka yang akan di antar besok. Dengan kecepatan yang sedang akhirnya mobil Prisa masuk ke halaman kampus dan memarkirkan mobilnya bersamaan dengan mobil sport yang baru saja sampai. Setelah membuka pintu ternyata yang empunya mobil sport itu adalah Erick, dengan gayanya yang sekarang ia ingin menunjukkan pada Prisa bahwa ia bukan seperti Erick yang dulu lagi. Prisa hanya bersikap seperti biasa tak berkutik sama sekali melihat mobil sport milik Erick. Ia hanya melangkahkan kakinya untuk berjalan di koridor.
" Wait. Honey.. " Erick langsung menyesuaikan langkahnya dengan Prisa.
Panggilan itu seakan membuat Prisa takut. Dulu memang iya Prisa menyukai panggilan itu tapi sekarang entah kenapa dia begitu tak nyaman mendengar panggilan itu, entah perasaan takut apa yang membuat Prisa tak nyaman.
Bram POV
Aku jarang lagi bertemu dengannya terakhir kali saat dirumahnya beberapa hari lalu. Baguslah, setidaknya aku bisa menghindari sesuatu yang hanya dapat menimbulkan dosa bagiku, karena perasaan yang berdesir terus-menerus di hati ini. Hari ini aku ingin bertemu dengan Pak Syarief, aku sengaja datang lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan karena tidak ingin hal yang sama terjadi untuk kedua kalinya.
Seketika langkahku terhenti saat melihatnya sedang berbincang dengan seorang pria yang pernah bertemu dengannya di parkiran, sebuah senyuman terlintas di wajahnya. Sepertinya mereka begitu dekat, lagian dia bahagia bersama pria itu. Aku tidak ingin mengganggu semua itu. Tapi kenapa, hati ini seperti di hantam ribuan bom atom. Saat mereka mula melewatiku aku membalikkan tubuhku menghadap ke tempat lain. Suara mereka terdengar lirih di telingaku. Apa sebenarnya yang terjadi dengan diriku ini.
" Apa ini mimpi..? " Entah mengapa kalimat itu terlintas dalam pikiranku begitu saja.
Astaghfirullah..
Astaghfirullah..
Astaghfirullah..Aku terus menerus melafadzkan istighfar dan langsung berlalu menuju kelas.
" Bram, kamu kenapa ? " Tanya seseorang yang tengah berdiri di depan pintu kelas. Aku tak menjawab.
" Telat ngantar skripsi lagi " Ucapnya menebak.
" Gak kok.. "
" Atau karena... " Ucapnya yang sengaja ia gantungkan.
" Karena apa Bi ? " Tanyaku penasaran. Abi hanya terkekeh ke arahku.
" Gak jadi, aku udah lupa " Ucapnya santai dan berlalu masuk kedalam kelas dengan sedikit terkekeh.
" Abi Fahreza Abraham. Karena apa ? " Panggilku dengan menyebutkan nama lengkapnya dan menyusulnya masuk kedalam kelas. Aku langsung mengambil posisi duduk di depan kursi Abi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAH ✔
Spiritual(TELAH DITERBITKAN) Bramasta Alziz seorang pria biasa Yang hanya tinggal bersama ibunya karena sudah di tinggalkan oleh ayahnya. ia menempuh pendidikannya dengan sabar. Usaha untuk menempuh hidup yang lebih baik hingga ia bertemu dengan Prisa Azzahr...